“Keluar, atau nyawamu melayang!”
Salah seorang pria dari mobil MPV bentak seorang pria itu dengan suara kasar, tanganya mengetuk kaca mobil SUV Langga dengan keras, membuat pria itu terpaksa menurunkan kacanya.
“Ma-maaf bang, sa-saya salah apa?” Langga langsung ketakutan sendiri, apalagi saat melihat pria itu memegang belati di tangan kanannya.
“Turun, dan ikut kami!” sentak pria ini tak sabaran.
Langga tidak punya pilihan. Dia pun membuka kunci pintu mobil, kemudian mengikuti seretan dua pria asing itu untuk masuk ke mobil MVP mereka dan membiarkan mobilnya dibawa oleh kawanan pria asing yang lain.
Langga memang mahir di ranjang. Namun, dia bukanlah pria jagoan. Dia tidak punya basic beladiri sama sekali.
Langga ternyata dibawa ke sebuah tempat yang berada di luar kota, lokasinya sudah hampir masuk wilayah Puncak.
Di sebuah rumah mewah berpagar tinggi, dua mobil ini masuk ke halaman rumah.
Setelahnya, Langga dibawa ke sebuah kamar, di dalam kamar mewah itu sudah menunggu seorang wanita cantik setengah tua, dengan rambut yang disanggul dan hanya mengenakan kimono transparan…Tante Erna!
“Langga Sayang,” ujarnya dengan lembut. “Kenapa kamu mematikan ponselmu? Apakah kamu sudah tak mau melayaniku?”
Jangan tertipu intonasi suaranya yang lembut. Nyatanya, tatapan Tante Erna begitu mengerikan.
“Bu-bukan begitu tante…sa-saya sedang konsen kuliah, karena sebentar lagi akan skripsi!” Langga coba bikin alibi.
“Bullshit!” Nada suara Tante Erna meninggi. “Jangan-jangan kamu asik melayani tante-tante yang lain!” masih dengan nada suara yang tinggi.
“Sumpah tante, saya tak pernah melayani wanita lain sejak bersama tante!” Langga terus mencoba berbohong, ngeri melihat kemarahan wanita ini.
Wajahnya yang putih memerah, walaupun tetap cantik, tapi di mata Langga wajah ini seolah nenek sihir yang bisa membinasakannya.
“Cepat lepas semua pakaian kamu!”
Tante Erna memutari tubuh Langga, sambil mencubit keras perut pemuda ini, antara marah dan gemas menjadi satu.
Tak punya pilihan lain, Langga terpaksa menuruti perintah Tante Erna, melepas seluruh bajunya, hingga hanya menyisakan celana boxer ketat miliknya. Tante Erna langsung mengilat melihat tonjolan di celana boxer pemuda ini, sesuatu yang membuat dia sangat tergila-gila dengan Langga, selain wajah tampan pemuda ini.
Tapi Tante Erna tetap memperlihatkan roman sinis, walaupun bibirnya tersenyum senang.
Tubuh kokoh Langga yang rajin nge-gym sangat menaikan hasrat wanita setengah tua ini, napasnya mulai tak beraturan melihat badan atletis Langga.
“Lepas sekalian boxer kamu itu…!” desisnya menahan gelora yang mulai menghinggapi dirinya.
Langga benar-benar tak berkutik, dia pun melepas satu-satunya kain yang ada di tubuhnya. Kini dia benar-benar polos di depan wanita yang memiliki hasrat tinggi ini.
Berbulan-bulan Tante Erna menahan hasrat gilanya ini, karena dua ajudan baru yang terus mengikutinya usai sang suami dilantik menjadi Gubernur di Provinsi Bagoya.
“Hemm…hampir 4 bulanan nggak bertemu, badan kamu makin bagus saja,” desah Tante Erna sambil membelai dada kokoh Langga yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Wanita itu bahkan meremas bagian intim Langga guna mengecek sendiri adakah pria itu berbohong padanya atau tidak.
Wanita ini lalu duduk di bibir ranjang, kemudian membuka kedua pahanya. “Cepat arahkan wajah kamu ke sini dan lakukan tugas kamu saat ini juga!”
