Share

Aku Rela Dimadu!
Aku Rela Dimadu!
Penulis: DELLINA

BAB 1 : Mama Mau Cucu!

"Intinya mama mau cucu dari kamu Bram!" Ucap wanita paruh baya membanting alat makan ditangannya membuat suasana makan malam menjadi sangat tegang, saat nafsu makannya tiba-tiba saja hilang melihat tes kehamilan yang baru saja ia berikan kepada Zahwa-menantunya lagi-lagi menunjukan garis satu.

"Ma, hargai perasaan Zahwa" bela Bram semakin memperkuat genggaman tangannya pada Zahwa di bawah meja.

Bram Rivaldo dan Zahwa Aisyahrani sepasang suami istri yang sudah menikah selama empat tahun dan tak kunjung mendapatkan keturunan. Dan Ayu-mama Bram selalu menuntut cucu pada anak dan menantunya dengan menyuruh Zahwa melakukan tes kehamilan satu bulan sekali.

Bram Rivaldo seorang pria berumur 32 tahun, memiliki wajah tampan,tubuh kekar dan pengusaha sukses mengantikan ayahnya yang telah meninggal.

Zahwa Aisyahrani seorang wanita cantik berumur 28 tahun merupakan anak yatim piatu. Memiliki hati lembut dan seoarang sarjana pendidikan dan memilih menjadi salah satu guru di salah satu SD dipusat kota. Meski Bram sudah melarangnya menjadi guru Zahwa tetap keras kepala untuk mengajar dengan alasan ia suka dengan anak kecil.

Pertemuan keduanya terjadi saat ban mobil Bram pecah dipinggir jalan, dan Zahwa yang kebetulan baru saja turun dari dalam bis menghampiri Bram yang nampak kesulitan saat itu.

Sejak pertemuan itu Bram jatuh hati pandangan pertama pada Zahwa dengan ucapannya begitu lembut menusuk gendang telinga. Saling bertukar nomor ponsel hubungan keduanya semakin hari semakin dekat sampai pada suatu hari Bram memberanikan diri untuk melamar Zahwa yang tentunya dengan izin Ayu yang juga suka dengan sikap lemah lembut Zahwa.

Tapi sikap manis dan perhatian Ayu pada Zahwa seperti anaknya sendiri perlahan hilang dari dalam hatinya saat Zahwa tak kunjung hamil.

"Kalo setiap bulan seperti ini ceritanya mama lebih setuju kamu menikah lagi Bram!" Ucap Ayu tegas.

Mendengar ucapan Ayu membuat hati Zahwa sangat sakit, meski begitu dirinya tak boleh egois ia juga harus memikirkan perasaan mama mertua dan suaminya yang pasti sudah menunggu keturunan selama empat tahun lamanya.

Bram menggeleng cepat, bangkit dari duduknya tanpa melepas tautan tangan Zahwa. "Bram tidak akan pernah mau menikah lagi ma!, Lebih baik Bram tidak memiliki keturunan selamanya dari pada harus menyakiti hati Zahwa!" Ucap Bram menarik tangan Zahwa menuju kamar.

Brak...

Soktak mata Zahwa terpejam beberapa saat mendengar suara pintu kamar yang begitu melengking.

"Kenapa mama terlalu egois, selalu meminta cucu,cucu dan cucu!" Ucap Bram melupakan amarahnya.

Zahwa menghela nafas sabar, berjalan mendekat kearah Bram yang duduk di pinggir ranjang.

"Sudahlah mungkin mama lagi banyak pikiran" ucap Zahwa menenangkan hati suaminya. Meski hatinya sendiri juga merasakan sakit.

"Jangan membela mama!"

Usapan lembut Zahwa berubah menjadi pijatan lembut pada pundak suaminya. "Aku tidak membela mama hanya saja aku setuju kalo kamu menikah lagi" ucap Zahwa menahan rasa sesak dihatinya saat berkata seperti itu.

Bram menatap tajam Zahwa yang tengah menunjukan senyum manisnya. Menepis kasar tangan Zahwa dari pundaknya membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Apa kau sudah gila Zahwa berkata seperti tadi?!"

"Ini demi kebaikan mu mas"

Bram terkekeh mendengar kata 'kebaikan' terlontar dari mulut Zahwa. "Apa yang kamu maksud kebaikan untuk mama?"

