Share

5. Mengajak Bersama

last update Dernière mise à jour: 2025-05-02 20:14:17

AKU DI ANTARA KALIAN

- Mengajak Bersama

Sesakit apapun, ia harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Toh mereka sudah menjalani hal itu setahun lebih.

Baru saja Kiara masuk kamar, Arsha menangis kencang. Manggala menghampiri baby crip lantas meraih bocah itu. Dia kaget dengan suhu tubuh bayi lelakinya. "Badannya panas."

Wajah Kiara berubah panik. Ia menyentuh kening putranya dan mengambil bocah itu dari gendongan ayahnya. Benar, Arsha demam.

"Biar aku yang bikinkan susu." Manggala ke arah meja di pojok ruangan. Di mana Kiara selalu menyediakan perlengkapan membuat susu untuk malam hari di sana.

ASI-nya tidak keluar pasca melahirkan. Mungkin karena stres dengan keadaan, makanya ASI tidak lancar.

"Panasnya 38°." Kiara khawatir setelah membaca hasil dari termogun. Cukup tinggi panas tubuh Arsha. Padahal sore tadi anaknya baik-baik saja.

"Kita bawa ke dokter," ujar Manggala seraya memberikan susu pada istrinya. Arsha berhenti menangis mendapatkan susu.

"Besok saja kalau panasnya belum turun. Sekarang mau kukasih paracetamol dan kukompres dulu."

Beberapa saat kemudian mereka sibuk mengurus Arsha hingga anak itu tenang setelah minum obat dan minum susu. Tubuhnya mulai berkeringat dan kembali memejam. Namun dia tidak mau dibaringkan di tempat tidur. Maunya digendong.

"Sini kugantiin gendong." Manggala hendak melepaskan gendongan, tapi Kiara menahannya. "Nggak usah, Mas. Biar aku saja. Mas, istirahatlah. Besok kerja," tolak Kiara dengan halus. Kemudian membawa sang anak keluar kamar. Ditutupnya pintu supaya Manggala bisa istirahat.

Kiara duduk di sofa, di bawah lampu temaram ruang keluarga. Ia memandang pintu kamar yang ditutupnya tadi. Tak terasa air matanya merambat ke pipi. Manggala sepeduli itu. Meski terlihat dingin, jarang bicara, dan entah bagaimana isi hatinya, tapi dia sangat peduli pada Arsha. Sejak bayi kalau anak itu sakit, Manggala tak segan menemaninya begadang.

Dibelainya rambut sang anak. Wajah Arsha dipandangi. Terlihat begitu tenang, tidur dengan napas berat karena demam. Satu tangan kecil menggenggam baju ibunya. Kiara menatapnya lama, seolah ingin merekam seluruh lekuk wajah itu. Mata kecil, alis tebal, hidung bangir, dan bibir yang sedikit terbuka saat tidur. Tampan. Benar-benar seperti Narendra dan mirip Manggala.

Perlahan Kiara membungkuk dan mengecup kening Arsha. Suhu panas itu membuat air matanya menetes. Bukan hanya karena khawatir, tapi karena rasa bersalah yang masih disesalinya. Dulu dia ingin menggugurkan Arsha, tapi sekarang anaknya lecet sedikit saja, Kiara sudah cemas.

"Maafkan ibu, Arsha. Dulu ibu pernah berpikir nggak ngizinin kamu hidup," bisiknya lirih. "Maafkan ibu, Sayang. Padahal kamu satu-satunya yang ibu punya sekarang. Cepat sembuh, ya."

Kiara menarik napas panjang. Dia ingat nasihat dokter Ratna. "Kamu tahu setiap anak punya takdirnya sendiri. Kadang kehadiran mereka justru jadi titik balik bagi kita. Kamu masih muda. Tapi keputusan ini akan kamu bawa seumur hidup. Jangan lanjutkan, kamu akan menyesal nanti. Kalau kamu nggak punya siapa-siapa, anak itu nanti yang akan kamu punya."

