Share

Pertemuan

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2022-03-17 21:57:42

Waktu sudah menunjukan pukul satu siang, Naya pun segera bersiap menuju cafe tempatnya bertemu dengan Melisa.

Naya memasuki cafe dengan hati berdebar setelah sampai, kakinya melangkah menuju tempat duduk di dekat jendela. Naya duduk sambil bermain ponsel sembari menunggu Melisa datang.

Naya jengah, Melisa belum juga datang. Netranya memandang suasana cafe yang nampak masih sepi. Untunglah suasana sepi, Naya tidak terlalu nyaman jika tempat tersebut ramai di saat hatinya sedang gundah.

Selang sepuluh menit seorang wanita masuk dan berjalan menuju ke arah Naya. Dia tak yakin apakah yang berjalan ke arahnya adalah Melisa atau bukan, karena Naya belum pernah bertemu dengan Melisa.

"Maaf Mbak, membuat Mbak menunggu lama," ucap Melisa menggeser kursi yang berhadapan dengan Naya.

Naya terdiam memandangi Melisa dari atas sampai bawah, Melisa mengenakan gamis senada dengan hijab panjangnya. Naya akui Melisa cantik dan terlihat anggun. Naya pun bertanya-tanya, kenapa wanita yang berpenampilan baik seperti Melisa tega merusak rumah tangga orang lain.

Lama mereka berdua bungkam, larut dalam pikiran masing-masing. Naya melihat Melisa mulai tak nyaman dengan keadaan tersebut.

"Mbak, perkenalkan aku Melisa," ucap Melisa sambil mengulurkan tangan.

Naya tak menyambut uluran tangan Melisa, dia enggan sekali untuk menjabat tangannya. Padahal selama ini Naya tidak pernah bersikap tidak sopan begini. Tetapi sekarang hatinya sedang tidak baik-baik saja, Naya tidak bisa menjadi seperti biasanya.

"Baiklah Mbak, jika Mbak tidak mau menjabat tanganku." Melisa menarik tangannya kembali dengan canggung.

"Sudahlah, jangan terlalu banyak basa basi, untuk apa kau memintaku untuk bertemu?" tanya Naya dingin. Naya sudah tidak sabar untuk tetap berhadapan dengan wanita yang telah merebut Hanan.

Melisa menghela nafas menjawab, "Aku ingin membahas tentang suami kita Mbak, Mas Hanan."

"Suami kita? Tak malukah kau menyebutnya suami kita, sedangkan aku tak pernah tau Mas Hanan menikahimu!" Naya geram melihat wajah polos Melisa.

"Mbak, bagaimanapun aku sudah sah menjadi istri Mas Hanan. Mbak terima atau tidak, tidak akan mengubah apapun." Melisa menjawab Naya dengan angkuhnya. Naya semakin benci sekali dengannya.

"Dalam pernikahan poligami, tidak harus ada ijin istri pertama Mbak. Aku hanya meniatkan ibadah untuk membangun rumah tangga," tambah Melisa tidak tahu malu.

"Tapi kau membangun rumah tanggamu di atas rumah tanggaku, sadarkah dirimu telah menyakitiku?" Naya mengepalkan tangan mencoba menahan emosi.

"Maafkan aku Mbak, aku juga ingin bahagia," tegas Melisa lirih.

Naya semakin geram dengan Melisa, dia benar-benar wanita egois dan tak tahu malu. "Benarkah? Apakah Mas Hanan mencintaimu hingga dengan bangganya kau menjadi istrinya?" Naya tersenyum miring.

"Memang Mas Hanan belum mencintaiku Mbak, tapi aku yakin Mas Hanan akan mencintaiku seiring berjalannya waktu," jawab Melisa dengan sombongnya.

Naya tertawa meremehkan Melisa, "Kau yakin akan hal itu, Melisa?".

"Aku yakin Mas Hanan akan mencintaiku, aku akan memberikan Mas Hanan keturunan, aku tahu selama sepuluh tahun pernikahan Mbak dengan Mas Hanan, Mbak tidak bisa memberikannya keturunan."

