Share

Bab 22# Berbincang

Author: Ayu novianti
last update Huling Na-update: 2025-06-16 00:05:00

Kenan dan Natasya keluar bersama. Siang itu terasa lebih panas dari biasanya. Namun bukan matahari yang membuat dada Kenan terasa sesak. Ia berjalan di samping Natasya, namun jarak mereka tetap terasa jauh. Perempuan itu begitu tenang, begitu tidak terganggu, seolah tidak ada apa-apa yang salah antara mereka.

“Bagaimana bisa dia setenang itu?” pikir Kenan.

Sepanjang perjalanan itu, pikiran Kenan terus saja dipenuhi oleh satu pertanyaan yang belum terjawab.

‘Siapa yang memberikan kotak cincin itu padamu, Natasya?’

Kenan membuka pintu mobil untuknya, dan Natasya masuk tanpa komentar. Ia hanya duduk tenang, menatap lurus ke depan, membiarkan suasana diam menguasai sepanjang perjalanan.

Kenan mengemudi tanpa bicara, meskipun sesekali mencuri pandang ke arah Natasya. Namun perempuan itu tampak tak peduli. Wajahnya datar, tidak memperlihatkan rasa senang, apalagi canggung. Seolah seda
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 32# Posisi Rawan

    Setelah semua perbincangan yang mereka lakukan sejak tadi, tampaknya Kenan masih tidak ingin menyerah. Kenan masih berdiri di depan Natasya, satu tangan bertumpu pada meja, dan tubuhnya masih sedikit membungkuk ke arahnya. “Apa lagi yang diinginkan pria ini?” batin Natasya, mencoba menebak tindakan Kenan selanjutnya. Natasya mengangkat dagunya, menatap mata pria itu tanpa gentar. Sorot matanya tak berubah, dingin dan tak tertarik, tapi juga tak mundur. Dia tak seperti wanita-wanita lain yang akan terbakar oleh sentuhan itu, oleh kedekatan yang disengaja. Napas Kenan terdengar berat. Bukan karena marah, tapi karena menahan sesuatu yang bahkan dia sendiri tak mengerti. Ada hasrat yang tumbuh, entah dari rasa obsesi, dari keinginan untuk memiliki, atau dari tantangan karena tidak ingin kalah. Namun Natasya terlalu pandai untuk membuatnya terus bertahan dalam ketegangan itu. Ketika Kenan berusaha mendekatkan l

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 31# Tantangan

    Malam itu, ketika notifikasi muncul di layar ponselnya, Natasya hampir saja mengabaikannya. Namun nama pengirimnya membuatnya mengangkat ponsel dan membuka isi pesan.Itu pesan dari Rival. Jika dia sudah menghubungi, maka itu pasti tentang pekerjaan.“Ah, bahkan proyek itu masih belum selesai,” gumam Natasya.Proyek ruangan kerja Kenan itu, memang masih berlangsung. Dia masih menunggu hasil dari desainnya.‘Apa kamu sibuk besok? Kamu harus melihat hasil pekerjaannya.’Begitulah isi pesan yang dikirimkan Rival. Tentu saja itu merujuk pada desain yang ia kerjakan untuk ruangan kerja baru Kenan. Permintaan itu sederhana, hampir profesional, dan Natasya tidak ragu untuk membalasnya. Natasya mengetik balasan cepat. ‘Baiklah. Aku akan datang besok.’ Tidak ada tambahan. Tidak ada senyum. Tidak ada ketertarikan. Hanya kewajiban yang perlu diselesaikan. Keesokan paginya, langit mendung, dan suasana seolah tahu bahwa s

