Melihat Bram sudah berada di apartemen nya jam lima subuh membuat Zahwa yang baru akan membuat sarapan terkejut akan kedatangan pria itu di pagi buta dimana biasanya Bram masih menikmati mimpi indahnya. Tanpa banyak bertanya Zahwa langsung meminta Bram untuk masuk ke dalam Karana udara pagi yang masih begitu dingin karena memang semalam hujan lebat baru saja turun dan berhenti jam empat dini hari. "Mas ngapain kesini pagi-pagi?" Zahwa langsung melayangkan pertanyaan setelah mempersilahkan Bram masuk."Tentu saja untuk menemui mu" Bram membantu Zahwa duduk di sofa. "Apa masih ngilu ataupun sakit di bagian kaki mu?" "Sedikit, tapi lama kelamaan juga akan terbiasa" Zahwa meluruskan kakinya agar tak mudah kesemutan. Kembali menatap pria yang ada di sampingnya. "Apa mama dan Gea tau mas kesini pagi-pagi buta?"Bram memutar bola matanya malas saat kedua nama itu kembali di sebut setalah apa yang telah mereka lakukan dengan cara memisahkannya dengan Zahwa seperti sekarang ini. Bram tidak ha
Duduk di samping makam kedua orang tuanya Zahwa ditemani Bram yang lengkap mengenakan setelan berwarna hitam dan kaca mata hitam terpasang pada wajah tampannya. Zahwa mengukir senyum setiap kali datang ke makam orang tuanya saat makan dalam kondisi bersih dan terawat bahkan rumput liar satupun tidak terlihat disana karena memang Bram menyuruhnya orang khusus untuk membersihkan makan kedua orang tuanya setiap minggu sekali.Bram melantunkan doa untuk mertuanya di ikuti Zahwa yang selalu mengamini di setiap kata. Mengusap baru nisan sang ibu Zahwa menerbitkan senyum berharap ibu dan ayahnya akan melihat senyuman itu. "Ibu, ayah, maaf in Zahwa ya kalo akhir-akhir ini Zahwa jarang kesini, maaf kalo sampai sekarang Zahwa belum kasih kabar bahagia buat kalian berdua""Za" Baram menggeleng tak suka mendengar ucapan itu. "Mas sudah bilang kan, jangan bahas itu lagi, mas gak suka""Maaf mas, Zahwa lupa" Tak ingin terbawa suasana lebih dalam lagi Zahwa mengajak Bram untuk mengunjungi ayah mertua
Tubuh Zahwa maju beberapa centi kedepan saat mobil yang ia tumpangi berhenti mendadak di pinggir jalan yang sepi tapi terasa sejuk karena banyak pepohonan yang rindang disekitarnya. Zahwa menatap Bram yang tiba-tiba terdiam menatap keluar jendela, manik mata pria itu menggambarkan kecemasan yang membuat Zahwa merasa aneh karena tadi setalah perdebatan dengan Ayu Bram langsung mengajaknya bercanda tapi sekarang sikap pria itu benar-benar aneh."Mas" panggil Zahwa menggoyang lengan kekar milik Bram.Masih dengan posisi yang sama Bram membiarkan Zahwa menggoyang lengannya berulang kali, matanya terus tertuju kedepan."Mas kamu kenapa sih? kenapa tiba-tiba kaya gini? mas jawab aku" tak kunjung mendapatkan jawaban Zahwa melepas setbel pada tubuhnya mencondongkan sedikit badan untuk melihat wajah sang suami, baru tangannya akan terulur memalingkan wajah Bram pria itu lebih dahulu memalingkan wajahnya dan terjadi pertemuan dua bibir yang tak direncanakan itu.Cup...Bola mata Zahwa membulat
Sesuai jadwal program bayi tabung Gea hari ini Bram berniat mengantar wanita itu untuk ke rumah sakit melakukan beberapa prosedur yang harus Gea lakukan, meskipun tidak ada cinta untuk wanita itu Bram selalu bersikap profesional mengenai anak yang akan dikandung oleh wanita itu. Menutup pintu kamarnya Bram melihat Gea yang sudah rapi keluar dari kamar berjalan mendekat ke arahnya."Kamu sudah siap?""Sudah" Setelah kejadian dimana Zahwa jatuh di kamar mandi hari itu Gea berfikir Bram tidak akan mengantarnya ke rumah sakit lagi untuk melakukan program bayi tabung,tapi dirinya salah pria itu tiba-tiba menawarkan diri pagi dan mengatakan akan mengantarkannya setiap jadwal program bayi tabung itu dilakukan. "Ya sudah ayo berangkat, jangan membuang waktu disini""Tunggu Bram" cegah Gea menahan tangan Bram dan langsung melepasnya saat tatapan mata Bram mengisyaratkan tak suka."Ada apa?""Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu sebelum kita berangkat"Bram melirik arloji yang menunjukan puk