Netra Naya memanas mendengar ucapan Melisa. "Diam kamu! Apa hakmu berkata seperti itu?" teriaknya menggebrak meja.

Melisa terkejut Naya berteriak membentaknya. "Aku adalah istri Mas Hanan, Mbak. Tak banyak yang kuminta, aku hanya ingin Mbak mau membagi waktu Mas Hanan untukku." Melisa membalas Naya setelah tersadar dari keterkejutannya.

"Asal Mbak tahu saja, ibu Mas Hanan yang memintaku menikah dengan Mas Hanan. Ibu tau aku sudah lama memendam rasa pada Mas Hanan. Ibu mengharapkan seorang cucu dari Mas Hanan, dan Mbak tidak bisa memberikannya," tambahnya lagi membuat Naya muak.

Naya diam tak membalas perkataan Melisa, dia terlalu malas berdebat dengannya. Naya mengambil tas di sampingnya dan beranjak berdiri meninggalkan Melisa. Sudah tak kuasa rasanya Naya menahan diri.

Melihat Naya melangkah Melisa bergumam, "Sadarlah Mbak, kamu tidak bisa memberikan Mas Hanan keturunan, kamu mandul Mbak. Bahkan Mbak tidak bisa memberikan Mas Hanan kebahagiaan yang utuh."

Naya berhenti melangkah mendengar ucapan Melisa, Naya membeku menahan sesak perih di dadanya. Tega sekali Melisa mengucapkan kata-kata menyakitkan hati bagi wanita manapun. Bukankah dia juga seorang wanita, di mana hati nuraninya.

Naya kembali meneruskan langkahnya, ucapan Melisa menghujam hatinya, menambah luka yang belum mengering.

Naya tak menyangka jika sang mertualah yang ada di balik pernikahan Hanan dengan Melisa. Sebegitu bencinya Ratih padanya, sehingga Ratih menyuruh Hanan menikahi Melisa.

Naya melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke arah Melisa sama sekali, dia muak melihat Melisa sok suci. Andai bisa ingin dia menampar wajah Melisa kala memakinya mandul. Untuk apa penampilan suci Melisa jika menjaga mulutnya saja tidak bisa.

Sampai di parkiran Naya segera masuk mobil, dia terdiam mengingat ucapan Melisa, netranya memanas, air matanya luruh. Sesak di hatinya semakin menjadi, tak kuasa dia menahan sakit teramat dalam.

Apakah sesama wanita tidak ada rasa empati di hatinya? Sanggupkah Melisa menjadi Naya, menggantikan posisinya? Tega sekali dia berkata seperti itu.

Naya menghapus air matanya dengan kasar, dikemudikannya mobil menuju tempat yang membuatnya tenang.

Sampainya di tempat tujuan, Naya memarkirkan mobilnya di bawah sebuah pohon. Naya melangkah setelah keluar dari mobil, dia menuju pinggir danau, Naya pun duduk pinggir danau.

Suasana yang sepi sedikit membuat tenang hatinya, tempat tersebut memang tempat yang biasa dia datangi di kala hatinya gundah. Hanya Naya dan kakaknya yang mengetahui tempat tersebut. Naya sangat dekat dengan kakaknya, tapi semenjak dia menikah, mereka jarang berkomunikasi.

Angannya menerawang teringat memori kebersamaan mereka, hanya tersisa Irham satu-satunya keluarga yang dimiliki Naya. Ibu Naya meninggal di saat melahirkannya, sedang Ayahnya meninggal karena kecelakaan saat bekerja. Mereka hanya hidup berdua, saling berbagi suka dan duka.

Dua tahun Naya menikah Irham pun menemukan tambatan hatinya. Alina, wanita malang korban perpisahan orang tuanya. 

Naya memang jarang bertukar kabar dengan Irham semenjak menikah, karena Hanan kurang akur dengan Irham.

Mengingat Irham, Naya sangat merindukannya. Andai Irham tahu kalau Hanan berkhianat, mungkin dia tidak akan menerimanya begitu saja.

