Share

Kamu Ketenangan Bagiku

Aku telah masuk ke dalam ruangan.

"Kamu karyawan baru?"

Pertanyaan itu membuatku semakin degdegan tak karuan.

"Iiya pak," jawab aku gugup, karena aku gugup, tapi bosnya memberikan amplop kecil berwarna cokelat.

"Kamu tidak usah bekerja di sini lagi" pernyataan itu membuat aku shock. Aku kaget, ini kenapa? Aku di pecat? Gumamku dalam hati.

"Tapi saya salah apa ya pak?" tanyaku pada boss.

"Kemarin kamu tidak datang lagi ke kantor."

Ah ini benar, ini semua gara gara Ardan, ya Aku tidak bisa berbuat apalagi ini sudah jadi nasibku, Akupun keluar dari ruangan itu, dan juga keluar dari gedung perusahaan itu, aku mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Ardan.

"Aku di pecat, dan ini semua karena salahmu." isi pesanku pada Ardan.

Baru saja kemarin Aku bahagia mendapatkan pekerjaan, dan sekarang sudah dipecat lagi.

Sekarang Aku tidak mau naik angkot ataupun kendaraan lainnya. Aku hanya ingin berjalan menelusuri trotoar, Aku berfikir, laki-laki tadi pemilik perusahaan? Berarti dia suaminya Anggi Sarasvati? Dan kata bunga dia sangatlah tampan, tapi bagi Aku dia bisa saja.

Tidak terasa Aku sudah sampai di depan apartemen, kaki aku sakit sekali, dari perusahaan ke apartemen aku hanya berjalan kaki, aku langsung masuk ke apartemen nya karena sudah lelah dan ingin berbaring di tempat tidur.

Setelah aku membuka pintu apartemen, ponselnya berdering, dan itu panggilan dari Ardan.

"Halo?"

"Kamu dimana?"

"Di apartemen."

"Maafkan aku Tasya, ini salahku, setelah pekerjaan ku selesai aku akan menemuimu."

"Baiklah, nanti kita bicara."

Telpon pun di tutup olehku, entah kenapa dengan hatiku saat ini, seharusnya aku barusan marah kepada Ardan, tapi kenapa aku tidak bisa? Apakah Ardan sudah mengendalikan hatiku?

Aku takut, jika hatiku selalu, menginginkannya dan akhirnya dia pergi begitu saja, Gumamku.

Sekarang Aku sedang menonton TV tapi tiba-tiba suara bel apartemen berbunyi, Aku segera menghampiri pintu dan membukanya, dan ternyata dia Ardan, laki-laki yang ku tunggu kehadirannya dari tadi hingga malam ini, seharusnya aku marah saat ini, karena aku sudah kehilangan pekerjaanku gara-gara laki-laki yang ada di hadapanku apakah aku sudah mencintainya?

Dan Ardan masuk ke apartemenku dan duduk di kursi aku pun mengikuti langkahnya, dan duduk disampingnya, tangan Ardan merangkulku dan memelukku, aku juga membalas pelukan Ardan, ini sungguh aneh tapi aku menyukainya dan aku sangat nyaman seperti ini.

"Maafkan aku Tasya, gara-gara aku kamu kehilangan pekerjaanmu," ucap Ardan merasa bersalah.

"Aku harus bagaimana untuk mendapatkan uang?" tanyaku Pada Ardan karena aku sudah bingung sekali.

"Aku akan membantu mu," jawab Ardan.

"Terimakasih," ucapku.

Tangan Arga mengelus ngelus rambutku, aku sangat menyukai keadaan seperti ini.

"Apakah kamu sudah makan?" tanyaku kepada Ardan.

"Tadinya aku mau makan pasakan buatanmu, tapi aku sudah makan," jawab Ardan.

"Baiklah, mungkin lain waktu kita bisa makan bersama."

Ahh rasa sedihku tadi hilang seketika,jika Arga ada di sampingku, apalagi memelukku, tuhann, Aku menginginkan laki-laki seperti ini.

Ternyata ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk, aku langsung membuka nya, ternyata itu pesan dari ibu.

"Ibu berharap, kamu besok ke bali , kerumah nenekmu Tasya, Ibu merindukanmu."

Tiba tiba aku tidak bersemangat, dan aku letakan kembali ponselku, tapi tiba-tiba Ardan melepaskan pelukannya dan menatap ku.