Waktu bergulir dengan begitu cepat membuat wanita cantik di kediaman keluarga Rivaldo sekarang menghela nafas panjang berulang kali, menatap pantulan wajahnya pada cermin kamar mandi, terlihat begitu menyedihkan harus terus bertahan dirumah tangga yang tidak memiliki kemajuan sedikitpun seperti ini, ditambah dua hari lalu Bram lebih memilih tinggal bersama dengan Zahwa tanpa berniat untuk pulang hanya sekedar menanyakan kabar nya.Sesuai dengan ucapan Linda satu bulan yang lalu, hari ini Gea mencoba melakukan tes kehamilan yang tentu saja hasilnya positif. Mengenggam benda pipih itu dengan erat Gea melangkah Keluar dari kamar menemui Ayu meminta mertuanya itu untuk menghubungi sang suami untuk pulang kerumah sekalian mengajak Zahwa. Awalnya ayu tidak setuju dengan ucapan Gea yang meminta Zahwa untuk datang kembali kerumah ini, tapi bukan Gea namanya kalo tidak bisa membuat Ayu mengiyakan permintaannya.Semenjak satu setengah bulan ini juga Ayu mempekerjakan beberapa art untuk mengurus
Bram menghela nafas kasar berjalan menjauh dari hadapan Gea, sesaat keheningan tercipta dikamar milik Gea yang masih menunggu jawaban dari Bram."Aku punya jalan tengah untuk masalah ini""Jalan tengah? maksud mu?" perasaan Gea mulai tak enak saat Bram berbalik badan perasaan gelisah mulai menyelimuti tubuh dan fikiran nya sekarang."Kita akan bercerai setelah anak yang ada dikandung mu itu lahir"Deg!Ucapan itu tidak pernah terlintas di pikiran Gea saat menyampaikan kabar bahagia ini pada pria yang ia cintai itu, yang ada justru ia berfikir dengan adanya janin ini hubungan nya dengan Bram akan membaik seperti di film-film yang pernah ia bintangi sebelumnya mendapatkan perlakukan romantis dari sang suami, bukannya kata perpisahan yang pria itu lontarkan."Cerai? apa aku tidak salah dengar?"Bram menggeleng cepat. "Itu jalan yang terbaik buat kita semua Ge""Iyah itu jalan yang terbaik untuk mu dan juga Zahwa! kalian memanfaaatkan ku hanya agar kalian memiliki anak, setalah aku melahirk
Malam harinya teman, sahabat, bahkan beberapa rekan bisnis Bram datang di acara syukuran atas kehamilan Gea. Zahwa yang memutuskan untuk tidak pulang ke apartemen membantu ayu mengawasi setiap dekor bahkan ketring untuk para tamu. Setelah memastikan semuanya siap dan sesuai keinginan ayu, Zahwa menyambut satu persatu tamu dan mengarahkan nya pada meja yang sudah tersedia.Saat Zahwa sedang sibuk menyambut tamu yang semakin banyak datang beda hal nya dengan Bram yang duduk termenung di pinggir ranjang, pria itu terlalu banyak melamun setelah kejadian tadi siang membuat pikiran dan hatinya tak bisa berfikir sejalan."Bram!" panggil Gea untuk kesekian kalinya saat sang suami malah diam saja tanpa merespon panggilannya. Menyadarkan kesadaran Bram menatap Gea yang sudah siap. "Kamu di panggil malah nglamun""Ada apa?""Mama meminta kita untuk turun" jawab Gea saat Ayu meminta keduanya untuk segara turun, karena sudah banyak tamu yang menanyakan keduanya."Kamu duluan saja, aku mau ke kamar
"Mulai hari ini aku akan berada dirumah Zahwa tiga hari dan dirumah Gea empat hari. Dan aku harap kamu gak keberatan soal ini Za, karena sekarang Gea sedang hamil dan sangat membutuhkan ku disampingnya"Zahwa termenung dimeja mengajarnya setelah memberikan soal pada murid-muridnya, memikirkan keputusan yang diambil sang suami tadi malam membuat keraguan yang sempat hilang kembali datang dengan rasa yang lebih besar. Mau tidak mau Zahwa harus terbiasa dan memaklumi semua yang akan terjadi kedepannya,atau mungkin waktu tiga hari nya dengan sang suami akan tersita secara mendadak."Kamu pasti bisa Za" batin Zahwa menenangkan diri sendiri."Bu guru" panggil anak usia delapan tahun menggoyangkan tangan Zahwa."Iyah, ada apa?""Bu guru nglamun ya?" tanya anak bernama Bintang.Zahwa menggeleng meraih buku tulis yang ada ditangan anak laki-laki itu. Keningnya menimbulkan garis halus saat tidak ada satu jawaban dari soal yang sudah ia berikan. Menatap bintang yang tengah tersenyum kuda. "Kenapa