Naya tak tahu apa yang akan dilakukan Irham jika mengetahuinya. Hanan pasti babak belur dihajar oleh Irham.

[Bang, Nay kangen Abang.] Naya memutuskan mengirimkan pesan pada Irham. Mungkin dengan begitu Naya bisa sedikit mengurangi rasa rindunya.

Setelah hati Naya sedikit tenang, dia beranjak pulang. Apalagi langit semakin menggelap, awan mendung sudah mulai datang, hujan pun mulai turun membasahi bumi.

Naya segera berlari menuju mobil, dia memacunya pelan membelah rintik hujan yang semakin deras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Akhir

    Pov Naya"Bagaimana, Mbak? Apakah Mbak masih mengharapkan laki-laki yang sudah membuatmu menderita? Apakah Mbak masih saja terjebak dalam masa lalu, hingga tidak berani memberi kesempatan pada Pak Alan? Apakah terlalu sulit menghilangkan bayang-bayang masa lalu yang menyedihkan?" tanya Dinda bertubi-tubi semakin membuatku kalut.Tanganku meremas satu sama lain, pertanyaan Dinda menusuk hatiku. Sedikit banyak apa yang Dinda tanyakan memanglah benar. Aku memang belum bisa melupakan bayang-bayang masa lalu.Bukan aku ingin kembali pada Mas Hanan, akan tetapi perasaan takut dan trauma selalu menghantuiku.Kurasakan tangan Dinda meremas tanganku dengan lembut, aku pun menatap mata Dinda dalam."Mbak juga berhak untuk bahagia, jangan terlalu tenggelam dalam masa lalu, Mbak. Kami semua juga ingin melihat Mbak Naya bahagia dengan pasangan baru Mbak Naya. Janganlah takut untuk memulai kembali, mungkin saja Pak Alan adalah jodoh terakhir untukmu, Mbak," ucap Dinda sembari tersenyum lembut.Aku

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Alan

    Naya bergegas kembali ke dalam restoran saat tak menemukan sosok Hanan. Dia berjalan menunduk kembali merasakan perasaan sedih karena teringat Hanan.Naya berjalan sembari mengusap air mata yang tak bisa dia tahan."Bruk—." Naya terjatuh karena tidak sengaja menabrak seseorang di depannya.Naya meringis saat sikunya terbentur lantai dengan keras. Dia masih menunduk mengusap-usap sikunya dengan telapak tangannya."Maaf, saya tidak sengaja," ucap seseorang yang telah menabrak Naya."Tidak apa-apa," sahut Naya sembari mendongakkan kepala.Netra Naya membulat ketika melihat siapa yang telah menabraknya, perlahan dia melebarkan senyum melihat sosok tersebut."Ibu Naya?" tanya sosok tersebut juga ikut terkejut.Naya pun bangkit dari posisinya terjatuh dan berdiri di depan sosok tersebut."Iya, Pak Alan. Ini saya," jawab Naya sembari tersenyum.Alan mengembangkan senyumnya dan bertanya, "Apa kabar, Bu? Sudah lama sekali saya tidak pernah melihat Ibu Naya?""Alhamdulillah, baik. Bagaimana d

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Kembali

    "Sudah sampai, Bu," ucap sopir pada Naya yang sedang melamun sembari mengelus-ngelus puncak kepala Aryan—anak semata wayangnya."Oh iya, Pak." Naya pun beranjak turun dari mobil sembari menggendong Aryan.Netra Naya memandang restorannya yang sudah banyak berubah semenjak dia meninggalkannya, sudah hampir dua tahun Naya meninggalkannya untuk diurus Dinda.Perlahan Naya melangkahkan kaki masuk ke dalam restoran, nampak suasana ramai menyambut kedatangannya kembali.Di ambang pintu sudah ada Dinda dan Arya, sekarang mereka telah menjadi sepasang suami istri. Tidak menyangka dokter yang dulu pernah menaruh hati pada Naya sudah menemukan jodohnya.Naya mengulum senyum membayangkan bagaimana dulu mereka dekat hingga akhirnya berakhir menjadi sahabat.Arya sempat menyatakan perasaannya kepada Naya tapi dia tentu tidak bisa membohongi perasaannya dengan menerima Arya.Naya sungguh merasa tidak pantas bersanding dengan Arya mengingat status yang telah dia sandang. Lebih baik mereka menjadi sa