Kini di tengah malam seperti ini, dengan Arsha bersandar di dadanya, Kiara merasa keputusan mempertahankan kandungannya adalah yang paling benar.

Dia memang sempat ingin menggugurkan, tapi Kiara tidak ingin melakukannya sendiri dengan mengonsumsi ini itu yang berbahaya buat janin. Kiara pergi ke dokter, nyatanya dia pun ditolak. Hingga nekat menemui keluarga Narendra. Andai saat itu tak diterima, Kiara tetap akan bertekad melahirkan anaknya. Entah bagaimana ia akan menjalani kehidupan nantinya. Ucapan dokter sangat mengena dalam benak. Bahwa anak itu tidak akan menjadikannya sebatangkara lagi.

Karena kelelahan fisik dan mental, Kiara akhirnya tertidur. Tubuhnya bersandar di sandaran sofa, kepala sedikit terjatuh ke belakang, dan Arsha masih di pangkuannya.

Pintu kamar terbuka pelan. Manggala keluar, mengusap wajahnya yang masih mengantuk. Ia sempat tertidur, tapi terbangun karena ingat istri dan anaknya masih di luar. Setiap Arsha rewel atau sakit, Kiara menjauhkan anak itu darinya agar tidak mengganggu.

Manggala mendapati pemandangan yang mengusik hatinya. Kiara tertidur di sofa memangku Arsha dengan posisi tubuh miring, tangannya masih memeluk anaknya erat. Hati Manggala tergetar. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan melihat kedua sosok itu.

Perlahan ia berjalan mendekat. Duduk di sisi sofa dan menyentuh pelan lengan Kiara.

"Kiara," panggilnya lirih.

Kiara terbangun seketika. Ia mengedip beberapa kali, bingung. Lalu segera sadar di mana ia berada. Lantas memandangi putranya yang masih terlelap dalam gendongan.

"Suhu tubuhnya udah turun?" Manggala mendekat, meletakkan telapak tangan di dahi Arsha. "Besok pagi kita periksakan ke dokter anak."

Kiara meraih termogun di sebelahnya dan mengecek suhu tubuh Arsha. 37°C. "Dia sudah membaik."

"Kamu tidur di dalam. Di sini nggak nyaman. Biar aku yang gantiin gendong."

"Biar aku tidurkan di tempat tidurnya saja, Mas." Kiara hendak bangkit, tapi kakinya seperti kesemutan karena salah posisi duduk.

Akhirnya Manggala mengambil Arsha dari pangkuan Kiara. Gerakan itu membuat Arsha merengek sebentar, tapi segera kembali terlelap saat merasakan pelukan di dada ayahnya.

Dan Kiara berdiri pelan, lalu mengikuti Manggala ke kamar. Ia membetulkan bantal, membuka selimut, dan Manggala meletakkan Arsha hati-hati di baby crip.

Setelah memastikan anak itu nyaman, Kiara segera mengambil air minum dan meminum seteguk. "Mas, aku tidur, ya." Kiara bicara sambil memandang Manggala. Rasa kantuknya sungguh hebat, tapi dia juga ingat akan ajakan sang suami tadi.

"Ya," jawab Manggala singkat.

Lantas Kiara berbaring menghadap tempat tidur anaknya. Seingatnya baru kali ini menolak. Padahal siang tadi Manggala baru pulang dari bertemu Nada. Tapi malam ini, kenapa mengajaknya 'bersama'.

Sementara Manggala masih duduk di pinggir pembaringan. Memandang Kiara dan Arsha bergantian. Ada suatu rasa dalam dada yang mengusiknya.

Untuk beberapa saat Manggala diam menunduk. Kemudian bangkit mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu warm white yang menempel di dinding. Sebelum berbaring, ia kembali memandang Kiara yang tidur meringkuk membelakanginya. Hatinya berdesir.

