Mereka tidak ada yang datang ke rumah sakit, karena dilarang Manggala. Biar Kiara bisa istirahat dengan tenang pasca keguguran. Toh keesokan harinya juga sudah boleh pulang. Jadi sehari semalam, Kiara hanya ditemani oleh Manggala.Anak-anak diboyong semua ke rumah neneknya. Sebab si kembar rewel mencari ibunya. Di rumah sang nenek, mereka ceria karena ada kakek, nenek, pakdhe, dan budhenya. Ada Rizky yang menemani mereka bermain. Keesokan harinya, dari rumah sakit Manggala langsung mampir menjemput anak-anak ke rumah ibunya. Kiara juga ikut turun. Bu Puri tergopoh menghampiri dan meraih tangan menantunya. "Saya nggak apa-apa kok, Bu," kata Kiara sambil tersenyum."Duduklah dulu. Anak-anak diajak pakdhe sama budhenya keluar tadi. Sekalian nganterin Rizky dan Arsha ke sekolah."Pantas saja rumah sepi. Kiara dan Manggala duduk di ruang makan. Mak Yah membuatkan dua gelas teh hangat. Mereka ngobrol bertiga, karena Pak Gatot sudah ke Garasi."Ibu nggak nyangka kamu hamil lagi, Ki. Padaha
Keringat dingin membasahi pelipis dan tengkuknya. Ia memanggil Manggala, "Mas!"Di kamar mandi, suara air berhenti. Manggala keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Ia sudah mengenakan celana dan kaus warna hitam. Pria itu kaget melihat istrinya yang membungkuk menahan perutnya. "Sayang, kamu kenapa?" Manggala berlari ke sisinya. Wajah Kiara pucat. Keringat mengalir deras di pelipis, bahkan lehernya sampai basah.Kiara menggigit bibir. Tubuhnya gemetar, tangan mencengkeram perut. "Perutku tiba-tiba sakit banget, Mas," desisnya.Wanita itu menggigil dan merasakan bawahnya basah. Tangan kanannya menyentuh bagian bawah tubuhnya, dan saat ia mengangkat telapak tangan, darah menodai jemarinya. Mereka berdua sama-sama kaget dan panik.Tanpa pikir panjang, Manggala langsung membopong Kiara keluar kamar. "Mbak Asih, tolong bukain pintu depan!" teriaknya pada Mbak Asih.Wanita yang tengah menyiapkan sarapan, sontak berlari. Dalam kepanikan, ia mengambil kerudung Kiara yang a
AKU DI ANTARA KALIAN- Buah Penantian "Kaira, sini, Sayang!"Nada mendengar suara Manggala memanggil anak itu. Jadi nama anaknya Kaira. Wanita itu melirik pada gadis kecil yang usianya tak beda jauh dari anaknya.Kaira yang sudah terlanjur melihat anak kecil yang saat itu juga memandangnya, tidak mau pergi dari sana. Mereka saling pandang. Anaknya Nada ingin turun, tapi ditahan oleh ibunya.Sedangkan Kaira ingin mendekat dan berkenalan. Ketika kaki kecilnya hendak melangkah, Manggala menghampiri dan meraih tubuh sang anak. Kaira tertawa geli saat ayahnya membopong sambil menciuminya.Nada bernapas lega. Namun ia tetap berusaha bersikap sebiasa mungkin. Agar suaminya tidak curiga.Setelah mereka menjauh, Nada menoleh. Dari sini dia tahu kalau anaknya Manggala kembar. Gadis kecil di dekatnya tadi sama anak laki-laki yang sedang digandeng oleh seorang ART mereka.Dia tidak sanggup bertemu lagi dengan mereka. Terakhir ketika Nada datang untuk meminta maaf. Setelah itu berharap tak berjum
"Dulu dia kehilangan istri sekaligus anaknya. Tapi sekarang Mas Fathan mendapatkan apa yang dulu pergi. Kalau Mas nggak capek, kita mampir ke Pandaan, ya." "Oke," jawab Manggala sambil tersenyum. Kemudian mengajak istrinya untuk keluar kamar. Mereka harus segera berangkat sebelum hari beranjak siang. 🖤 Saat Manggala sekeluarga berangkat ke Surabaya, Narendra dan Tiana mengurus pindahannya Rizky. Di lantai atas rumah Pak Gatot, ada satu kamar yang dipersiapkan untuk Rizky. Tepat bersebelahan dengan kamarnya Narendra. Anak itu sudah mulai banyak bicara dan tersenyum. Dia bahagia mendapatkan ayah yang perhatian. Tidak seperti ayah kandungnya sendiri yang tidak peduli dan selalu kasar. Sepulang sekolah, dia dijemput oleh Narendra dan Tiana untuk langsung diajak berbelanja ke kota. "Rizky, kamu pilih sepatu yang mana?" Narendra meraih tubuh anak itu untuk mendekat padanya. Mereka sedang berada di toko perlengkapan sekolah. "Sepatuku masih bagus, Yah," tolak Rizky. "Nggak ap
"Kaiya siapa, ya? Di sini nggak ada yang namanya Kaiya. Yang ada Kaira." Kiara memandang anak perempuannya sambil bicara dengan nada sengaja menggoda. Dan gadis mungil itu langsung menunjuk-nunjuk dadanya. "Ini Kaiya," teriaknya. Membuat dua kakaknya terkekeh. "Iya-iya. Lusa kita pergi. Kak Arsha harus izin nggak masuk sekolah kalau gitu," kata Kiara. "Nggak apa-apa. Dua hari saja," jawab Manggala. "Arka, kita main ayunan." Selesai makan, Arsha mengajak Arka untuk bermain. Kaira yang biasanya tidak mau ketinggalan, kini diam saja karena ada ayahnya. "Arsha, jaga adeknya," pesan Kiara saat si sulung bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Arka. Mbak Neng yang sejak tadi mengawasi dari ruang dalam, segera bangkit untuk menjaga anak-anak yang melangkah ke samping rumah. Sementara di tenda pernikahan, Narendra dan Tiana sibuk menghampiri dan berbincang dengan kerabat yang tengah menikmati hidangan. Bu Puri dan Pak Gatot pun sama. Mereka berkeliling dan saling sapa. Menje
AKU DI ANTARA KALIAN - Berdebar Manggala yang menggendong Arka berdiri gagah di samping kiri kakaknya, sedangkan Kiara di samping Tiana. Kaira sempat menguap kecil dalam gendongan sang ibu. Anak itu mulai mengantuk. Arsha berdiri di depan Narendra. Dia ikut senang melihat pakdhe kesayangannya tampak bahagia hari itu. Walaupun dia belum benar-benar paham, apa itu pernikahan. Setelah satu kali jepretan foto, Narendra memanggil Rizky untuk naik ke pelaminan. Bocah yang duduk di samping Bu Yanti, menaiki tangga dan berdiri di depan ibunya. Mereka foto bersama. Selesai foto, Manggala mengucapkan selamat seraya memeluk kakaknya. Kemarin dia memberikan paket bulan madu, tapi ditolak oleh Narendra. Sang kakak bilang, mungkin tidak bisa bepergian jauh karena banyak pekerjaan. "Makasih, Gala," kata Narendra kemudian mencium pipi Arka yang berada di antara mereka. "Mbak Tia, selamat pengantin baru. Kali ini, kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu," ucap Manggala menyalami Tiana. Memb