Share

Bab 4: Diculik Centeng Tante Erna

“Keluar, atau nyawamu melayang!”

Salah seorang pria dari mobil MPV bentak seorang pria itu dengan suara kasar, tanganya mengetuk kaca mobil SUV Langga dengan keras, membuat pria itu terpaksa menurunkan kacanya.

“Ma-maaf bang, sa-saya salah apa?” Langga langsung ketakutan sendiri, apalagi saat melihat pria itu memegang belati di tangan kanannya.

“Turun, dan ikut kami!” sentak pria ini tak sabaran.

Langga tidak punya pilihan. Dia pun membuka kunci pintu mobil, kemudian mengikuti seretan dua pria asing itu untuk masuk ke mobil MVP mereka dan membiarkan mobilnya dibawa oleh kawanan pria asing yang lain.

Langga memang mahir di ranjang. Namun, dia bukanlah pria jagoan. Dia tidak punya basic beladiri sama sekali.

Langga ternyata dibawa ke sebuah tempat yang berada di luar kota, lokasinya sudah hampir masuk wilayah Puncak.

Di sebuah rumah mewah berpagar tinggi, dua mobil ini masuk ke halaman rumah.

Setelahnya, Langga dibawa ke sebuah kamar, di dalam kamar mewah itu sudah menunggu seorang wanita cantik setengah tua, dengan rambut yang disanggul dan hanya mengenakan kimono transparan…Tante Erna!

“Langga Sayang,” ujarnya dengan lembut. “Kenapa kamu mematikan ponselmu? Apakah kamu sudah tak mau melayaniku?”

Jangan tertipu intonasi suaranya yang lembut. Nyatanya, tatapan Tante Erna begitu mengerikan.

“Bu-bukan begitu tante…sa-saya sedang konsen kuliah, karena sebentar lagi akan skripsi!” Langga coba bikin alibi.

“Bullshit!” Nada suara Tante Erna meninggi. “Jangan-jangan kamu asik melayani tante-tante yang lain!” masih dengan nada suara yang tinggi.

“Sumpah tante, saya tak pernah melayani wanita lain sejak bersama tante!” Langga terus mencoba berbohong, ngeri melihat kemarahan wanita ini.

Wajahnya yang putih memerah, walaupun tetap cantik, tapi di mata Langga wajah ini seolah nenek sihir yang bisa membinasakannya.

“Cepat lepas semua pakaian kamu!”

Tante Erna memutari tubuh Langga, sambil mencubit keras perut pemuda ini, antara marah dan gemas menjadi satu.

Tak punya pilihan lain, Langga terpaksa menuruti perintah Tante Erna, melepas seluruh bajunya, hingga hanya menyisakan celana boxer ketat miliknya. Tante Erna langsung mengilat melihat tonjolan di celana boxer pemuda ini, sesuatu yang membuat dia sangat tergila-gila dengan Langga, selain wajah tampan pemuda ini.

Tapi Tante Erna tetap memperlihatkan roman sinis, walaupun bibirnya tersenyum senang.

Tubuh kokoh Langga yang rajin nge-gym sangat menaikan hasrat wanita setengah tua ini, napasnya mulai tak beraturan melihat badan atletis Langga.

“Lepas sekalian boxer kamu itu…!” desisnya menahan gelora yang mulai menghinggapi dirinya.

Langga benar-benar tak berkutik, dia pun melepas satu-satunya kain yang ada di tubuhnya. Kini dia benar-benar polos di depan wanita yang memiliki hasrat tinggi ini.

Berbulan-bulan Tante Erna menahan hasrat gilanya ini, karena dua ajudan baru yang terus mengikutinya usai sang suami dilantik menjadi Gubernur di Provinsi Bagoya.

“Hemm…hampir 4 bulanan nggak bertemu, badan kamu makin bagus saja,” desah Tante Erna sambil membelai dada kokoh Langga yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Wanita itu bahkan meremas bagian intim Langga guna mengecek sendiri adakah pria itu berbohong padanya atau tidak.

Wanita ini lalu duduk di bibir ranjang, kemudian membuka kedua pahanya. “Cepat arahkan wajah kamu ke sini dan lakukan tugas kamu saat ini juga!”

Kepala Langga ditariknya kasar, hingga membentur benda lunak berumput tebal ini.

Langga bak budak yang harus melayaninya saat ini juga, Langga diperlakukan bak anj**g, gaya-gaya kasar pun dilakukan Tante Erna.

Tante Erna yang saat bertemu warga jadi wanita anggun, aristokrat dan terlihat humble, kini berubah 180 derajat. Menjadi wanita liar saat berhubungan.

“Rasakan ini, lelaki jahanammm…!”

Plakkk! Plakkk! Tubuh kokoh Langga benar-benar menderita luar dalam.

Cambuk kecil yang dikendalikan tante itu terus menerpa badan Langga, balur-balur merah di tubuh kokohnya ada di mana-mana. Langga berkali-kali menahan napas, karena rasa nyeri yang lumayan sakit dirasakan di sekujur tubuhnya.

Wanita itu terus menyiksanya, menyuruh Langga terus memuaskannya hingga dia mendapatkan pelepasan yang ke sebelas kalinya.

Langga yang sama sekali tidak menikmati hubungannya kali ini bernapas lega. Akhirnya dia terbebas dari siksaan ini. Dia beringsut pelan-pelan dan mengambil pakaiannya, lalu dengan menahan perih di sekujur tubuhnya, dia memasangnya kembali.

Dia berjalan terhuyung-huyung menuju pintu, baru berasa sakit sekali seluruh tubuhnya.

“Hei, ambil uang ini, lalu cepat kamu berobat!” Tante Erna melemparkan uang senilai 30 juta ke lantai. “Awas kalau masih mengabaikan panggilanku, kamu bakal lebih menderita daripada ini.”

Langga mengangguk dan memungut 3 gepukan uang itu dan memasukan ke dalam kantung jaketnya.

Saat berjalan terhuyung-huyung, 3 orang centeng Tante Erna yang tadi membawanya ke sini menatap dirinya dengan senyum sinis. Apalagi saat Langga berjalan terseok-seok menuju ke halaman rumah mewah ini.

“Nih kunci mobil kamu!” Seorang centeng menyerahkan kunci mobil SUV-nya, yang diterima Langga sambil mengucapkan terima kasih.

Langga menjalankan mobil dan memutuskan untuk mampir ke sebuah klinik yang dilewatinya. Dengan kaki gemetaran Langga masuk ke klinik yang saat itu lagi sepi, dirinya langsung diobati tanpa antre, dan Langga diminta melepas seluruh pakaiannya, kini hanya tinggal celana boxernya.

Dokter yang merawatnya keheranan melihat kondisi pemuda yang babak bundas ini.

“Kamu disiksa siapa mas, badan kamu seperti habis kena cambukan dan cakaran?”

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status