🖤LS🖤

Kiara tergesa duduk saat mendengar suara kicau burung yang riuh di sekitar rumah. Sinar matahari pagi tampak terang dari jendela yang terbuka. Ah, dia kesiangan karena tertidur habis salat subuh. Mana belum memasak untuk sarapan.

Dilihat Manggala sudah tidak ada di sisinya. Kiara menghampiri Arsha yang masih tidur. Dengan punggung telapak tangan, Kiara memeriksa kening anaknya. Masih sedikit hangat. Untuk meyakinkan, ia mengambil termogun. 36,8°C. Kiara lega lantas keluar kamar.

"Maaf, aku kesiangan, Mas," ucap Kiara pada Manggala yang sibuk dengan laptopnya di meja makan. Di samping benda itu, Kiara melihat secangkir kopi yang tinggal separuh.

"Nggak apa-apa. Aku sudah belikan lauk. Kamu nggak usah masak hari ini." Manggala memandang bungkusan kresek di atas meja, kemudian kembali fokus ke laptopnya.

"Oh iya, makasih." Dengan cekatan Kiara mengambil baskom untuk mencuci beras. Selesai itu memindahkan lauk ke dalam wadah. Saat bersamaan ponsel Manggala berpendar. Kiara jelas melihat siapa yang menelepon. Nada.

"Aku berangkat ke garasi dulu." Manggala bangkit, membereskan laptop dan meraih ponselnya lantas melangkah keluar rumah. Garasi sebutan gedung besar tempat parkir kendaraan-kendaraan milik Gatotkaca Travel.

Kiara yang termangu, mendengar ponselnya di kamar berdering. Dengan langkah cepat ia mengambil benda itu supaya tidak membuat Arsha terbangun. Ada panggilan masuk dari nomor yang tidak ada di kontak whatshapp-nya. Siapa ini?

Next ....

Selamat membaca 🫶🏻

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (7)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
feelingku Gala ada rasa sama Kiara tapi dia udah terlanjur janji sama Nada buat nikah..
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
siapa kira² yg telpon?? apakah narendra??
goodnovel comment avatar
Adfazha
Nada mulai berulah mgkn dy udh firasat klo Gala mulai ada rasa sm Kiara mky dy pgn diakui klrga Gala sbg mantu tercinta pilihan Hati Gala...
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Aku di Antara Kalian    6. Butuh Pengakuan

    AKU DI ANTARA KALIAN- Butuh Pengakuan "Halo.""Kiara, aku Nada." Kiara kaget mendengar suara itu, dadanya berdebar. Di layar tidak ada foto profilnya. Mungkin karena nomer Nada tidak tersimpan, jadi tidak tampak di ponselnya Kiara. Untuk apa wanita itu meneleponnya? Bukankah beberapa menit yang lalu sudah menelepon Manggala."Oh iya, Mbak. Ada apa?""Aku ingin minta nomer teleponnya ayah dan ibunya Mas Gala."Kembali Kiara tercekat. Dia mana berani memberikan nomer telepon mertuanya pada Nada. Walaupun wanita itu juga istrinya Manggala. "Kenapa Mbak Nada nggak minta sama Mas Gala saja?""Nggak. Sama kamu saja. Kirim, ya. Kutunggu. Tapi jangan kasih tahu Mas Gala.""Maaf, Mbak. Saya nggak bisa. Mbak, minta saja sama Mas Gala. Maaf banget," tolak Kiara secara halus. Bukankah Nada bisa mengambil nomor itu diam-diam di ponselnya Manggala jika mereka bertemu. Nada berani membuka ponsel suaminya, sedangkan Kiara tidak pernah sekalipun.Terdengar Nada berdecak lirih. "Apa susahnya sih t

    Dernière mise à jour : 2025-05-06
  • Aku di Antara Kalian    7. Mari Kita Bicara