"Mas"

"Ini hanya masalah waktu Zahwa!,dan kamu harus tau, banyak perempuan diluar sana memohon-mohon pada suami mereka agar tak menikah lagi dan kamu malah menyuruhku untuk menikah lagi?. Pikir Zahwa pikir bagaimana nasib kamu kedepannya saat kamu dimadu nanti!" ucap Bram menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.

"Tapi ini hanya satu-satunya cara agar kamu memiliki keturunan" jawab Zahwa dengan lembut.

Bram mengusap wajahnya kasar mendengar ucapan Zahwa. "Masih banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan keturunan!, Seperti berobat ke luar negeri,program bayi tabung, dan masih banyak lagi!. Tapi bukan dengan cara memadumu!"

Zahwa tersenyum mendengar ucapan Bram, cara apa yang belum ia coba dari pengobatan keluar negeri, pengobatan alternatif, memakan kurma hijau, pil penyubur kandungan, program bayi tabung untuk kedua kalinya dan gagal, semua jalan sudah Zahwa lakukan hanya saja tuhan belum mempercayainya menjadi seorang ibu.

"Apa kau tidak memikirkan perasaan mama?, Apa kamu tau bagaimana perasannya untuk menunggu cucu selama bertahun-tahun?-"

"Terus bagaimana dengan perasaan mu sendiri Zahwa?, Apa kau tidak memikirkannya?!" Potong Bram.

Bangkit dari tempatnya Zahwa menghampiri Bram yang tengah mengatur nafas. "Jangan memikirkan perasaan ku mas, karena aku rela dimadu"

Bram mendorong tubuh Zahwa hingga keatas kasur dan langsung menindihnya. Melumat habis bibir merah Zahwa yang sedari tadi terus mengoceh meminta untuk di madu.

Tangan kekar Bram tak tinggal diam, keduanya meraih apa yang menjadi tempat favoritnya selama ini, meremas benda kenyal itu dengan keras membuat Zahwa ingin mengeluarkan suara desahan.

Menarik pakaian yang Zahwa kenakan hanya dalam satu gerakan membuat kancing piamanya berserakan diatas lantai.

Melepas tautan bibir keduanya Bram melepas pakaian yang ia kenakan satu persatu dengan sangat cepat.

"Akan aku pastikan besok pagi kamu tidak akan bisa berangkat ke sekolah sayang" ucap Bram penuh ancaman.

Zahwa mencoba mendorong dada bidang Bram yang memiliki enam roti sobek itu dengan kuat. Tapi sayang tubuh kekar Bram bahkan tak bergerak sedikitpun dari atasnya. "Mas aku mohon jangan"

Tangan mungil Zahwa yang menganggu aksi permainannya membuat Bram mencengkeram tangan itu kuat ke atas kepala Zahwa. "Kenapa?, siapa tau setelah kita menghabiskan malam ini kau langsung hamil anak ku"

Baru saja Zahwa akan mengeluarkan suaranya bibir sexy Bram dengan cepat menutup permukaan bibirnya.

Satu tangan Bram digunakan menahan tangan Zahwa agar istrinya itu tak memberontak seperti kucing liar, dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk mengarahkan senja pusaka nya pada milik Zahwa.

"Ohhh tuhan ini sangat sakit" rintih Zahwa dalam hati saat milik Bram memaksa masuk dengan kasar.

Bram memaju mundurkan miliknya dengan sedikit bruntal, membuat area sensitif Zahwa berdenyut hebat akibat rasa perih yang ia rasa.

Setelah satu jam lamanya keduanya memadu kasih, cairan hangat milik Bram terasa di rahim Zahwa.

Bram mengatur nafas dengan menatap wajah Zahwa yang nampak sangat kelelahan, bahkan dirinya baru sadar akan perbuatan kasarnya saat bulir bening keluar dari pelupuk mata Zahwa.

"Sayang" panggil Bram lembut mengusap pipi Zahwa yang penuh akan keringat.

Namun karena kelelahan wanita itu sepertinya langsung masuk ke alam mimpi setelah sang suami menyelesaikan permainannya.

Bram menarik selimut yang sempat jatuh keatas lantai menutupi tubuh polos sang istri.

"Maafkan aku Zahwa, aku tidak bermaksud kasar seperti tadi" ucap Bram menyingkir anak rambut dari kening Zahwa.

Tangan Bram menyelusup masuk kedalam selimut mengusap lembut permukaan perut Zahwa yang pastinya Zahwa tak dapat merasakannya. "Tolong hadirkan janin pada rahim istriku tuhan"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status