Selesai Ijab Kabul Semua orang berkumpul diruang tengah. Zahwa datang dengan seorang pelayan menaruh cangkir teh dihadapan semua orang yang ada di sana.
Setelah menyuguhkan teh Zahwa duduk di samping Bram."Oh ya setelah ini sebaiknya kalian segara program kehamilan, nanti mama kasih kontak dokter yang bagus untuk kalian menentukan jadwal konsultasi" Ucap Linda mama Gea.Ayu mengangguk setuju akan usul temannya itu. "Iyah lebih cepat,lebih baik bukan?. Mama sudah tidak sabar gendong cucu" Ayu membayangkan betapa ramai rumahnya nanti dengan tangis seorang bayi."Oh ya Bram, setelah ini ajak Gea bulan madu kemanapun yang ia mau" lanjut Ayu.Gea baru saja berfikir negara mana yang cocok untuk bulan madu mereka dan semuanya sirna mendengar ucapan Bram."Bram tidak bisa ma" tolak Bram cepat membuat semua mata menatapnya. "Bram sudah mengikuti ucapan mama untuk menikah dengan Gea dan keinginan mama sekarang sudah terwujud, setelah ini jangan suruh Bram apapun lagi yang menyangkut rumah tangga Bram!""Tapi sayang dimana-mana orang habis nikah bukan sebaiknya bulan madu?, agar mereka segera diberikan momongan?" jawab Linda membujuk."Apa yang dikatakan Linda ada benarnya. Begini saja kalian tidak usah memikirkan masalah ini biar nanti mama yang menyiapkan semuanya kalian tinggal terima jadinya saja" imbuh Ayu.Bram menggeleng cepat. "Ma sudah cukup!, masalah bulan madu masih bisa kita pikirkan belakangan sekarang Bram capek dan ingin istirahat!"Melihat suaminya pergi dengan keadaan emosi membuat Zahwa khawatir akan hal-hal nekat yang bisa dilakukan Bram, dengan langkah cepat Zahwa menyusul Bram yang pergi ke kamar mereka."Mas" panggil Zahwa setelah menutup pintu kamar."Apa lagi Za?, mas cepek!"Melihat raut letih dari wajah sang suami Zahwa tersenyum dan langsung mengalungkan tangannya di leher Bram, bermanjaan dengan suaminya. "Mau Zahwa siapkan air buat mandi?, apa mau kopi?""Aku tidak ingin apapun!" tolak Bram membuang pandangannya kearah lain.Zahwa menangkup wajah Bram. "Kok tiba-tiba wajah mas mirip orang hutan sih""Hm""Lihat ini kulitnya kusam banget, masa Iyah Bram Rivaldo kulitnya kaya orang hutan gini dan ini lagi kumisnya mulai tumbuh" dengan jahilnya tangan Zahwa mencabut kumis Bram membuat pria itu mengaduh kesakitan."Au, sakit Za""Maaf mas, Zahwa sengaja" tawa Zahwa pecah tanpa dosa melihat suaminya mengaduh kesakitan.Melihat tawa Zahwa Bram dengan cepat melupakan kalo tadi ia baru saja menikah dengan Gea. "Suka lihat suaminya kesakitan, Iyah?"Zahwa menggeleng kecil. "Dikit""Nakal ya""Aaa, mas jangan" Zahwa menjauh dari Bram yang tiba-tiba mencubitnya."Suka kan lihat suaminya kesakitan?""Hahaha, mas jangan" berlari ke sana-kemari,bahkan Zahwa naik keatas kasur hanya untuk menghindari balasan suaminya.Tanpa keduanya sadari keadaan kamar mereka sudah sangat berantakan akibat ulah keduanya yang masih saling kejar-kejaran."Mas Zahwa capek" Zahwa mengangkat tangannya tak sanggup lagi untuk berlari.Bram menarik tangan Zahwa, menjatuhkan kedua tubuh yang sudah sangat lelah itu keatas kasur. "Lain kali jangan nakal"Zahwa mengatur deru nafasnya mengangguk lemah. Mata keduanya perlahan terpejam karena lelah, menikmati tidur siang dengan berpelukan.