Share

Bab 11# Meledak

Author: Ayu novianti
last update Last Updated: 2025-06-05 00:05:00

Setelah percakapan yang tegang antara Rival dan Doni itu, Doni pun menghubungi Laura. Suaranya terdengar berat saat berbicara di telepon.

“Maaf, aku tidak bisa melanjutkan proyek ini. Aku sudah berusaha, tapi tidak ada satu pun yang berhasil menembus keinginannya. Aku tidak mau mengorbankan reputasiku dengan terus mencoba-coba.” ucap Doni menjelaskan.

Laura yang mendengar itu terdiam cukup lama. Jantungnya berdegup lebih cepat, dan keringat mulai membasahi telapak tangannya.

“Kamu menyerah?” tanyanya dengan suara nyaris tidak terdengar. “Bukankah sudah aku katakan bahwa kamu tidak boleh mundur dari proyek ini?” ucap Laura yang kembali geram.

“Ya. Aku tahu batasku. Dan maaf, Tuan Kenan, dia punya ekspektasi yang tidak bisa kudapatkan.” balas Doni.

Laura menutup telepon dengan tangan gemetar. Ia duduk diam di kursinya, menatap kosong ke arah jendela. Matahari mulai tenggelam, dan kantor mulai sepi. Tapi di dalam dadanya, kekacauan just
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 70# Orang Asing

    Restoran kecil di sudut kota itu tidak terlalu ramai. Musik klasik mengalun pelan, sementara aroma kopi dan pastry memenuhi udara. Natasya duduk sendirian di dekat jendela, dengan buku catatan kecil di hadapannya. Jari-jarinya menggenggam pensil, namun pikirannya tidak benar-benar berada di halaman yang terbuka. Sudah tiga hari sejak malam itu. Sejak ciuman Kenan. Sejak ucapannya yang tidak ingin dia pergi ke mana pun tanpa sepengetahuannya. Dan sejak saat itu, tidak ada satu pun pesan atau panggilan darinya. Natasya tidak tahu apakah harus merasa lega atau kecewa. Ketika ia sedang menyeruput minumannya, seseorang mendekat. Kali ini, bukan Kenan, namun seorang wanita. Langkahnya tenang, tapi terukur. Natasya mengangkat kepala. “Permisi,” sapa wanita paruh baya tersebut. Rambutnya ditata dengan rapi, wajahnya penuh percaya diri. Menyadari bahwa dirinya yang disapa, Natasya lantas memperbaiki posisi duduknya.

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 69# Hilang Kendali

    Di dalam mobil, hanya suara musik instrumental pelan yang mengisi keheningan. Kenan menyetir dengan satu tangan di kemudi, satu lagi di pangkuannya. Sesekali ia melirik ke arah Natasya, yang duduk diam memandangi jalan melalui jendela. “Apa kamu tidak lelah?” Kenan akhirnya membuka suara, suaranya tenang. Natasya menoleh sebentar. Meski kelelahan, dia tidak seharusnya diam, bahkan ketika Kenan sudah mengajaknya pulang. “Sedikit. Tapi tidak terlalu.” balas Natasya singkat. Kali ini, Natasya meluruskan pandangannya ke depan. Meski Natasya hanya menjawab dengan singkat, Kenan masih tidak menyerah. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bersama Natasya, hanya dengan diam sepanjang perjalanan. Kenan berdeham sebentar. “Gaun itu pasti membuatmu sulit bergerak,” ucap Kenan. Tepat ketika Kenan mengatakan itu