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 30# Sisi Lain Hidup

    Setelah keluar dari ruang praktik Stella, Natasya berjalan melewati lobi kecil menuju tempat parkir. Langkahnya cepat, tidak ingin berlama-lama di tempat yang selalu terasa terlalu sunyi meski dipenuhi orang-orang dengan suara berbisik. Namun, begitu dia tiba di luar gedung dan akan menuju mobilnya yang sedang terparkir,matanya langsung menangkap sosok yang tak asing. Wanita yang tadi dilihatnya keluar dari ruang periksa Stella, kini sedang duduk di bawah sebuah pohon rindang.“Dia pasti memiliki banyak beban,” gumam Natasya.Bahkan dari jarak seperti itu, dia bisa melihat betapa gelisahnya wanita asing itu. Apalagi setelah ucapan Stella tadi, itu membuat Natasya bisa mengerti garis besar masalahnya.“Sudahlah,” ucap Natasya sembari berjalan menuju mobilnya. Awalnya, Natasya memang tidak berencana untuk berhenti. Tapi sesuatu seolah menahan langkahnya. Entah karena wajah wanita itu yang begitu sedih, atau karena ucapan Stella yang masih

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 29# Bukti

    Di tempat lain, Kenan sedang duduk di ruangannya. Matanya menatap layar komputer, tapi pikirannya tidak di sana. Ia baru saja membaca berita tentang kabar pernikahan Laura. Di halaman depan berita itu, tampak wajah Kevin yang ditampilkan di samping Laura. “Menarik,” gumam Kenan. Tapi bukan itu yang membuatnya mendadak kehilangan konsentrasi. Kenan mengingat bahwa pria dalam gambar itu, Kevin, masih saja dekat dengan Natasya, bahkan setelah berita pernikahannya tersebar dengan Laura. “Sial!” kesal Kenan tidak terima. Dia mencengkeram ponselnya dengan erat. Waktu itu dia hanya berpikir bahwa Kevin adalah pasangan kencan Natasya. Tapi sekarang, kenyataannya tidak sesederhana itu. Kevin akan menikahi Laura Watson. Itu berarti, hubungan antara Kevin dan Natasya akan semakin dekat. Bagaimana jika mereka akhirnya tinggal di rumah yang sama? Hubungan Natasya dan Kevi

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 28# Rencana

    Begitu sampai di rumah, Natasya membanting pintu kamarnya tanpa peduli suara berdebam yang memantul di dinding. Tas kerjanya dia lembar ke sofa, dan blazer hitamnya dibiarkan jatuh begitu saja di lantai. Kamar itu terang, tapi hampa. Seperti dirinya sendiri. “Melelahkan sekali,” ujar Natasya dengan lesu. Dia berjalan menuju kamar mandi, membuka keran shower hingga suara air menenggelamkan segalanya. Tanpa menunggu air menjadi hangat, dia berdiri di bawah guyuran itu, membiarkan bajunya basah, membiarkan air mengguyur rambut dan kulitnya sampai napasnya berembun di kaca. “Arggh!” Teriakan itu menggema, meledak dari dalam dadanya yang penuh amarah. “Sialan. Kenan benar-benar sudah kehilangan akal.” kesal Natasya lagi. Napasnya memburu. Air yang mengalir bahkan tak bisa menenangkan apa pun. Kenapa pria itu tiba-tiba melamarnya? Setelah semua yang terjadi, setela

  • Aku Tidak Menargetkanmu, Tuan!   Bab 27# Rekaman Baru

    Natasya memasuki lift dengan tergesa. Begitu pintu lift itu tertutup, Natasya bersandar di dinding dingin yang bahkan tidak berhasil membuatnya bergeming. Dia menekan jemarinya di pelipis, mencoba mengusir rasa pusing yang tiba-tiba saja muncul di kepalanya. “Ahh, entah kapan semua ini berakhir,” gumam Natasya. Dia sudah mulai kehilangan tenaganya. Hanya saja ketika pintu lift itu akan menutup, sebuah suara langkah kaki mulai terdengar. Langkah itu cepat, seolah berusaha untuk menghilangkan keheningan di sekeliling mereka. Tangan itu menahan pintu sebelum benar-benar menutup, dan tubuh tinggi seorang pria langsung menyelinap masuk begitu saja. Dia, Kenan. Sejenak, mata mereka bertemu. Pandangan pria itu berat, tajam, tapi seperti ada sesuatu di balik itu. Bukan kelembutan. Bukan kemarahan. Lebih seperti obsesi yang dibungkus dengan ketenangan semu, yang tent

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status