***"Jangan paksa mas, Za!"Malam yang seharusnya Bram dan Gea habiskan bersama harus rusak saat Bram berkata terang-terangan dihadapan Ayu bahwa ia tak ingin satu kamar bahkan satu ranjang dengan Gea."Mas, kalian sudah menikah" ucap Zahwa mencoba memberikan pengertian."Pernikahan sirih, bukan pernikahan sah!" ralat Bram. "Za ini baru awalnya sudah seperti ini bagiamana kalo kedepannya?" tanya Bram yang tak bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi kedepannya."Semuanya akan tetap sama mas, kalo kamu bisa adil dengan aku dan Gea"Bram mengguyur rambutnya, selama ini Bram tidak pernah berfikir untuk menikah dua kali dalam hidupnya, bahkan untuk angan-angan saja dirinya tak berani.Zahwa meraih tangan Baram yang meremas rambutnya menggenggamnya dengan erat. "Gea juga ingin diperlakukan seperti aku mas, dicintai dan dilindungi oleh suaminya""Tapi aku tidak cinta dengannya Za!, kenapa kamu tidak bisa mengerti perasaan ku?" ucap Bram terasa perih di dadanya, saat Zahwa terus memaksanya."Cinta akan timbul seiring berjalannya waktu mas, dan waktu itu telah tiba malam ini" jawab Zahwa dengan bibir bergetar.Bram menatap bola mata Zahwa dalam. "Ada jutaan orang di dunia ini, tapi kenapa kita yang dipilih tuhan untuk menjalani takdir hidup seperti ini?""Kita saling mencintai, bahkan kamu tau sendiri aku tidak pernah berniat sedikit pun untuk selingkuh dari mu, tapi kenapa sekarang tuhan membuat ku menikah dengan wanita lain?, apa salah ku Za?, katakan padaku apa salah ku selama ini sampai tuhan menghukum kita berdua?"Air mata Zahwa lolos mendengar suara parau milik Bram yang terdengar sangat menyakitkan ditelinganya."Tuhan tidak salah disini mas, tuhan hanya ingin melihat betapa kuat kita melewati semua rintangan yang ia berikan, dan siapa yang paling kuat bertahan sampai akhir"Bersamaan dengan itu air mata Bram dan Zahwa jatuh. Entah bagaimana rencana tuhan sekarang pada dua sepasang suami istri yang saling mencintai itu, dan bagaimana nasib rumah tangga mereka kedepannya.Zahwa menghapus air matanya dan bergantian mengusap jejak air mata Bram, dengan tersenyum lebar. "Sekarang biar aku antar kamu ke kamar Gea"Zahwa menarik tangan Bram ke kamar Gea yang berada tepat di samping kamarnya. Tinggal beberapa langkah lagi menuju kamar Gea langkah keduanya terhenti."Za, jangan lakukan ini sama mas" jawab Bram menggeleng kecil. "Mas gak mau sakitin kamu sayang, mas gak kuat"Zahwa mencoba tersenyum, mengusap lembut lengan suaminya. "Mas pasti bisa, perlakukan Gea dengan lembut mas, jangan kasar in dia""Sayang-""Zahwa sudah mengecewakan mama mas, dan sekarang Zahwa gak mau mas Bram ikut-ikutan mengecewakan mama sama seperti Zahwa. Zahwa sayang sama mama,Zahwa juga sayang sama mas. Jadi Zahwa mohon lakukan ini untuk Zahwa, Zahwa ingin lihat mama bahagia mas, Zahwa mohon" pinta Zahwa, dengan suara serak nya.Sebelum menjawab permintaan sang istri Bram memeluk tubuh Zahwa dengan erat mengusap rambut lurus Zahwa lembut. "Kalo itu yang kamu mau, mas akan lakukan sayang"Mendengar jawaban dari suaminya Zahwa tersenyum getir, lagi-lagi air matanya tak bisa ia cegah untuk mengalir begitu saja.Melepas pelukannya mata Zahwa menatap pintu kamar Gea yang masih tertutup rapat. "Sekarang mas masuk gih, jangan buat Gea menunggu"Bram mengangguk, mencium kening Zahwa terlebih dahulu dalam waktu yang lama. "Selamat malam sayang"Berjalan ke pintu kamar Gea Bram membuka pintu kamar dengan perlahan dan menutupnya meninggalkan Zahwa yang masih berdiri mematung ditempat."Selamat malam mas" ucap Zahwa tercekit, dan langsung meremas dadanya yang membuncah dengan hebat."Kenapa rasanya lebih sakit dari sebelumnya tuhan?"Merasa ada ada sesuatu yang melingkar di perutnya mata Zahwa perlahan terbuka, batepa kaget nya ia mendapati Baram tidur di sampingnya mengingat kapan suaminya itu masuk ke dalam kamar memori otak Zahwa hanya mengingat dirinya mengantar Bram sampai di depan pintu kamar