Kepala Langga ditariknya kasar, hingga membentur benda lunak berumput tebal ini.
Langga bak budak yang harus melayaninya saat ini juga, Langga diperlakukan bak anj**g, gaya-gaya kasar pun dilakukan Tante Erna.
Tante Erna yang saat bertemu warga jadi wanita anggun, aristokrat dan terlihat humble, kini berubah 180 derajat. Menjadi wanita liar saat berhubungan.
“Rasakan ini, lelaki jahanammm…!”
Plakkk! Plakkk! Tubuh kokoh Langga benar-benar menderita luar dalam.
Cambuk kecil yang dikendalikan tante itu terus menerpa badan Langga, balur-balur merah di tubuh kokohnya ada di mana-mana. Langga berkali-kali menahan napas, karena rasa nyeri yang lumayan sakit dirasakan di sekujur tubuhnya.
Wanita itu terus menyiksanya, menyuruh Langga terus memuaskannya hingga dia mendapatkan pelepasan yang ke sebelas kalinya.
Langga yang sama sekali tidak menikmati hubungannya kali ini bernapas lega. Akhirnya dia terbebas dari siksaan ini. Dia beringsut pelan-pelan dan mengambil pakaiannya, lalu dengan menahan perih di sekujur tubuhnya, dia memasangnya kembali.
Dia berjalan terhuyung-huyung menuju pintu, baru berasa sakit sekali seluruh tubuhnya.
“Hei, ambil uang ini, lalu cepat kamu berobat!” Tante Erna melemparkan uang senilai 30 juta ke lantai. “Awas kalau masih mengabaikan panggilanku, kamu bakal lebih menderita daripada ini.”
Langga mengangguk dan memungut 3 gepukan uang itu dan memasukan ke dalam kantung jaketnya.
Saat berjalan terhuyung-huyung, 3 orang centeng Tante Erna yang tadi membawanya ke sini menatap dirinya dengan senyum sinis. Apalagi saat Langga berjalan terseok-seok menuju ke halaman rumah mewah ini.
“Nih kunci mobil kamu!” Seorang centeng menyerahkan kunci mobil SUV-nya, yang diterima Langga sambil mengucapkan terima kasih.
Langga menjalankan mobil dan memutuskan untuk mampir ke sebuah klinik yang dilewatinya. Dengan kaki gemetaran Langga masuk ke klinik yang saat itu lagi sepi, dirinya langsung diobati tanpa antre, dan Langga diminta melepas seluruh pakaiannya, kini hanya tinggal celana boxernya.
Dokter yang merawatnya keheranan melihat kondisi pemuda yang babak bundas ini.
“Kamu disiksa siapa mas, badan kamu seperti habis kena cambukan dan cakaran?”
*****
BERSAMBUNG
“Saya…barusan melayani klien yang sangat hyper, Dok.” Langga melirik dokter yang merawatnya. “Kamu lelaki komersil, ternyata.” Dokter perempuan itu tersenyum maklum, seakan sudah tak aneh dengan kondisi pasiennya yang seperti ini. “Lelaki komersil yang apes bertemu klien psikopat!” dengus Langga sambil memejamkan mata, menahan perih di tubuhnya saat obat ini dibaluri pada luka-luka yang dia derita. “Sayang sekali…padahal kamu memiliki badan bagus dan wajah yang sangat tampan, kenapa sih harus ambil jalan pintas untuk cari cuan?” si dokter ini malah menasehati Langga, seolah menasehati anak kecil yang nakal. Langga terdiam, nasehat dokter ini bak menghujam hatinya. “Makasih nasehatnya, Dok….” Tanpa Langga sadari dokter ini menatapnya dengan pandangan aneh. Lalu dokter ini menarik napas panjang, sambil angkat bahu. Dokter dan Langga sama-sama diam, pada dasarnya Langga memang agak irit bicara, apalagi soal profesinya yang bagi sebagian orang dianggap sangat hina ini. Dokter ini t