    AKU DI ANTARA KALIAN - Mari Kita Bicara"Kenapa diajak ke sini? Arsha kan masih sakit?" Pria menjulang di depan pintu akhirnya masuk ke dalam. Arsha berlari memeluk ayahnya. Bocah itu tersenyum menampakkan gigi kecilnya yang berjajar rapi. Manggala langsung mengangkat dan menggendongnya. Lengan kecil Arsha melingkar di leher. Manggala mencium kening Arsha dam merasakan kalau suhu tubuh anak itu sudah normal."Arsha sudah sembuh. Mas, kok tahu kami di sini?" "Aku tadi mau pulang, lewat depan sana dan melihat motormu di bawah pohon mangga. Ayo, kita pulang. Biar Arsha naik mobil bersamaku." Manggala berbalik hendak melangkah, tapi Kiara mencegahnya. "Mas, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan." Suara Kiara terdengar biasa, tapi ada ketegangan di sorot matanya.Langkah Manggala terhenti. Dia kembali memandang pada Kiara yang masih duduk di tikar. "Bicara apa?""Bagaimana kalau kita bicara di sini saja?"Setelah berpikir sejenak, Manggala mengangguk. Kemudian dia keluar untuk mengambil

    Dernière mise à jour : 2025-05-07
  • Aku di Antara Kalian    1. Aku Tidak Pulang

    AKU DI ANTARA KALIAN- Aku Tidak Pulang Author's POV "Aku nggak pulang malam ini?" ucap Manggala tanpa menoleh pada perempuan yang sedang sibuk mencuci botol susu di kitchen sink."Kiara ....""Iya. Aku sudah dengar," jawab Kiara seraya meniriskan botol di wadah dekat rak piring. Ia pun tanpa menoleh pada sang suami."Nanti kalau ibu datang bertanya, bilang aku ke Surabaya."Kiara mengangguk. Kemudian sibuk mengambil piring di rak lantas menatanya di atas meja makan. Sedangkan Manggala yang baru saja duduk, merogoh ponselnya di saku celana. Pria itu lantas bangkit menerima telepon di teras samping.Setiap menerima telepon dari wanita itu, Manggala selalu menjauh darinya. Entah demi menjaga perasaannya atau memang tidak ingin perbincangan dengan istrinya di sana, didengar Kiara.Istrinya? Ya. Manggala menikahi kekasih hatinya tiga bulan yang lalu. Kiara ini Perempuan yang ditinggalkan sang kakak dalam keadaan hamil dua bulan. Dan kedua orang tua Manggala memaksa sang putra untuk meni

    Dernière mise à jour : 2025-05-02
  • Aku di Antara Kalian    2. Minta Tanggungjawab

    AKU DI ANTARA KALIAN- Minta Tanggungjawab[Maaf, jangan diganggu. Mas Gala barusan tidur.]Balasan pesan yang diterima oleh Kiara saat teleponnya pada Manggala via messenger ditolak. Pasti Nada yang membalasnya. Dada Kiara berdesir. Rasa nyerinya hingga ke ulu hati. Ditariknya napas panjang, lalu meletakkan ponselnya di atas meja.Seharian menimbang-nimbang sampai malam. Kalau tidak menghubungi Manggala, dia ikut khawatir kalau kerjasama itu akan gagal. Kiara juga sudah berjanji pada ibu mertuanya untuk menghubungi sang suami. Akhirnya memutuskan menelepon via media sosialnya. Tapi yang membalas ternyata Nada.Kiara berbaring di samping Arsha. Membelai pipi lembut anaknya yang tidur pulas. Anak yang hampir digugurkan disaat dirinya tahu kalau tengah hamil. Kebingungan karena Narendra menghilang begitu saja. Setelah berjanji akan menikahi dan bersumpah tidak akan meninggalkannya.Dua tahun yang lalu ....Langit sore menggelap perlahan saat Kiara duduk di bangku panjang rumah sakit, me