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Tergantikan

    Pov Hanan Dua tahun masa hukumanku akan segera berakhir, aku tidak sabar keluar dari sini dan mencari keberadaan Naya. Aku ingin melihat wajah anakku seperti apa, apakah dia akan seperti Naya atau sepertiku.Bolehkah aku berharap untuk kembali bersama Naya lagi? Merajut rumah tangga bahagia seperti dulu lagi. Apalagi aku sudah sepenuhnya berpisah dari Melisa.Tidak akan ada yang akan menghalangi kebahagiaan kami lagi. Apakah Naya mau menerimaku kembali menjadi suaminya jika aku keluar dari sini? Aku sungguh berharap bisa bersatu kembali dengan Naya.Semoga saja aku masih diberi kesempatam untuk memperbaiki semua kesalahanku pada Naya. Aku janji, akan memperlakukan Naya lebih baik lagi, jika dia mau kembali padaku. Aku tidak akan menyakitinya lagi, aku akan selalu membahagiakannya.Aku mencoba memejamkan mata, berharap hari esok cepat datang, dan aku akan segera keluar dari sini.***Hari yang aku tunggu pun datang, aku sudah bebas hari ini. Aku berada di pinggir jalan, menanti ibu da

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Akhir Penantian

    Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, Naya melalui hari-hari damainya di rumah Irham. Di rumah Irham terdiri dari tiga anggota keluarga, ada Irham, Alina dan juga Alisa–gadis kecil buah hati mereka.Untunglah Naya tidak terlalu kesepian karena ada mereka. Apalagi Alisa sangat menggemaskan. Di usianya yang baru menginjak lima tahun, Alisa tumbuh dengan baik. Tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.Sejenak Naya merasa iri dengan kehidupan Alisa, dalam benaknya Naya bertanya-tanya, akankah anaknya kelak akan tumbuh ceria seperti Alisa di saat hanya ada ibunya yang membesarkannya.Ketakutan akan ketidak mampuannya membesarkan anaknya kelak, selalu menghantui Naya.Apalagi jika kelak dia ditanya oleh anaknya di mana ayahnya berada, mau bagaimana Naya menjawabnya? Tidak mungkin Naya menceritakan semua pada anaknya. Naya takut akhirnya anaknya akan membenci ayahnya sendiri.Apakah Naya sanggup menghadapi pertanyaan-pertanyaan anaknya tentang ayah kandungnya? Naya menghela

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Kehilangan Segalanya

    Pov Hanan Netraku mulai meneteskan air mata begitu mendengar ketukan palu dari Hakim pertanda berakhirnya sidang perceraianku dengan Naya.Dengan begitu, berakhir pula pernikahan yang sudah sepuluh tahun aku bina dengan Naya. Pernikahan yang membuatku menjadi lelaki paling bahagia karena bisa mendapatkan istri seperti Naya.Setiap yang ada pada diri Naya adalah dambaan semua lelaki. Seharusnya aku merasa beruntung memiliki Naya, bukan malah menyakitinya begitu saja.Apalagi sekarang Naya sedang mengandung anakku, darah dagingku. Seharusnya pernikahanku dengan Naya dipenuhi dengan kebahagiaan menanti kehadiran anak pertama kami.Aku tidak akan bisa melihat kelahiran anak pertamaku yang begitu aku tunggu-tunggu. Karena masa hukumanku yang masih lama. Saat anakku lahir, aku masih berada di dalam penjara.Entah Naya kelak mengijinkan aku untuk bertemu dengan anakku sendiri atau tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.Sesungguhnya aku sangat berharap Naya mau memberikan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status