Share

Bab 2: Kecurigaan Tante Erna

“Langga, kamu di mana…?”

Hari masih cukup pagi, tetapi Langga sudah mendapatkan telepon ‘dinas’ dari tante kesayangannya. Dia cukup kaget, sebab jarang sekali Tante Erna menghubunginya di saat matahari masih tinggi.

Karena pria tersebut sedang ada di lingkungan kampus, Langga mengangkat telepon tersebut dengan suara berbisik-bisik. “Saya di kampus tante, kenapa tante?”

“Kamu temui aku sekarang di Puncak, aku butuh kamu!”

“Tapi, Tan–”

“Jangan pakai tapi-tapi, soal Mami Ela itu urusanku! Sekarang, cepatlah kamu ke sini segera!” Tante Erna lalu menyebutkan alamat lengkapnya.

Dengan taksi online, Langga yang masih bingung meluncur ke sebuah cottage yang ada di Puncak, sesuai instruksi Tante Erna.

Begitu bertemu di kamar cottage, Langga kaget melihat mata wanita cantik yang rutin perawatan ke salon mahal ini memerah, tanda habis menangis.

“Langga, kamu kenal wanita bernama Astrid? Dia model terkenal dan bernaung sama dengan kamu di bawah kendali Mami Ela, kan?”

Langga kaget. Dia kenal dengan Astrid, wanita yang selalu jadi tempat pelampiasannya usai melayani Tante Erna. Mirisnya, Langga juga tahu jika Astrid juga merupakan simpanan dari suami Tante Erna.

Meski begitu, tidak mungkin Langga membocorkan hubungan gelapnya dengan Astrid pada Tante Erna.

“Hanya kenal saat latihan model dan manggung saja tante, tak akrab. Ada apa emangnya Tante?” Akhirnya, Langga terpaksa berdusta dan memasang wajah bengong.

“Suamiku tergila-gila dengan lonte itu!” Suara Tante Erna meninggi, menunjukkan dia tengah begitu emosional. “Dia mau jadikan si Astrid bini keduanya. Aku baru tahu dia sering transfer uang ke wanita itu!”

Langga langsung terdiam, bingung harus ngomong apa!

Hari ini, bukan bercinta yang diinginkan Tante Erna, tapi Langga dijadikan tong sampah, karena wanita ini mencurahkan seluruh uneg-uneg di hatinya.

Sebagai mahasiswa yang tentu memiliki kemampuan menganalisa suatu masalah, Langga dengan cerdik memberikan pandangannya.

“Tante, apakah sudah dipikirkan masak-masak?” ujar Langga begitu lembut, sesuatu yang jadi kelebihannya, sehingga membuat semua kliennya merasa nyaman dengannya.

“Ingat, suami tante sebentar lagi akan ikut pilkada. Kalau Tante bersikap gegabah, lawan politik pasti jadikan ini alat untuk jatuhkan suami tante!” Langga coba beri pandangan.

Adi Wibowo adalah pejabat yang akan bersaing di bursa pemilihan daerah. Itulah sebabnya juga, Tante Erna memiliki syarat yang begitu ketat sebelum menjadikan Langga sebagai simpanannya.

Mereka bertukar pendapat cukup lama, hingga senyuman tercipta di bibir Tante Erna. Tak hanya puas di ranjang, Tante Erna juga merasa puas pada sikap Langga yang begitu solutif.

Karenanya, hari ini Langga bak dapat durian runtuh, pria itu dihadiahi sebuah SUV keluaran terbaru oleh wanita setengah tua itu, yang sangat senang punya teman curhat yang sangat solutif dan bisa meredakan hatinya yang lagi gabut.

Dua bulan berlalu sejak nasihat Langga pada Tante Erna, hasil pilkada menyatakan jika Adi Wibowo telah terpilih sebagai Kepala Daerah di Provinsi Bagoya.

Siaran berita lokal dihiasi tampilan Tante Erna dan suaminya yang sama-sama tersenyum lebar, mengucap syukur atas kemenangan mereka.

Langga hanya tersenyum sinis melihat tayangan live itu, yang disiarkan sebuah TV swasta nasional, yang agaknya sengaja di bayar untuk tayangan khusus ini.

Saat itulah, pintu kos milik Langga diketuk dan langsung terbuka.