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 68# Kejutan

    Musik sudah berhenti sejak tadi, ketika Natasya melangkah pelan menuju pintu keluar. Dia sudah berpamitan pada Ayah dan Ibunya, tetapi mereka menyuruh untuk berpamitan pada Laura juga. Itu sebabnya Natasya tidak langsung pergi. Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, Natasya menghampiri pasangan pengantin yang bahkan sudah berdiri menjauh satu sama lain. “Dia pasti akan mulai mengomel lagi,” batin Natasya. Ia menunggu sejenak hingga Laura menoleh ke arahnya. Begitu tatapan mereka bertemu, Natasya langsung berbicara. Dia tidak ingin berlama-lama lagi di sana. “Aku pamit pulang, Laura,” ucap Natasya, suaranya tenang. Laura melirik cepat dari atas ke bawah, seolah menilai setiap detail penampilan Natasya. Senyumnya tidak benar-benar hangat, tetapi ia masih fokus pada Natasya. Dia merasa seperti pilihannya sudah tepat. Gaun itu tidak kurang bahan, atau begitu terbuka. Tapi entah kenapa

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 67# Dia Tahu

    Ketika Natasya masih berbincang dengan Kian, pandangan matanya menyapu ruangan, lalu terhenti saat melihat sosok yang tak asing sekarang. Natasya tersenyum senang, lalu berbisik pada Kian. “Tunggu sebentar, aku harus menyapa seseorang,” ucap Natasya. Dia beranjak dan langsung mendekati sosok yang dia maksud. “Kak Nana?” Natasya menyapa, sembari menepuk bahu Nana dengan lembut. Nana berbalik, dan mendapati Natasya di sana. “Nat,” panggil Nana. Mereka berpelukan sejenak, dan Nana tampak begitu lega. “Senang kamu di sini.” kata Nana. “Aku bahkan sudah akan pergi jika tidak bertemu denganmu,” sambungnya lagi. Natasya mengangguk setuju. “Aku juga senang bisa bertemu lagi. Terima kasih sudah datang,” kata Natasya. Nana tersenyum sembari melihat penampilan Natasya. “Kamu cantik sekali malam ini,” puji Nana, yang terus menatap penampilan Natasya dari atas hingga bawah. “Ka

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 66# Kian

    Cahaya lampu gantung kristal menyinari aula dengan lembut. Musik klasik mengalun pelan, mengiringi suara riuh tamu undangan yang terus berbincang dengan bersemangat. Acara resepsi itu baru saja selesai, dan Natasya bisa bernapas lega. “Seperti harapan. Akhirnya semua berjalan baik-baik saja,” gumam Natasya. Natasya berdiri santai sembari meminum minumannya. Dia sudah mengenakan gaun yang berbeda. Meski tidak semewah gaun sebelumnya, gaun yang dia kenakan sekarang memiliki lengan sebahu, dengan dada berbentuk v. Hanya saja, itu tidak begitu terbuka. Bahkan tidak ada belahan tinggi di bagian paha. Sepertinya Laura memang sengaja melakukannya. Sorot matanya tenang, namun bibirnya melengkung sedikit ketika seseorang menepuk lengannya perlahan. “Hei, kak. Kamu masih ingat aku?” Pemuda itu tersenyum lebar. Natasya menoleh, mengernyit sebentar l

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 65# Pernikahan Laura

    Langit sore tampak cerah saat tamu-tamu mulai berdatangan di aula besar tempat pernikahan Laura dan Kevin akan diadakan. Dekorasi serba putih dan emas mendominasi ruangan, menghadirkan kesan elegan dan mewah. Di sudut aula, deretan kursi berlapis satin tersusun rapi, bunga-bunga segar memenuhi setiap sisi ruangan. Natasya berdiri di dekat pintu masuk, mengenakan gaun panjang berwarna biru keabu-abuan, buatan Laura yang tidak ingin Natasya datang dengan pakaian kurang bahan miliknya, dan mengacaukan acara. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi jepit kristal kecil yang berkilau samar. “Sudah siap?” suara lembut ibunya, Lyly Watson, terdengar dari samping. Natasya menoleh, mengangguk kecil. “Mom cantik sekali malam ini.” puji Natasya. Lyly tersenyum, memeluk lengannya. “Kamu juga, Sayang. Ayo, kita masuk. Kita duduk bersama keluarga besar di depan.” ajak ibunya. Mereka berjalan perlahan ke area khusus keluarga, melewati tamu-tamu yang beberapa di antaranya menyapa ramah. Natasya men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status