"Halo mas" sapa Zahra begitu sambungan telfon dengan sang suami terhubung duduk di depan meja rias dengan balutan handuk masih terpasang pada rambutnya yang basah."Kamu dimana?""Aku di apartemen, baru saja selesai mandi" jawab Zahwa. "Tumben telfon jam segini mas ada hal penting yang mau di omongin?" sambung Zahwa."Memangnya harus ada hal penting dulu baru mas boleh telfon istri mas?""Ya enggak sih" Zahwa menggaruk handuk yang berada di kepalanya bingung harus menjawab apa."Mas rindu Za""Bukan nya baru tadi pagi mas berangkat? masa malam nya udah rindu" goda Zahwa."Waktu disini terasa sangat lama Za, apa mungkin itu karena tidak ada diri mu?" Tawa Zahwa pecah mendengar gombalan receh Bram, meletakan ponsel di meja rias Zahwa aktifkan fitur loudspeaker sambil mengeringkan rambut menggunakan hair dryer. "Itu tandanya mas harus dengan cepat menyelesaikan tugas mas disana""Mau se cepat apapun mas mengerjakan nya dugaan mas akan berada di sini dalam waktu yang lama"Zahwa mematika
Tanpa menjauhkan tangan nya Zahwa mencoba berbicara dengan janin Gea. "Sehat-sehat ya sayang di perut mama Gea""Tentu saja dia akan sehat dia kan anak ku!" ucap Gea menyingkirkan tangan Zahwa merasa tersinggung akan ucapan wanita itu. "Kamu fikir aku tidak bisa menjaganya?""A-aku yakin kamu pasti bisa menjaganya dengan baik""Terus maksud ucapan mu tadi apa?" sudut Gea, terlihat wanita itu sangat tersinggung akan ucapan Zahwa yang di layangkan pada janin nya."A-aku tidak memiliki maksud apapun Ge, percayalah" Zahwa meminta wanita di hadapan nya itu percaya akan ucapan nya yang tidak memiliki maksud apapun dan ucapan nya tadi seratus persen murni untuk berbicara pada janin Gea tanpa menyinggung perasaan nya tapi siapa sangka pertanyaan itu justru menyinggung hati Gea."Ada apa ini?" terlihat wanita paruh baya baru saja turun dari lantai dua menatap bergantian menantunya yang saling berhadapan. Dan yang paling mencolok adalah keberadaan Zahwa yang berada di rumah nya di pagi hari den
Kening Zahwa menimbulkan garis halus mendapati nomor tidak di kenal tertera di layar ponsel nya, berfikir jika itu hanya orang iseng salah sambung Zahwa memilih tidak menghiraukan melangkah masuk ke dalam kamar merebahkan tubuh di atas ranjang menatap langit-langit kamar dengan tatapan datar. Fikiran nya berkelana kesana kemari memikirkan hal yang tidak pasti, memilih untuk mengistirahatkan tubuh dari pada memikirkan yang tidak-tidak mata Zahwa perlahan terpejam.Belum sempat mata nya tertutup sempurna ponsel kembali berbunyi. Dan sama seperti beberapa saat lalu dengan nomor yang sama tertera di layar ponsel Zahwa. "Siapa orang ini"Dengan rasa penasaran akhirnya Zahwa mengangkat telfon tersebut, mendekatkan pada daun telinga."Betul ini nomor Zahwa?" tanya seorang dari sebrang sana.Zahwa yang namanya di panggil pun semakin dibuat bingung dengan siapa orang itu. "Iyah" jawab Zahwa singkat tidak ingin banyak bicara dengan orang yang bahkan Zahwa saja belum tau sepenuhnya."Ini aku Mal
"Apa boleh saya bawa Abel pulang hari ini?"permintaan yang cukup mengejutkan Anik membuat wanita itu menatap Zahwa serius. "Apa keluarga nona sudah memperbolehkan mengadopsi Abel?" dengan penuh kehati-hatian Anik melayangkan pertanyaan yang cukup pribadi pada Zahwa. Pasalnya hari dimana Zahwa menitipkan Abel wanita itu berkata akan meminta izin lebih dulu pada sang suami yang sampai sekarang Anik belum tau apa Bram memperbolehkan nya atau tidak namun jika melihat keseriusan dari sorot mata Zahwa wanita itu ingin sekali mengadopsi Abel menjadi anak nya.Ingin rasanya hari ini juga Zahwa menandatangani dan melalui beberapa proses untuk menjadi mama angkat Abel namun apa dayanya yang harus meyakinkan Bram lebih dulu untuk mengajar Abel menjadi anak mereka, karena bagaimanapun izin Bram sangat penting untuk nya. "Belum, hanya saja saya ingin membawa Abel pulang untuk beberapa hari kedepan agar saya tidak lagi merasa kesepian karena di tinggal mas Bram ke luar kota" jelas Zahwa. Padahal di