“Selamat yaa, Ayank kamu terpilih, aku lihat di hitung cepat suaranya tak mungkin lagi terkejar calon lain!” ledek Langga pada wanita cantik yang langsung merebahkan dirinya di ranjang.

“Hmmm, nggak usah nyindir deh!” Bibir wanita itu mengerucut, meski setelahnya terkikik juga. “Kamu juga kan simpanan Tante Erna Hadiyanti, istri Om Adi Wibowo. Pasti ikut kecipratan, lah … nanti! Tuh mobil SUV yang nangkring di depan itu dari siapa?”

Langga hanya tersenyum mesem. Astrid menggoyangkan tas mewahnya, bermaksud menunjukkan hadiah yang baru dia dapatkan dari pria simpanannya.

Di saat Adi Wibowo dan Tante Erna tengah berbahagia, Langga dan Astrid juga kembali menuntaskan penutup mereka di kamar kos ini.

Namun, wajah Astrid yang hari itu berbinar cerah memamerkan limpahan harta tak bertahan lama.

3 bulan setelah pelantikan, wanita itu datang lagi ke kamar kos Langga dengan wajah pucatnya.

“Kamu kenapa Astrid, kok pucat begitu…?”

“Aku sedang diteror seseorang, Langga!” Wanita itu bercerita dengan wajah frustrasinya. “Dia mengancam akan membunuhku kalau aku tidak meninggalkan Adi Wibowo. Aku curiga, dalang di balik ini semua adalah Tante Erna.”

“Apa hubungan kalian terendus media?” tanya Langga penasaran dan menatap tajam wajah Astrid.

Astrid menggeleng lemah. Dia kemudian bergerak mendekati Langga dan berbisik di telinga pria itu.

Tubuh Langga menegang, diiringi dengan kerutan di dahi setelah mendengar informasi mengejutkan. “Apa? Bagaimana bisa? Bukannya–”

Ucapan Langga terputus ketika Astrid menunjukkan sebuah benda tipis ke hadapannya. “Beberapa bulan ini aku tidak berhubungan dengan siapa pun selain dengannya. Aku yakin, aku hamil anaknya. Tapi sial, istrinya tau juga kabar ini!”

Seketika, Langga terpikirkan oleh reaksi Tante Erna. Bayang-bayang Tante Erna yang begitu emosional kala itu langsung terbayang di benak Langga. Wanita tua itu sanggup melakukan apa saja demi mendapatkan keinginannya.

“Lalu, apa rencanamu selanjutnya?” tanya Langga.

“Langga, seandainya terjadi apa-apa terhadapku, tolong sesekali jenguk anakku yang tinggal dengan neneknya. Dan ini ….” Astrid merogoh tasnya dan memberikan sebuah buku tabungan pada Langga. “Tolong simpan ini untuk keperluan anakku.” Mata wanita itu kemudian berkaca-kaca menatap pria di hadapannya.

Langga terpaku dengan tangan tergantung sembari memegang buku tabungan yang diserahkan Astrid padanya. “Kamu kenapa ngomong gini? Kamu udah kayak mau pamitan saja!” protesnya dengan degup jantung yang berdebar-debar, seolah-olah isyarat ini sesuatu yang buruk menimpa Astrid.

Astrid tersenyum tipis. “Pokoknya, aku percayakan semua sama kamu. Termasuk urusan anakku.” Kemudian, tangan wanita itu menepuk-nepuk bahu Langga beberapa kali. “Dan kamu, berhati-hatilah terhadap Tante Erna.”

Setelahnya, wanita itu langsung pergi meninggalkan Langga yang masih terpaku menatap benda yang diamanatkan padanya.

3 Minggu berlalu sejak kedatangan Astrid dan pesan ambigunya, Langga yang baru saja pulang dari pekerjaan short time-nya dikejutkan dengan sebuah berita di televisi.

Seorang reporter melaporkan sebuah insiden maut baru saja terjadi di tol Cipali, yang melibatkan sebuah mobil sedan mewah yang bertabrakan dengan sebuah truk kontainer. Mobil sedan mewah itu remuk di bagian depan, dan pengemudinya dilaporkan meregang nyawa di tempat.

“Ya Tuhan, Astrid!!”

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status