Gea dan seharusnya suaminya itu ada di sana bukan malah berada di sampingnya."Mas" "Apa sayang" jawab Bram khas suara orang bangun tidur."Mas kenapa bisa ada di sini? Bukan nya mas di kamar Gea tadi malam?"Tangan Bram memperkuat pelukannya pada pinggang Zahwa menengelamkan wajahnya pada celuk leher Zahwa. "Mas tidak bisa tidur dikamar lain sayang""Tapi mas, Gea bagaimana kalo kamu tinggal ke sini?""Sudah jangan pikirkan dia hari ini mas mau di manja sama istri cantik mas satu ini" jawab Bram masih memejamkan mata.Zahwa menghela nafas panjang milih tak melanjutkan topik tentang bagaimana suaminya bisa pindah kamar tanpa dirinya sadari karena memang tadi malam ia tidur sangat pula
"Gak papa ma kalo mas Bram gak mau gk usah di paksa" potong Gea meraih tangan Ayu."Aku sudah selesai" Bram menatap Zahwa yang duduk di sampingnya. "Selama mas tidak ada di rumah kamu cukup didalam kamar saja jangan kluar""Iyah""Jangan terlalu di manjakan istri mu itu, santai-santai di kamar sedangkan banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan" sindir ayu tak menatap keduanya."Kalo begitu besok aku akan datang kan art ke sini""Buat apa art? kalo istri mu saja bisa melakukan semuanya""Zahwa bukan art yang harus mengurus semua keinginan mama, dan rumah sebesar ini. Zahwa istri ku yang artinya tugasnya hanya melayani ku bukan menjadi art di rumah nya sendiri!"Ayu meletakan dengan anggun sendok di tangannya, menatap wajah Bram dengan tersenyum manis. "Tugas istri bukan hanya melayani suaminya melainkan tugas istri juga mengurus rumahnya, kalo rumahnya tidak diurus bagaimana kamu bisa betah di sini""Baiklah kal
Bram masuk kembali keruang dokter kandungan seorang diri karena suster yang mengantarnya tadi langsung menuju laboratorium. Kening Bram menimbulkan garis halus saat mendapati dokter yang duduk di hadapan Gea bukanlah dokter yang sama saat ia keluar bebarapa saat lalu."Loh dimana dokter tadi?"Gea menoleh ke arah Bram yang baru saja datang. "Kamu sudah selesai?" tak kunjung mendapat jawaban atas pertanyaan nya, giliran Gea yang menjawab pertanyaan Bram mengenai dokter yang ada di hadapannya. "Dokter yang pertama tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi dokter ini yang menggantikan memeriksa ku"Melihat Gea menjawab ucapan nya tanpa rasa gugup dan nampak lebih tenang membuat Bram merasa keadaan ini benar-benar sangat aneh, memilih mengangguk kecil Bram kembali duduk di samping Gea. "Bagaimana dengan pemeriksaan Gea?""Semuanya baik tuan, sel telur nona Gea dalam ke adaan baik dan ini hasilnya" dokter tersebut menyodorkan surat hasil pemeriksaan kepada B
Sampai di depan rumah Bram terlebih dahulu turun mengambil barang belanjaannya di antara begitu banyaknya barang-barang Gea. Mendapatkan apa yang ia cari Bram berjalan masuk dengan langkah lebar ke dalam rumah meninggalkan Gea yang tengah kepayahan membawa semua barang miliknya."Bram jangan pergi dulu, bantu aku!" teriak Gea tak di indahkan Bram yang sudah masuk terlebih dahulu.Sampai di ruang tengah Bram melalui Ayu begitu saja menaiki anak dua anak tangga sekaligus. "Loh dimana Gea?""Dibelakang" jawab Bram sedikit berteriak.Sampai di depan pintu kamar Bram langsung membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu mengejutkan Zahwa yang tengah memasukan baju yang baru selesai ia setrika ke dalam lemari."Mas, kamu sudah pulang?" Zahwa menghampiri Bram yang terlihat bahagia. "Bagiamana hasil pemeriksaan nya?"Seketika raut wajah Bram berubah drastis saat Zahwa menanyakan hal itu di saat dirinya tengah bahagia seperti sekarang ini.
