Share

Part 13

Serasa ingin aku makan alat pel yang dipegang Pak Giman. Tak ingin berlama-lama aku berniat pamit kepadanya.

"Yuk Pak, saya masuk dulu!" kataku permisi.

"Nambah apa, Mbak? Cuan? Lah, kalau Mbak beneran mau ikut kerja kayak saya, nanti saya banyak saingan dong! Lebih baik mbaknya ngantor aja deh. Ha ha ha," ujarnya lagi. Setiap berbicara tak pernah lupa selalu diakhiri tawa khasnya.

Bola mataku naik ke atas, ke bawah muter lagi ke samping kanan lalu ke samping kiri, lalu kembali lagi melihat Pak Giman. Aku membuang nafas berat. Huuuff

"Matanya kenapa, Mbak Fir? Seram, ah, kayak gitu. Nanti matanya nggak kembali ke tempatnya lagi gimana?" katanya benar-benar polos.

"Nggak papa, Paaak! Matanya cuma senam pagi. Hik hik hik."

"Loh loh loh, Mbak Firda kok mewek? Saya salah ngomong. Maafin saya Mbak. Saya nggak bermaksud begitu, tapi kalau Mbak mau ikut bersih-bersih bantu saya, nanti saya usulkan sama Pak Amran. Gaji bagi dua gak papa deh. Cius!" timpalnya serius.

Ealah dallaaah. Kutu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status