    Dernière mise à jour : 2025-05-02
  • Aku di Antara Kalian    3. Perhatian

    AKU DI ANTARA KALIAN- Perhatian "Aku akan menikahi Nada," ucap Manggala suatu malam, suaranya datar tapi serasa menggelegar di pendengaran Kiara.Wanita itu membeku. Sejenak napasnya tercekat. Matanya menatap ke arah sang suami, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Dipikir setelah Manggala tidak membahas nama gadis itu lagi, semua sudah selesai. Ternyata diam-diam mereka masih tetap menjalin hubungan. "Nada masih menungguku. Dia rela aku mempertanggungjawabkan kesalahan kakakku, tapi dia juga tidak meninggalkanku. Kami sudah merencanakan pernikahan waktu itu."Seolah Kiara merasakan seluruh isi ruangan runtuh menimpanya. Ucapan Manggala terasa seperti pukulan telak. Ia menarik napas dalam. Sadar, Kiara. Kamu ini bukan siapa-siapa. Masih untung Manggala mau bertanggungjawab atas apa yang tidak dilakukannya. "Kapan?" pertanyaannya nyaris tak terdengar."Bulan depan. Aku bicara baik-baik denganmu. Aku tidak ingin diam-diam melakukannya, Kiara.""Jadi aku harus menandatangani

    Dernière mise à jour : 2025-05-02
  • Aku di Antara Kalian    4. Di mana dia?

    AKU DI ANTARA KALIAN- Di mana dia?"Cari dia sampai ketemu. Harus ketemu!" teriak Pak Gatot pada seseorang di seberang sana. Suaranya begitu gusar.Kiara tercekat. Kembali teringat sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Pria yang melemparnya pada jurang penyesalan dan penderitaan. Tapi Narendra juga lelaki yang pernah berjasa dalam hidupnya.Tergesa Kiara menuju pintu samping, tidak ingin ketahuan telah mendengar percakapan ayah mertuanya. Mereka sudah begitu baik, sudi menerima dan mempercayai pengakuannya. Juga bertanggungjawab.Ia duduk di kursi dekat pintu samping. Saat memandang ke dalam, tatapannya jatuh pada foto ukuran sangat besar yang tergantung di dinding ruang keluarga. Foto keluarga suaminya. Narendra yang berdiri bersama Manggala di belakang kedua orang tuanya, tampak gagah dan tampan dengan setelan jas hitam.Buru-buru Kiara mengalihkan perhatian. Nyeri kembali mengiris hati.[Kia, kamu baik-baik saja, kan?] Ini pesan terakhir yang dikirim Narendra padanya setelah ma

    Dernière mise à jour : 2025-05-02

Latest chapter

  • Aku di Antara Kalian    7. Mari Kita Bicara

    AKU DI ANTARA KALIAN - Mari Kita Bicara"Kenapa diajak ke sini? Arsha kan masih sakit?" Pria menjulang di depan pintu akhirnya masuk ke dalam. Arsha berlari memeluk ayahnya. Bocah itu tersenyum menampakkan gigi kecilnya yang berjajar rapi. Manggala langsung mengangkat dan menggendongnya. Lengan kecil Arsha melingkar di leher. Manggala mencium kening Arsha dam merasakan kalau suhu tubuh anak itu sudah normal."Arsha sudah sembuh. Mas, kok tahu kami di sini?" "Aku tadi mau pulang, lewat depan sana dan melihat motormu di bawah pohon mangga. Ayo, kita pulang. Biar Arsha naik mobil bersamaku." Manggala berbalik hendak melangkah, tapi Kiara mencegahnya. "Mas, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan." Suara Kiara terdengar biasa, tapi ada ketegangan di sorot matanya.Langkah Manggala terhenti. Dia kembali memandang pada Kiara yang masih duduk di tikar. "Bicara apa?""Bagaimana kalau kita bicara di sini saja?"Setelah berpikir sejenak, Manggala mengangguk. Kemudian dia keluar untuk mengambil