"Ma...hari ini hasil laboratorium Bram keluar, aku harus bagaimana sekarang?"Suara Gea nampak gemetar wanita itu berulang kali mondar mandir sendiri didalam kamar, sesekali mantap pintu berharap cemas jika Bram masuk tiba-tiba."Bukankah kalian hanya tinggal mengambilnya saja? kenapa harus takut?" jawab Linda nampak tenang dari sebrang sana."Masalahnya Bram ingin program bayi tabung itu setalah mengambil hasilnya. Jadi kalo hasilnya bagus, hari ini juga program itu akan dilakukan"Kini bukan hanya Gea yang merasa kalang kabut tapi juga Linda, wanita itu nampak mengomeli anaknya karena memberitahu hall sepenting ini secara mendadak."Ma ini bukan waktunya untuk memarahi ku, tapi waktunya kita cari solusi""Apa otak mu itu bisa mencari solusinya sekarang, hah?" bentak Linda.Gea sedikit menjauhkan ponselnya saat Linda berteriak dari sebrang sana. "Ya... tidak maka dari itu aku hubungi mama""Sudahlah biarkan ini menjadi urusan mama" ucap Linda dari sebarang sana nampak sangat pusing m
"Bagaimana ceritanya kamu bisa jatuh dikamar mandi, bahkan sampai kaki mu retak seperti itu?" cecer Bram melihat kaki Gea yang tengah di bungkus perban oleh suster.Gea yang baru saja sadar dari pingsan memijat keningnya yang terasa pusing akibat benturan tadi. "Tadinya aku hanya ingin membasuh muka tapi saat keluar, lantai kamar mandi terasa licin dan akhirnya aku jatuh"Gea meraih tangan Bram saat pria itu masih fokus pada kakinya. "Aku gak papa mas, lagian hanya luka kecil dan dokter bilang aku hanya butuh istirahat total""Luka kecil kamu bilang?" ucap Bram mengulangi kata-kata Gea. "Apa kamu tidak bisa membedakan mana luka ringan dan mana luka serius?""Aku...""Mungkin kamu bisa menganggap luka ini hanyalah luka ringan karena dokter mengatakan tulang mu retak, tapi bagaimana kalo tulang mu sampai patah? apa kamu masih bisa berkata bawah itu luka kecil?"Melihat Bram yang nampak sangat khawatir membuat Zahwa merasa menyesal karena kurang hati-hati tadi. Apa lagi seharusnya suamin
Kini Bram sudah berada tepat di depan Ayu. Menatap Ayu yang menunjukkan ke angkuhannya. "Mama ngomong apa sih? mama mau usir Zahwa dari ini?""Iyah!" Jawabnya tanpa banyak berfikir, tangan nya terulur menunjuk wajah Zahwa yang ikut berdiri di samping Bram. "Dia adalah sumber masalah yang ada di rumah ini Bram! Apa kamu tidak sadar hall itu?"Hati Zahwa sangat sakit saat dirinya di sebut sebagai sumber masalah yang terus bermunculan di rumah ini. Apa mama mertua nya itu hanya menatap kesalahan yang ia lakukan saja tanpa berniat menatap sisi baiknya? Apa semua kebaikan yang ia tunjukan hanya bayangan semu?."Bukan Bram yang harusnya sadar di sini, tapi mama yang harusnya sadar akan sifat mama sekarang!"Gea yang melihat suara Bram naik satu oktaf saat berbicara dengan ayu berjalan mendekat, mencoba menenangkan amarah yang muncul pada hari mertuanya."Bram tidak seharusnya kamu berbicara kasar seperti sama mama." nasihat Gea.Bram beralih menatap Gea dengan tatapan tajam. "Kalo ada yang m
Bram yang tadinya ingin berada di apartemen dengan Zahwa terus di paksa pulang oleh Ayu yang mengancam tidak akan mau makan jika dirinya tidak pulang. Sebenarnya Bram tau itu hanyalah ancaman yang tidak akan mungkin ayu lakukan. Tapi Zahwa...wanita itu yang meminta nya untuk pulang khawatir kalo ayu benar-benar tidak makan malam kalo dirinya tidak pulang.Memastikan Ayu menyantap makan malamnya sampai habis Bram langsung berlalu ke kamar. Membuka pintu kamar dengan rasa malas. Baru ia akan mengehela nafas frustasi, matanya terlebih dahulu membulat sempurna melihat Gea berada di atas kasur membuat Bram menarik kasar tangannya agar turun secara kasar. Menjauhkan wanita itu dari semua benda yang menyangkut tentang Zahwa."Siapa yang menyuruh mu masuk ke kamar ku!" Bentak Bram dengan sorot mata memancarkan kemarahan yang menggebu-gebu."Bukannya kita akan satu kamar setalah Zahwa pergi?"Gea berfikir kepergian Zahwa merupakan kesempatan bagus untuk mendekati Bram apa lagi berada di satu ka