Share

Prasangka

Author: ArgaNov
last update Huling Na-update: 2021-06-03 13:00:59

Apa kabar?

Pesan dari nomor Reno membuat Sena langsung berdiri dari duduknya siang itu. Ia sama sekali tak menyangka jika Pemuda tersebut akan membalas pesannya. Pesan pertama yang dikirimkan Senas ama sekali tidak digubris. Pesan kedua juga begitu. Karena itu Sena malas berharap. Mungkin Reno terlalu sibuk mengurus kuliah dan restorannya dalam waktu bersamaan. Atau Reno menganggap pesan dari Senas ama sekali tidak penting.

Baik.

Pesan balasan dari Sena singkat, tetapi dilengkapi emoticon senyum. Namun, pada akhirnya Sena menyesali pemberian emoticon karena dianggap terlalu berlebihan. Ia kemudian menunggu balasan selanjutnya dengan tak sabar. Sayang sekali, sampai Sena dipanggil untuk pengambilan gambar selanjutnya untuk drama televisi yang dibintangi, pesan yang ditunggu tak pernah sampai.

Karena hal tersebut mungkin, Sena melakukan kesalahan beberapa kali dalam pengambilan gambar. Wajahnya tampak kesal saat kembali ke ruang tunggu.

Apa yang sedang kamu lakukan?

Sena tak kuasa menahan senyum saat mengetahui pesannya telah dibalas Reno. Ia segera menanyakan kenapa lama sekali pesan balasan sampai. Rono menjawab jika ia sedang di kampus dan tadi baru saja selesai perkuliahan.

Aku senang kamu datang ke acara reuni kemarin. Senang melihatmu baik-baik saja.

Sena tak bisa membalas ungkapan Reno. Ia lebih senang bisa menemukan satu-satunya orang yang peduli padanya saat SMA. Walau kepedulian Reno sama sekali tidak membuat perlakukan perundungan terhadap Sena pudar. Akan tetapi, tahu ada satu orang di luar sana yang peduli, membuat ia menjadi kuat.

Aku ingin bertemu denganmu.

Reno sudah off saat Sena menyampaikan keinginannya untuk bertemu. Sena pikir mungkin pemuda itu sudah masuk ke kelas kembali. Sena mulai berkhayal bisa bersama Reno saat ini. Namun, semua itu hanay dalam bayangannya saja. Sebab ia masih duduk kembali menunggu giliran pengambilan gambar hari ini.

***

Apa sebenarnya cinta?

Jika di dalam hati sendiri berisi keraguan.

Apa itu cinta?

Jika hanya bisa saling menyakiti saat saling bersama.

Hari ini Adit tidak tahu kenapa membuat sebuah status galau seperti ini. Ia bahagia, tetapi juga ragu. Senang saat perasaannya bersambut dengan Sena.

Namun, Sena adalah gadis populer. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi sampai di luar. Sena gadis yang ramah. Ia bisa cepat akrab dengan orang yang baru saja ditemui. Itu sedikit membuat khawatir Adit.

Hari ini Adit membuktikannya. Sena bertemu dengan pemuda dari sekolah saingan mereka. Gadis yang disukai Adit itu dengan cepat terlibat pembicaraan seru. Bahkan sesekali pemuda dari sekolah saingan mereka mengacak rambut Sena, seolah telah lama bertemu.

“Sena, kamu tahukan siapa orang itu?”

Sena mengangguk. Kepalanya menoleh pada Adit yang duduk di hadapannya. Sena dan pemuda itu akhirnya berpisah beberapa menit lalu. Kini Adit dan Sena duduk di sebuah kafe kecil di dalam mall tempat mereka sedang jalan-jalan.

“Terus kenapa kamu bisa akrab dengan dia?” tanya Adit geram.

“Loh, kan teman. Kenapa tidak boleh akrab?” Sena mengerjap.

Wajahnya yang polos menampakan kejujuran.

Hanya Adit yang merasa khawatir. Tiba-tiba ia mendapat firasat jika Sena sudah menyampaikan sesuatu yang tidak seharusnya.

