Share

BAB 4 : Kehidupan Baru

"Za, lihat ada bayi perempuan ditemukan di bawah jembatan saat air sungai tengah meluap" Ucap Liya heboh saat berita online yang ia tonton menunjukan evakuasi seorang bayi perempuan yang hanya berselimutkan jarik tipis.

Dada Zahwa terasa sakit saat melihat tubuh bayi perempuan tersebut berwarna putih pucat yang bisa dipastikan bayi tersebut kedinginan dan kelaparan selama beberapa hari sebelum ditemukan.

"Dikabarkan bayi berjenis kelamin perempuan tersebut dibuang begitu saja oleh ibunya karena sang ibu yang tak ingin menampung aib nya diluar nikah"

"Dan bayi perempuan tersebut akan di identifikasi petugas lebih lanjut memastikan bayi berjenis kelamin perempuan tersebut dalam keadaan sehat dan akan diserahkan kepada pihak kelurga"

"Kenapa wanita-wanita di luar sana yang sangat mudah mendapat kepercayaan sebesar itu malah menyia-nyiakan nya?, sedangkan aku?-" ucap Zahwa terpotong saat ia menatap dirinya sendiri yang sampai sekarang belum bisa memberikan suaminya keturunan.

Liya mengusap punggung Zahwa memberikan sahabatnya itu kekuatan. "Kamu itu sempurna Za, dan rahim kamu juga baik-baik saja tidak ada permasalahan apapun, hanya saja mungkin tuhan ingin melihat mu bersabar sedikit lagi"

Zahwa tersenyum getir membalas ucapan Liya, Melihat layar ponselnya yang menunjukan pukul satu siang matanya beralih menatap langit yang sangat cerah siang hari ini, pasti sekarang Bram dan Gea sedang memilih-milih baju pengantin yang akan mereka kenakan besok.

Ya, besok adalah hari pernikahan Bram dan Gea yang sudah direncanakan Ayu dan mama Gea sejak dua minggu yang lalu.

"Kamu kenapa?" tegur ayu saat tatapan mata Zahwa kosong.

"A-aku tidak apa hanya pusing sedikit, mungkin karena belum makan" jawab Zahwa bohong.

"Biarkan aku pesankan makanan" Zahwa mengangguk setuju membiarkan Liya berlalu memesankan makanan untuk keduanya.

***

Rumah Rivaldo terlihat sangat ramai sekali orang yang berlalu lalang kesana-kemari menyiapkan pernikahan Bram dan Gea. Meski tak ada pesta sebesar pernikahan Bram dan Zahwa dulu saat kebahagiaan semua orang tersirat dari wajah mereka masing-masing.

Zahwa yang tak ingin berdiam diri juga ikut membantu para pelayan, apapun pekerjaan yang bisa ia lakukan akan ia kerjakan, meski hatinya terasa sakit saat ini, Zahwa berusaha tegar.

"Nona, biar kami saja yang menyiapkannya" untuk kesekian kalinya teguran itu Zahwa dapatkan saat para pelayan mendapatinya berjalan kesana-kemari.

"Tak-"

"Sudahlah jangan urusi dia, urus saja pekerjaan kalian yang belum selesai. Lihat itu masih banyak sekali yang harus kalian tata sebelum pengantin perempuan tiba!" ucap Ayu yang tiba-tiba saja datang memotong ucapan Zahwa.

"Ba-baik nyonya" mereka semua berhamburan ke arah yang ditunjuk Ayu.

Menyisakan Zahwa dan dirinya di dapur, mata ayu menatap Zahwa lekat. "Kenapa wajah mu cemberut seperti itu!"

"Ti-tidak ma" Zahwa memaksakan senyuman terbit diwajahnya.

Ayu melangkah mendekat kearah Zahwa membisikan sesuatu pada telinga menantunya. "Jangan melihatkan wajah jelek mu itu dihadapan semua orang!, karena mama tidak ingin satupun dari mereka berfikir pernikahan ini terjadi karena kehendak mama tanpa memikirkan perasaan menantu mandul seperti dirimu!"

Kepala Zahwa menunduk dalam, meremas ujung kain lap yang ada ditangannya. Sudah berulang kali ia mendengar kata-kata mandul itu masuk ke telinganya, tapi kenapa hatinya juga belum bisa terbiasa sampai sekarang?.

"Nyonya,nyonya" panggil pelayanan berjalan terburu-buru kearah ayu. Zahwa langsung memalingkan wajahnya kearah lain tak ingin satu orang pun melihat dirinya tengah bersedih sekarang.

"Apa?"

"Mobil mempelai wanita sudah memasuki halaman rumah, nyonya"

"Apa semuanya sudah siap?" tanya ayu memastikan.

"Sudah nyonya"

Mengangguk paham Ayu mengibaskan tangannya menyuruh pelayanan tersebut kembali ke pekerjaannya.

"Panggil Bram sekarang, bilang sama dia Gea dan mamanya sudah datang!"

Tau perintah itu untuknya Zahwa mengangguk lesu, berjalan terlebih dahulu ke kamarnya di lantai dua. Menghampiri suaminya yang sejak tadi tak ingin keluar dari kamar.