Mami Ela kaget sekali, di depannya sudah berdiri Tante Erna dengan 3 centengnya. “Halooo tante, ih makin cakep ajah setelah jadi ibu pejabat, tumben nih berkunjung ke tempat saya.” Mami Ela tergopoh dan langsung berbasa-basi menyambut tamunya yang terlihat angkuh ini. “Ahhh hentikan basa-basi kamu, di mana Langga, sudah 2 minggu lebih dia tak bisa ku kontak!” Tante Erna menolak duduk saat di persilahkan. “Langga sengaja ku minta istirahat Tante…emm...pasti paham kan kenapa dia ku minta istirahat dulu.” Sindir Mami Ela halus. Wajah Tante Erna langsung berubah. “Di mana dia kini…aku…mau mengajaknya berobat, biar cepat sembuh!” suara Tante Erna agak melembut, bahkan kini duduk di kursi yang tadi di tolaknya. “Tante…ku mohon kali ini tolong jangan dulu ganggu anak buah saya, dia agak shock.” “Berani kamu merintangi aku heehh!” “Maaf Tante…tapi saya juga harus melindungi anak buahku, kalau terjadi apa-apa…aku harus bertanggung jawab. Aku tak ingin nasib tragis Astrid juga menimpa pa
“Terima kasih Langga, kamu datang juga.” dokter Ussy langsung menyambut Langga yang baru datang ke rumahnya. Penampilan Langga bak eksekutif muda, berjas dan baju kaos di dalamnya. “Cakep banget ni orang.” Batin dokter Ussy sambil tersenyum senang. Pesta Ultah Celica yang ke 3 tahun berlangsung ramai, saat Celica asek berceloteh dengan teman sebayanya, sesuai skenario dokter Ussy, Langga mengenakan topeng bergambar karakter film kartun. “Celica…sini…nih hadiah ultah kejutan buat kamu.” Gadis kecil ini langsung menoleh kaget ke wajah ibunya. Langga pun membatin, cantik sekali gadis kecil ini. “Siapa orang bertopeng ini Mi…?” “Kamu buka sendiri dehh…pelan-pelan yaa…!” dokter Ussy mendekati anaknya, Celica rada-rada takut juga melihat seorang pria tinggi besar bertopeng kini jongkok di depannya. Semua undangan termasuk teman-teman Celica kini terdiam tegang. Tapi ada satu pria muda yang sejak dokter Ussy masuk menggandeng Langga, sudah menatapnya dengan tatapan tajam. Begitu top
Dokter Ussy bukanlah seperti klien-klien Langga selama ini, yang kebanyakan es te we dan hanya wajahnya kencang, tapi dalamnya sudah kendur. Dokter Ussy memiliki tubuh yang sangat denok, harum dan terawat. Usianya pun baru 30 tahunan, benar-benar bak wanita 20 tahunan saja. Langga benar-benar memberikan service yang sangat lembut buat wanita jelita ini. Semenjak Astrid tidak ada lagi, baru kali Langga seolah melaksanakan tugasnya seakan bersama wanita yang dia sayangi. Langga tak sadar sudah baper sendiri dengan bentuk tubuh si dokter jelita ini. Ussy benar-benar memperoleh kenikmatan tiada tara dengan Langga, tanpa sadar dia berucap service sang pria pemuas ini jauh melebihi suaminya dulu. Ucapan itulah yang langsung menyadarkan Langga, ia ingat saat ini bukan sedang bercinta dengan kekasihnya atau dengan Astrid. Tapi dokter Ussy, yang ingin memperoleh kenikmatan dengannya, si lelaki komersil. Dengan kesadaran itulah, Langga lalu mengambil pengaman yang diletakan dokter Ussy di
Tak sulit mencari orang tua Astrid, setelah menempuh perjalanan hingga 6 jam naik bus milik travel, Langga tiba di kantor travel ini, lalu dengan naik ojek 30 menitan, dia tiba di alamat ini jelang senja, yang ternyata rumahnya sangat sederhana. Hanya berdinding batako tanpa plester, saat Langga mengetuk, ia kaget yang membukakan pintu adalah seorang anak kecil cantik manis, tapi terlihat rambutnya berantakan, bahkan tubuhnya agak berbau, tanda belum mandi. “Kamu…Andina kan…?” si gadis cilik ini mengangguk. “Aku Om Langga, teman mendiang ibu kamu…mana nenek kamu Andina?” “Nenek sakit Om…tuh berbaring di kasur!” Andina menyingkir dan mempersilahkan Langga masuk. Di kamar yang sumpek dan tidak ada penerangan listrik, kecuali lampu teplok, Langga melihat seorang nenek renta hanya tiduran saja di kasur. “Siapa dia Andina..” terdengar orang yang berbaring di kasur bersuara. “Katanya Om Langga nek, temannya mendiang mama!” “Mak kenapa…sakit apa Mak?” Langga kini mendekat dan memegan