“Dia nanya apa tadi?”

Sena menerawang sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Dia tanya soal perlombaan ilmiah. Terus aku bilang kalau kita sudah siap.”

“Kamu bilang kita sedang bikin apa sama mereka?”

Sena diam lagi. “Mungkin tanpa sadar aku kasih tahu, tapi tenang saja mereka nggak akan niru kok.”

“Tahu dari mana kamu kalau mereka nggak akan jiplak ide kita.” Suara Adit kini meninggi.

Ini yang sejak awal dicemaskan Adit. Kepolosan Sena selalu bisa dimanfaatkan. Adit lalu berdiri dan mulai menelepon teman-teman satu timnya, meminta bertemu kembali.

“Kita balik sekarang!” seru Adit sambil menarik Sena untuk lekas mengikuti.

Sena berseru keberatan, tetapi tetap mengikuti Adit. Ia bingung kenapa obrolan tentang perlombaan ilmiah itu menjadi masalah. Padahal dari obrolan tadi, pemuda temannya itu sudah menyelesaikan proyek mereka seminggu lalu dan yakin akan menang.

“Kalau kita sampai kalah, kamu pasti bakal disalahin anak-anak.”

Adit mengatakan itu kepada Sena.

Sena mengernyit tidak mengerti. Kalau mereka kalah, itu pasti bukan keberuntungan mereka. Bagaimana hal itu menjadi kesalahan Sena.

***

Kamu sedang apa?

Mendapat pesan seperti itu saja sudah membuat Sena bagai terbang di langit yang tinggi. Perasaan yang lebih hebat dari saat mendengarkan namanya dipanggil karena memenangkan penghargaan sebagai artis pendatang baru tahun lalu. Kegembiraan itu bahkan tidak hilang padahal Mama sedang mengeluh soal banyaknya kesalahan Sena selama pengambilan gambar tadi.

“Mama bingung kamu hari ini kenapa?”

“Manusia itu banyak salah, Ma.” Ia menjawab sambil terus membalas pesan-pesan dari Reno.

Tindakannya itu memicu keinginantahuan Mama. Wanita yang melahirkan Sena tersebut berdiri dan mencoba mencari tahu apa yang membuat putrinya demikian aneh. Namun, tidak berhasil.

“Sudah jangan main ponsel terus, sana bersihkan badanmu dan tidur.” Mama merengut kesal.

Ia lantas berdiri dan menuju kamar utama yang terletak di depan ruang tengah.

Sena sendiri mencebik dan memeluk ponsel di dadanya sebelum berdiri dan naik ke lantai dua. Rayna mengikuti Sena dari belakang dengan sebuah tas besar di tangan.

“Mbak Sena ingat jadwal besok, kan?” tanya Rayna lepas menata kembali beberapa barang yang baru keluar dari tas—baju, sepatu, dan aksesoris untuk rambut dan baju.

Sena tak menoleh, kepalanya hanya mengangguk. Ia lalu menjatuhkan diri di atas kasur dan menyuruh Rayna keluar.

Sebelum Rayna menutup pintu, didengarnya suara Sena yang mengucapkan terima kasih dengan keras. Hal yang jarang dilakukan Sena.

“Ada baiknya juga Sena dan Reno bertemu.” Rayna bergumam di depan pintu kamar Sena yang telah tertutup. Di dalam didengarnya Sena tertawa kecil.

Kamu masih jadi Sena yang ceria ternyata.

Untuk Reno Sena sama sekali tak ingin menjadi orang yang berbeda. Ia menemukan dirinya yang dulu saat berbicara dengan pemuda teman SMAnya ini.

Aku selalu menjadi orang yang sama.

Sena menendang-nendang udara untuk menjaga kewarasannya. Ia lalu berpikir untuk lekas membersihkan riasan dan kembali menikmati obrolan dengan Reno setelahnya.

Benar. Sena melakukan semua yang diniatkan. Ia meloncat kembali ke atas kasur beberapa saat setelah mendengar notifikasi pesan masuk. Tak sabar untuk membaca apalagi yang akan dikatakan Reno padanya.