Membuka pintu secara perlahan Zahwa melihat Bram yang tengah duduk di tepi ranjang dengan membelakanginya. Melangkah masuk Zahwa berjalan mendekat kearah Bram.

"Mas" panggilnya lembut.

"Ada apa?" tanya Bram tanpa membalikan badannya.

"Gea dan mamanya sudah datang" jawab Zahwa.

Kali ini Bram membalikan badannya menatap Zahwa yang tengah tersenyum manis kearahnya. Salah itu bukan senyum manis, itu hanyalah senyuman pura-pura yang ditunjukan oleh istrinya agar ia terlihat bahagia.

"Zahwa pikirkan sekali lagi dengan keputusan mu!, kita masih memiliki waktu untuk membatalkan semuanya!"

"Aku tidak akan membatalkan apapun hari ini mas" jawab Zahwa yakin.

"Aku tidak ingin kau menyesal dikemudian hari dengan keputusan yang kau ambil secara sepihak-"

"Mas" potong Zahwa cepat. "Aku sudah memikirkan ini dan aku yakin kalo aku tidak akan pernah menyesal nantinya"

Zahwa ikut duduk di samping Bram, meraih tangan berotot milik suaminya itu. Mengulas senyum tipis. "Kita turun sekarang ya, pasti Gea dan mamanya sudah menunggu mu"

Bram menghela nafas berat, membuang pandangan nya ke arah lain, tangan Bram mengusap cepat air matanya yang jatuh. Kembali menatap Zahwa yang mengangguk kecil menarik tangannya keluar dari dalam kamar menemui Gea dan yang lainnya.

Di lantai satu Gea sudah duduk terlebih dahulu di depan penghulu menunggu Bram yang turun dari lantai dua bersama Zahwa.

Mendudukkan suaminya di samping Gea, Zahwa mengambil kain putih menutupi bagian atas kepala Bram dan juga Gea.

Duduk di arah Lain pandangan mata Bram dan Zahwa kembali bertemu, hati yang keduanya saling jaga sekarang harus tersakiti dalam waktu yang bersamaan.

"Apa acaranya sudah bisa kita mulai?" tanya penghulu menata bergantian pada Gea dan Bram.

Pernikahan yang dilakukan Bram dan Gea hanyalah pernikahan sirih.

Bram mengangguk lesu menjabat tangan penghulu yang sudah terulur terlebih dahulu.

"Za" panggil Bram membuat wanita yang tengah menikmati es krim di tangannya menoleh penasaran.

"Ada apa?"

"Kamu cantik" puji Bram langsung mendapat senggolan dari Zahwa.

"Jangan memujiku, nanti kalo kamu memujiku aku bisa semakin cinta dengan mu" goda Zahwa membuat Bram terkekeh.

Menarik tangan Zahwa duduk di kursi taman yang kosong, keduanya menikmati malam yang cerah dipenuhi bintang-bintang.

Zahwa yang lebih suka diajak berjalan di pinggir jalan, selalu menolak tawaran Bram yang ingin membawanya ke mall hanya Sekar membeli baju. Tak ingin membuat wanita yang ia cintai merasa tak nyaman Bram menurut saja apa yang Zahwa sukai.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu"

"Apa itu?" tanya Zahwa masih sibuk menghabiskan es krim ditangannya.

Bram merogoh kantong jas nya mengeluarkan kotak perhiasan yang berisi berlian. "Aku mencintaimu sejak pertama kali kamu menolong ku, dan sejak saat itu juga hati ku sudah terpenuhi dengan nama mu. Dan malam ini, ditaman ini aku ingin melamar mu menjadi istri satu-satunya Bram Rivaldo"

Tangan Zahwa menutup mulutnya yang terbuka lebar akan lamaran dadakan dari Bram. "Bram jangan main-main"

"Aku tidak main-main, aku benar-benar ingin memiliki mu menjadi wanita ku satu-satunya di dunia ini"

"Well you mary me?" lanjut Bram sekali lagi sekarang beralih berjongkok dihadapan Zahwa.

"Bram jangan seperti ini, bagiamana kalo rekan bisnis mu melihatnya?" ucap Zahwa menatap ke sana kemari.

"Jawab pertanyaan ku, baru aku akan berdiri" ucap Bram yang tak ingin pindah dari tempatnya.

Zahwa menatap sorot mata Bram yang penuh keseriusan akan dirinya malam ini, Melihat pria yang sangat ia cintai bersimpuh dengan memegang kotak berwarna merah ditangannya Zahwa mengangguk kecil.

"I want to marry you"jawab Zahwa dengan suara menahan tangis bahagia.

Bram langsung memeluk tubuh Zahwa dengan erat saat lamarannya di terima oleh wanita yang ia cintai.

"SAH!" suara nyaring dari semua orang membuat lamunan bahagia Zahwa buyar.

Sekarang Bram dan Gea sudah resmi menjadi suami istri yang akan menempuh kehidupan baru setelah ini. Bukan hanya Gea, Zahwa juga akan menjalani hidup barunya mulai detik ini.

Bram membalikan badannya menatap wajah Zahwa yang kebetulan tengah meneteskan air matanya.

Dengan cepat Zahwa menghapus jejek dari wajahnya. "Ini air mata bahagia mas" ucap Zahwa melewati sorot matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status