  • Aku di Antara Kalian    6. Butuh Pengakuan

    AKU DI ANTARA KALIAN- Butuh Pengakuan "Halo.""Kiara, aku Nada." Kiara kaget mendengar suara itu, dadanya berdebar. Di layar tidak ada foto profilnya. Mungkin karena nomer Nada tidak tersimpan, jadi tidak tampak di ponselnya Kiara. Untuk apa wanita itu meneleponnya? Bukankah beberapa menit yang lalu sudah menelepon Manggala."Oh iya, Mbak. Ada apa?""Aku ingin minta nomer teleponnya ayah dan ibunya Mas Gala."Kembali Kiara tercekat. Dia mana berani memberikan nomer telepon mertuanya pada Nada. Walaupun wanita itu juga istrinya Manggala. "Kenapa Mbak Nada nggak minta sama Mas Gala saja?""Nggak. Sama kamu saja. Kirim, ya. Kutunggu. Tapi jangan kasih tahu Mas Gala.""Maaf, Mbak. Saya nggak bisa. Mbak, minta saja sama Mas Gala. Maaf banget," tolak Kiara secara halus. Bukankah Nada bisa mengambil nomor itu diam-diam di ponselnya Manggala jika mereka bertemu. Nada berani membuka ponsel suaminya, sedangkan Kiara tidak pernah sekalipun.Terdengar Nada berdecak lirih. "Apa susahnya sih t

  • Aku di Antara Kalian    5. Mengajak Bersama

    AKU DI ANTARA KALIAN- Mengajak BersamaSesakit apapun, ia harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Toh mereka sudah menjalani hal itu setahun lebih.Baru saja Kiara masuk kamar, Arsha menangis kencang. Manggala menghampiri baby crip lantas meraih bocah itu. Dia kaget dengan suhu tubuh bayi lelakinya. "Badannya panas."Wajah Kiara berubah panik. Ia menyentuh kening putranya dan mengambil bocah itu dari gendongan ayahnya. Benar, Arsha demam."Biar aku yang bikinkan susu." Manggala ke arah meja di pojok ruangan. Di mana Kiara selalu menyediakan perlengkapan membuat susu untuk malam hari di sana. ASI-nya tidak keluar pasca melahirkan. Mungkin karena stres dengan keadaan, makanya ASI tidak lancar."Panasnya 38°." Kiara khawatir setelah membaca hasil dari termogun. Cukup tinggi panas tubuh Arsha. Padahal sore tadi anaknya baik-baik saja."Kita bawa ke dokter," ujar Manggala seraya memberikan susu pada istrinya. Arsha berhenti menangis mendapatkan susu."Besok saja kalau panasn

  • Aku di Antara Kalian    4. Di mana dia?

    AKU DI ANTARA KALIAN- Di mana dia?"Cari dia sampai ketemu. Harus ketemu!" teriak Pak Gatot pada seseorang di seberang sana. Suaranya begitu gusar.Kiara tercekat. Kembali teringat sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Pria yang melemparnya pada jurang penyesalan dan penderitaan. Tapi Narendra juga lelaki yang pernah berjasa dalam hidupnya.Tergesa Kiara menuju pintu samping, tidak ingin ketahuan telah mendengar percakapan ayah mertuanya. Mereka sudah begitu baik, sudi menerima dan mempercayai pengakuannya. Juga bertanggungjawab.Ia duduk di kursi dekat pintu samping. Saat memandang ke dalam, tatapannya jatuh pada foto ukuran sangat besar yang tergantung di dinding ruang keluarga. Foto keluarga suaminya. Narendra yang berdiri bersama Manggala di belakang kedua orang tuanya, tampak gagah dan tampan dengan setelan jas hitam.Buru-buru Kiara mengalihkan perhatian. Nyeri kembali mengiris hati.[Kia, kamu baik-baik saja, kan?] Ini pesan terakhir yang dikirim Narendra padanya setelah ma