"Pesan dari siapa? Ko gak di bales?" tanyanya.

"Dari Ibuku," jawabku acuh.

"Kenapa? Dia Ibumu Tasya?"

"Aku tidak punya ibu seperti dia."

Tiba-tiba Ardan mencekal pundakku dan menatapku, kenapa laki-laki ini bisa membuat ku luluh.

"Dengarkan aku, seburuk apapun Ibumu , dia adalah wanita yang sudah mengandung mu, dan juga membesarkanmu, jadi kamu tidak boleh seperti itu Tasya."

"Tapi dia penyebab ayah meninggal Ardan, dia selingkuh dengan laki-laki lain dan menghabiskan uang Ayah."

Tiba tiba air mataku jatuh, ketika mulutku mengucapkan nama 'Ayah' hatiku sakit, dan Arga memelukku mengelus ngelus rambutku 'lagi'.

"Jangan menangis, aku ada disini ,lalu sekarang apa keinginan Ibumu hemm?"

"Ibu menyuruh ku besok datang ke Bali, dia bilang merindukan ku."

"Aku akan mengantarmu."

"Kamu seriusan?" Tanyaku tak percaya Ardan akan mengantarku.

"Aku serius!."

Tuhan. Terimakasih telah mengirimkan malaikat tanpa sayap ku ketika hatiku hancur, jika tidak ada dia, mungkin sekarang ,aku sudah tidak sanggup lagi melanjutkan hidupku.

Pagi ini aku berangkat ke Bali dengan ditemani arga, tadi malam aku sudah bilang pada ibu kalau hari ini aku akan menemuinya, dan hari ini ada keanehan dari Ardan, kenapa pergi ke bandara tidak bersamaan? Aku harus menunggu arga di bandara, dan setelah menunggu akhirnya arga datang, dan dia terlihat sangat keren ketika tidak memakai setelan kantornya aku akan menjadi wanita yang sangat beruntung jika aku dinikahi oleh arga, ah semoga saja arga mengatakan perasaannya padaku segera, kami pun pergi ke Bali , tidak membutuhkan waktu yang lama hingga kami tiba di Bali, setelah sampai di bandara Bali, aku dan arga Segera check-in , karena aku tidak mau tinggal dengan ibu untuk 3 hari ini, iya aku dan arga bersepakat akan ke Bali selama 3 hari, karena di Jakarta masih banyak pekerjaan arga yang harus diurus.

Setelah sampai di hotel, aku masuk ke kamar dan Ardan juga masuk ke kamarnya, setelah merapikan semuanya aku segera keluar kamar , dan akan pergi ke Ibu karena tidak mau menunda-nunda, aku dan Ardan pergi untuk menemui Ibu, tapi di sepanjang jalan Ardan sibuk dengan ponselnya, dan tidak terasa mobil pun sudah sampai, aku dan Ardan turun dari mobil dan aku melihat Ibu, nenek dan 1 orang laki-laki sedang berdiri tersenyum.

"Ah anak ibu semakin cantik."

Aku hanya tersenyum tidak bisa bicara apa-apa karena hatiku tidak bisa bohong, Aku kesini karena Ardan yang menyarankan.

"Halo ini siapa cat? Tampan sekali," tanyanya sambil tersenyum ramah ke arah Ardan.

"Perkenalkan nama saya Ardan Wiguna."

"Ah ini temenku, ini siapa?" jawab kepada Ibu, dan menanyakan laki-laki yang di sebelah Ibu.

"Ini suami Ibu," jawab Ibu, mendengar jawabannya aku ingin segera pergi, enak saja dia sudah menikah lagi dan berbahagia, sedangkan anaknya sendiri masih terpuruk dengan kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Sebaiknya kamu masuk," ucap nenekku.

Kami semua masuk, dan Ardan merangkul pinggang ku sambil berbisik.

"Kenapa tadi kamu bilang kalau aku temanmu? Mereka tidak akan percaya Tasya."

"Tapi kita tidak punya hubungan lebih Ardan."

"Setiap malam aku selalu ke apartemen mu, apakah teman seperti itu?" tanya Ardan yang membuatku selalu degdegan tersipu malu di hadapannya aku sangt senang telah di pertemukan ardan kepadaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status