Tidak bisakah kamu memaafkan semua orang, Sena. Aku pikir mereka menyesal sudah memperlakukanmu dengan buruk. Kamu tahu, Adit cukup khawatir mendengar kabar terakhir tentangmu.

Suasana hati Sena memburuk membaca nama Adit dalam pesan terakhir Reno. Ia senang bertemu dengan Reno, bahkan bahagia saat mengobrol. Akan tetapi untuk kembali bersikap baik-baik saja bertemu dengan lainnya, terutama Adit, entah kapan Sena bisa siap.

Ada banyak alasan kenapa aku membenci Adit. Aku capek, maaf.

Sena memutuskan untuk menyelamatkan hatinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Aku Suka Kamu, Tapi ....   Apa Ini Akhir Bahagia?

    “Pokoknya kalian harus pulang pada jam yang sudah dijanjikan, Oke?” Rayna sekali lagi memberi peringatan dengan wajah cemas.Pertunangan Sena dan Reno diumumkan tadi siang. Reno sudah mendapat peringatan untuk tidak membawa Sena tanpa pemberitahuan dan izin dari Ratih. Namun, mereka berdua berhasil membujuk Rayna untuk bisa memberi waktu kabur. Rayna jelas menolaknya, sebab kemarahan Ratih cukup mengerikan.“Kalian bisa membuatku terbunuh kalau tidak menurut,” renggek Rayna kembali. Ia belum melepaskan tangannya dari ujung baju Sena.“Iya, Kak, kami akan kembali jam 10 malam nanti. Ini cuma nonton bioskop kok. Janji.” Setelah pertunangan, Rayna meminta Sena memanggilnya Kakak. Begitu panggilan tersebut meluncur dari mulut Sena, Rayna meloncat seperti anak kecil. Ia begitu bahagia karena bisa mendapatkan adik perempuan.“Adik laki-laki itu memang bagus, tapi aku tidak mungkin menanyakan padanya pakaian manis. Tidak

  • Aku Suka Kamu, Tapi ....   Pada Suatu Hari

    “Apapun yang terjadi jangan merasa kasihan padanya!”Ratih mengatakan itu dengan sangat meyakinkan ketika akan berangkat. Namun, saat sudah sampai di rumah sakit dan memastikan jika mayat yang ditemukan memang Monik, tak urung dirinya menangis juga.Sena dilarang masuk ke dalam. Yang masuk untuk memeriksa hanya Reno, Ratih, dan Monik. Mereka sebelum masuk diberi peringatan oleh polisi. Sebab yang mereka saksikan cukup mengerikan.“Mama baik-baik saja?” Sena bertanya dengan cemas.Ratih mengeleng. “Tidak bisa dibilang baik-baik saja jika harus menyaksikan pemandangan seperti itu. Menyebalkan mengakuinya, tapi itu mengerikan.”Di sampingnya Rayna mengangguk membenarkan. “Pilihan tepat untuk meninggalkanmu di luar. Aku pikir akan kesulitan menelan makanan untuk beberapa lama setelah ini.”Sena tahu hal itu benar. Wajah tiga orang di depannya ini terlihat pucat. Sena jadi bertanya-tanya apa yang su

  • Aku Suka Kamu, Tapi ....   Dua Sisi Kehidupan

    Apa sudah berhenti? Seluruh tubuhnya benar-benar remuk rasanya. Bukan hanya itu seluruh kekuatannya seolah tersedot keluar. Monik berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Ia berlari di gang dan kebingungan sendiri. Gang yang dimasuki ternyata rumit seperti labirin.Ketika ia merasa sudah berada di luar gang, ia tergangga dan menyadari jika bukannya menemukan jalan, tempat itu hanya bangunan-bangunan kotor. Beberapa orang preman duduk di depan bangunan dan terlihat tertarik melihat kedatangan Monik.“Tersasar, Dek?” tanya salah satu preman dengan tato yang tak jelas di bahunya.Monik mengabaikan pertanyaan itu. Ia menutup hidungnya karena bau air selokan semakin kuat karena hembusan angin. Ia memaki dalam hati karena asal lari dan tidak melihat ke mana arah tujuan jalan tersebut. Mungkin ia bisa kembali dan berbelok di arah lain pada belokan sebelumnya.“Sombong.”Karena terlalu berkonsentrasi berpikir, Monik tidak