Mahasiswi cantik berkerudung ini memarahi ke 3 centeng tersebut tanpa rasa takut. Anehnya, tiba-tiba ketiganya saling pandang dan pelan-pelan menjauh dari Langga. Lalu naik mobil jenis MPV dan tancap gas menghilang dari parkiran Kampus Merah Putih ini. “Kamu tak apa-apa Bang…?” Rebecca membantu Langga berdiri. “Tak apa Becca, hanya…pipiku agak sakit kena tabok mereka!” Langga memegang pipinya yang membiru dan mengibaskan debu yang ada di pantatnya, setelah tadi sempat terjatuh ke tanah. “Aneh Abang ini, kok jadi lelaki payah banget, lawan lah badan gede gitu, masa kalah sih!” tegur Rebecca sambil jalan menjejeri langkah Langga menuju ke mobilnya. “Aku tidak pintar beladiri Becca, tadi aku juga sudah melawan tapi mereka memang sudah biasa main otot!” Langga malu hati sendiri di tegur gadis cantik berkerudung ini. Rebecca tertawa kecil. “Latihanlah, masa cuman latihan gedein otot doank!” gadis ini sampai menutupi mulutnya dengan jari lentiknya, Langga hanya bisa tertawa masam. Cand
“Iyaahhhh sayangg…terusss…terusss dikit lagi…aaahhh!” wanita setengah tua yang masih cantik ini terkapar di kasur, lututny seolah lepas dari tubuhnya. Pemuda tampan ini pun bangkit dari tubuh wanita ini, seperti biasa, dia tak pernah melepaskan air kenikmatan ke tubuh kliennya. Tugasnya hanyalah membuat kliennya puas dan bisa klimaks berkali-kali dan tugasnya pun selesai. “Thanks ya Tante Aura…jangan jera kontak saya lagi!” Langga pun memberi kecupan manis di bibir wanita ini, lalu mengambil bonus 15 juta dari wanita yang ternyata seorang politikus terkenal ini. “Langga…kamu mau nggak jadi simpanan tante, tapi syaratnya kamu keluar dari Mami Ela dan nggak boleh lagi menerima wanita manapun.” Tante Aura kini duduk di bibir ranjang dan membiarkan tubuhnya yang mulai kendor terpampang jelas di hadapan Langga yang sudah berpakaian rapi. “Ehmm…nanti saya pikirkan lagi ya Tan.” “Jawab sekarang dong sayang…jangan bikin tante kayak cacing kepanasan.” Desah Tante Aura dengan suara manja…
100-an lebih wartawan cetak, online dan TV berebutan memfoto dan menyorot 12 orang yang datang ke Polda Metro, semuanya menatap kagum, tapi ada juga celutukan lucu terdengar.Ke 12 orang itu bukan orang biasa, mereka adalah model-model tampan dan cantik jelita, kedatangan mereka secara bergelombang ke kantor polisi ini karena jadi saksi, sekaligus katanya korban dari…Mami Ela.7 orang pria tampan dan salah satunya Langga, serta 5 orang model cantik jelita terpaksa menutupi wajahnya dengan tangan, agar tak tersorot kamera.Langga yang mengenakan masker dan topi ternyata paling di sorot, wajahnya yang sangat mirip aktor terkenal tanah air membuat banyak orang penasaran.“Apess…mati dah aku kali ini…!” batin Langga sambil jalan menunduk masuk ke ruang pemeriksaan.Hampir 7 jam mereka di periksa, jelang pukul 5 sore, mereka pun keluar dari ruang pemeriksaan.Langga kini di kejar puluhan wartawanan saat berusaha menuju ke mobilnya. “Mas Langga komennya mas, benarkah kamu sudah lama jadi gi