"Halo Za..."Oek...Oek...Oek..."Kok ada suara bayi? itu bayi siapa?" tanya Malik dari sebarang sana, niat hati ingin mengajak Zahwa makan malam di luar Malik malah di buat bingung akan tangis bayi yang tidak kunjung reda."Ponakan aku mas" Jawab Zahwa membuat Malik mengerutkan kening di sebarang sana. "Ada apa mas Malik telfon?" mengalihkan pembicaraan Zahwa tidak ingin keberadaan Abel terlalu banyak di ketahui oleh orang, dan yang harus mengetahui hal ini pertama kali adalah Bram suaminya karena tidak ada yang lebih penting dari posisi Bram sebagai suaminya sekarang."Aku ingin mengajak mu makan malam, apa kamu bisa?"Menatap jam di kamar yang menunjukkan setengah enam malam Zahwa sampai lupa memasak untuk dirinya sendiri karena harus mengurus Abel yang masih menangis sampai sekarang. "Maaf mas aku gak bisa""Kenapa?"Zahwa menggigit bibir bawahnya ia tidak terbiasa menolak tawaran seseorang seperti ini namun bagaimana lagi keadaan yang membuat Zahwa harus melakukan itu, apa lagi d
Meletakan termometer pada badan Abel Zahwa mendapati suhu badan bayi itu sudah normal seperti biasa, dan kebetulan hari ini juga Zahwa akan membeli perlengkapan Abel yang belum ia miliki seperti bak mandi, sabun khusus bayi dan lain-lain. "Hari ini kita mau jalan-jalan sayang" ucap Zahwa di sambut senyum lebar Abel membuat nya semakin gemas dengan makhluk mungil tersebut mendaratkan ciuman pada kedua pipinya Zahwa mendapati ponsel nya berdering.Mendapati Lila yang menghubungi dengan cepat Zahwa mengangkat telfon tersebut."Kamu gak ke sekolah lagi Za? kok kamu akhir-akhir ini sering libur mendadak sih? kamu sakit ya?"Baru saja sambungan telfon terhubung Zahwa langsung mendapatkan begitu banyak pertanyaan dari Lila mengenai ke tidak hadirannya. "Aku gak sakit, hanya ada urusan mendadak saja""Urusan apa Za? orang suami mu saja ada di luar kota" Lila tau Bram berada di luar kota karena Zahwa yang memberitahunya beberapa hari lalu dan menjelaskan kalo kini dirinya sudah tidak tinggal d
"Abel mau yang mana sayang? mau yang bebek atau gajah? atau mau aunty aja?" menghabiskan jam pulang dengan bermain bersama Abel membuat Lila sangat bahagia, bayi mungil yang sangat aktif itu sangat menggemaskan di mata Lila. Jika saja Abel boneka sudah di pastikan akan Lila masukan plastik untuk ia bawa pulang saat itu juga.Keluar kamar mandi Zahwa mendapati anak nya tengah tersenyum melihat Lila yang terus mengajak nya bicara. Zahwa yang sempat berfikir jika Lila tidak akan suka dengan Abel menghela nafas lega melihat pemandangan yang membuat hatinya bahagia. "Anak mama lagi bicara apa sama tante Lila?""Za anak kamu gemes in banget pengen aku bungkus bawa pulang""Kalo gemes kenapa kamu tidak nikah aja? nanti juga dapat bonus anak" Lila memutar bola mata malas. "Belum mau nikah aku"Zahwa hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Lila. Selagi Abel bermain dengan Lila Zahwa merapikan meja kerjanya menyusun buku anak-anak menjadi satu tumpukan, merapikan mainan Abel yang berantak
Gea yang tidak jadi berbelanja memutuskan untuk pulang ke rumah Linda menceritakan semua yang ia lihat pada mama nya dan meminta saran pada wanita itu mengenai langkah apa yang harus ia ambil, cukup lama keduanya bertukar fikiran akhirnya mereka sampai di keputusan akhir dimana mereka akan memata-matai Zahwa seharian ini mencari celah sedikit saja perbuatan Zahwa yang bisa mereka gunakan untuk melakukan rencana selanjutnya.Info terakhir yang Gea dapatkan mengenai Zahwa adalah wanita itu tinggal di apartemen Bram, namun karena apartemen suaminya itu hanya ada dua disini Gea memutuskan untuk mencarinya tau sendiri bio data Zahwa di salah satu apartemen tersebut, sampai akhirnya ia mendapatkan info kalo Zahwa menginap selama satu bulan belakangan ini di apartemen pusat kota.Bersama dengan Linda keduanya memata-matai apartemen tersebut dari dalam mobil. Satu jam, dua jam, tiga jam, sampai mata hari menunjukan sore hari mereka tidak mendapatkan tanda-tanda mengenai Zahwa keluar apartemen