  • Aku Suka Kamu, Tapi ....   Intro

    Tidak ada yang berhasil! Tidak ada! Monik melarikan kendaraannya dengan kencang. Syukurlah ia berhasil kabur dari kejaran dan tak berpapasan dengan salah satu petugas keamanan di rumah sakit. Saat penguman pencarian seorang gadis dengan cadar warna hitam disampaikan melalui pengeras suara, Monik telah melewati satpam gerbang dan masuk ke dalam mobil. Ia melihat satpam yang menyadari keberadaannya mendekat dan melajukan mobil dengan cepat.Ada sesuatu yang meloncat ke atas mobil Monik. Ia kaget dan memanting stir tiba-tiba ke kiri. Mobilnya menghantam pembatas jalan dan kepalanya dengan keras terbentur setir. Semuanya tiba-tiba menjadi gelap selama sesaat. Akan tetapi, Monik cepat menguasai diri. Ia harus segera keluar dari mobil jika tidak ingin tertangkap. Polisi pasti sedang mengejarnya saat ini. Untunglah suasana jalanan sedang sepi.Seluruh persendian Monik terasa sakit. Namun, ia memaksakan diri untuk berjalan terus. Ia singah di toilet taman untuk member

  • Aku Suka Kamu, Tapi ....   Penyerangan yang Gagal

    Ratih memeluk putri tunggalnya erat-erat. Sesuai instruksi polisi ia bergerak ke rumah sakit pada malam hari. Seharian ini ia selalu mengontak Rayna menanyakan apa yang sedang dilakukan Sena. Sampai sore, ia tidak mendapat kabar kalau ada orang yang tidak dikenal mendekati putrinya. Namun, Rayna melaporkan Sena sukses membuat Reno bertekuk lutut.Saat itu Ratih hanya bisa membatin, Seperti itulah kekuatan seorang wanita yang sedang jatuh cinta.“Apa semuanya baik-baik saja, Sayang?”Ratih tahu tidak seharusnya menanyakan hal ini pada Sena. Ia sudah bertekad untuk membuat putrinya merasa aman. Ia juga sudah mengatakan pada Rayna kalau tidak perlu membuat Sena merasa cemas tentang kedatangan Monik ke rumah. Saat ini ia ke rumah sakit untuk membujuk Sena tinggal di sini semalam, kalau perlu sampai Monik tertangkap.Rasanya tempat Reno di rawat adalah daerah paling aman karena ada seorang polisi dan juga banyak orang yang be

  • Aku Suka Kamu, Tapi ....   Keributan

    “SENA!”Sena kaget karena Reno berteriak dan mengapai. Ia langsung menangkap tangan pemuda yang matanya masih terpejam tersebut. Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.“Reno?” Ragu-ragu Sena menguncang bahu pemuda itu. Ia berharap yang dilakukan bisa membuat Reno tersadar. Akan tetapi, kemungkinan juga tidak. Reno masih dalam pengaruh obat bius.Reno mengenggam jemari Sena erat-erat. Seolah-olah Sena akan menghilang ketika tangannya dilepaskan. Sena tersenyum senang. Ia senang karena dirinya memiliki posisi sepenting itu di dalam hati Reno. Ia harap dirinya tidak hanya berkhayal saja.Rayna mengetuk pintu dari luar, lalu menjulurkan kepalanya. Ia tersenyum-senyum mendekati Sena. Ia tak menyangka adiknya yang bodoh sampai mengenggam tangan Sena tanpa sadar.“Heemmm!” Rayna terbatuk sedikit mengoda.Sena terkejut dan berusaha melepaskan genggaman tangan Reno. Tentu saja hal tersebut tidak berh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status