  • Aku di Antara Kalian    3. Perhatian

    AKU DI ANTARA KALIAN- Perhatian "Aku akan menikahi Nada," ucap Manggala suatu malam, suaranya datar tapi serasa menggelegar di pendengaran Kiara.Wanita itu membeku. Sejenak napasnya tercekat. Matanya menatap ke arah sang suami, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Dipikir setelah Manggala tidak membahas nama gadis itu lagi, semua sudah selesai. Ternyata diam-diam mereka masih tetap menjalin hubungan. "Nada masih menungguku. Dia rela aku mempertanggungjawabkan kesalahan kakakku, tapi dia juga tidak meninggalkanku. Kami sudah merencanakan pernikahan waktu itu."Seolah Kiara merasakan seluruh isi ruangan runtuh menimpanya. Ucapan Manggala terasa seperti pukulan telak. Ia menarik napas dalam. Sadar, Kiara. Kamu ini bukan siapa-siapa. Masih untung Manggala mau bertanggungjawab atas apa yang tidak dilakukannya. "Kapan?" pertanyaannya nyaris tak terdengar."Bulan depan. Aku bicara baik-baik denganmu. Aku tidak ingin diam-diam melakukannya, Kiara.""Jadi aku harus menandatangani

  • Aku di Antara Kalian    2. Minta Tanggungjawab

    AKU DI ANTARA KALIAN- Minta Tanggungjawab[Maaf, jangan diganggu. Mas Gala barusan tidur.]Balasan pesan yang diterima oleh Kiara saat teleponnya pada Manggala via messenger ditolak. Pasti Nada yang membalasnya. Dada Kiara berdesir. Rasa nyerinya hingga ke ulu hati. Ditariknya napas panjang, lalu meletakkan ponselnya di atas meja.Seharian menimbang-nimbang sampai malam. Kalau tidak menghubungi Manggala, dia ikut khawatir kalau kerjasama itu akan gagal. Kiara juga sudah berjanji pada ibu mertuanya untuk menghubungi sang suami. Akhirnya memutuskan menelepon via media sosialnya. Tapi yang membalas ternyata Nada.Kiara berbaring di samping Arsha. Membelai pipi lembut anaknya yang tidur pulas. Anak yang hampir digugurkan disaat dirinya tahu kalau tengah hamil. Kebingungan karena Narendra menghilang begitu saja. Setelah berjanji akan menikahi dan bersumpah tidak akan meninggalkannya.Dua tahun yang lalu ....Langit sore menggelap perlahan saat Kiara duduk di bangku panjang rumah sakit, me

  • Aku di Antara Kalian    1. Aku Tidak Pulang

    AKU DI ANTARA KALIAN- Aku Tidak Pulang Author's POV "Aku nggak pulang malam ini?" ucap Manggala tanpa menoleh pada perempuan yang sedang sibuk mencuci botol susu di kitchen sink."Kiara ....""Iya. Aku sudah dengar," jawab Kiara seraya meniriskan botol di wadah dekat rak piring. Ia pun tanpa menoleh pada sang suami."Nanti kalau ibu datang bertanya, bilang aku ke Surabaya."Kiara mengangguk. Kemudian sibuk mengambil piring di rak lantas menatanya di atas meja makan. Sedangkan Manggala yang baru saja duduk, merogoh ponselnya di saku celana. Pria itu lantas bangkit menerima telepon di teras samping.Setiap menerima telepon dari wanita itu, Manggala selalu menjauh darinya. Entah demi menjaga perasaannya atau memang tidak ingin perbincangan dengan istrinya di sana, didengar Kiara.Istrinya? Ya. Manggala menikahi kekasih hatinya tiga bulan yang lalu. Kiara ini Perempuan yang ditinggalkan sang kakak dalam keadaan hamil dua bulan. Dan kedua orang tua Manggala memaksa sang putra untuk meni

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status