Share

4. Di mana dia?

last update Last Updated: 2025-05-02 20:13:53

AKU DI ANTARA KALIAN

- Di mana dia?

"Cari dia sampai ketemu. Harus ketemu!" teriak Pak Gatot pada seseorang di seberang sana. Suaranya begitu gusar.

Kiara tercekat. Kembali teringat sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Pria yang melemparnya pada jurang penyesalan dan penderitaan. Tapi Narendra juga lelaki yang pernah berjasa dalam hidupnya.

Tergesa Kiara menuju pintu samping, tidak ingin ketahuan telah mendengar percakapan ayah mertuanya. Mereka sudah begitu baik, sudi menerima dan mempercayai pengakuannya. Juga bertanggungjawab.

Ia duduk di kursi dekat pintu samping. Saat memandang ke dalam, tatapannya jatuh pada foto ukuran sangat besar yang tergantung di dinding ruang keluarga. Foto keluarga suaminya. Narendra yang berdiri bersama Manggala di belakang kedua orang tuanya, tampak gagah dan tampan dengan setelan jas hitam.

Buru-buru Kiara mengalihkan perhatian. Nyeri kembali mengiris hati.

[Kia, kamu baik-baik saja, kan?] Ini pesan terakhir yang dikirim Narendra padanya setelah malam 'kejadian'.

Kiara yang saat itu bekerja paruh waktu di sebuah toko baju, baru membaca pesan sang kekasih menjelang tengah hari. Namun saat membalas, pesannya tidak terkirim dan Narendra seperti hilang ditelan bumi.

Gadis itu kebingungan. Berapa kali mendatangi apartemen Narendra di mana pria itu selalu menginap di sana kalau lagi ada di Malang. Tapi sejak hari itu tidak pernah bertemu dengannya lagi. Bahkan keluarganya juga sibuk mencari.

Selama sebulan, Kiara seperti orang sinting setelah tahu kalau dirinya tengah hamil dan Narendra menghilang.

Ia ingat kenangan itu ....

"Berhenti kerja saja, Kia. Kamu sudah wisuda. Kita pulang, aku akan membawamu ke orang tuaku. Kita nikah secepatnya."

"Aku ingin bekerja, Mas. Biar kuliahku nggak sia-sia. Aku telah berusaha keras untuk bisa lulus. Dan terima kasih banyak, Mas Rendra sudah membantu hingga kuliahku selesai."

"Kamu bisa kerja di kantor ayahku. Jadi kita tidak berjauhan, lalu kita menikah."

"Apa mereka bisa menerimaku? Aku nggak punya siapa-siapa. Aku ...."

"Aku yang akan membuat mereka menerimamu."

Dada Kiara terasa sesak mengingat percakapan itu. Ke mana sebenarnya Narendra pergi. Kenapa menghilang begitu saja. Bahkan sampai sekarang tidak diketahui keberadaanya.

Tidak mungkin Narendra kabur dengan gadis itu. Narendra hanya menganggap teman setelah putus. Mereka sudah berpisah lama sebelum Narendra menjalin hubungan dengan Kiara. Apa mungkin ia dikhianati? Setelah mendapatkan kesuciannya, laki-laki itu kabur dengan sang mantan?

Tapi untuk apa kabur sampai meninggalkan semuanya? Untuk apa takut pada Kiara. Toh, Kiara sudah banyak dibantunya dan gadis itu tidak punya power apapun.

"Arsha." Bu Puri muncul dari pintu membuyarkan lamunan Kiara. Dia tersenyum semringah melihat cucunya datang. "Tidurin di kamar, Ki."

"Iya, Bu."

Bu Puri membuka salah satu pintu kamar di lantai bawah. Kemudian menyuruh Kiara membaringkan Arsha di tempat tidur. Ketika Kiara membuka gendongan, Pak Gatot muncul di pintu kamar. "Mana, Arsha."

"Tidur, Yah." Bu Puri yang menjawab. Namun Arsha membuka mata karena mendengar suara mereka. Pak Gatot segera mengambil anak itu dari Kiara dan menggendongnya keluar. Arsha bayi tampan yang sedang lucu-lucunya.

Mereka berkumpul duduk di ruang keluarga.

"Kemarin kamu nggak ngehubungi Gala, ya? Ibu menyuruhmu menelepon. Pak Syarifuddin kecewa sudah datang jauh-jauh nggak ketemu Gala." Bu Puri memandang Kiara dengan tatap kecewa.

"Kiara meneleponku, Bu. Hanya saja aku masih sibuk." Manggala menyahut sebelum istrinya menjawab.

"Sibuk apa? Kamu punya bisnis apalagi di Surabaya?" Bu Puri menatap tajam pada putranya.

"Apa kurang sibuk kamu di sini? Pekerjaan nggak ada habisnya, kamu malah sibuk dengan sesuatu yang belum pasti. Tanpa ngajak ayah dan ibu ngobrol dulu. Kamu yang kami andalkan sekarang." Bu Puri tambah mengomel tanpa mendengar dulu jawaban Manggala.

"Kamu merintis usaha apa?" Ganti sang ayah yang bertanya penuh selidik.

Manggala bersipandang dengan Kiara.

"Ada yang kamu rahasiakan?" lanjut Pak Gatot.

"Bisnis sama teman," jawab Manggala singkat.

"Bisnis apa?"

"Ada deh, Pa."

Kiara menghela nafas. Rahasia ini tidak akan selamanya tertutupi. Pasti akan terbongkar suatu hari nanti. Apa selamanya Nada akan diam? Tidak menuntut untuk dikenalkan pada keluarga Manggala, sedangkan dia juga istri pria itu. Yang dicintai Manggala tentunya. Mungkin Nada hanya menunggu waktu saja. Terlebih jika dirinya hamil. Pasti butuh pengakuan bukan?

Lalu, ketika semua itu terjadi. Bagaimana dengan dirinya dan Arsha?

Ketika mereka berbincang tentang bisnis, Kiara membawa anaknya ke samping rumah. Membiarkan Arsha bermain di sana. Sementara dirinya menunggui sambil sibuk dengan isi kepala.

Dirinya harus bersiap, kalau pernikahan kedua suaminya terkuak. Bisa jadi keluarga Manggala akan menerimanya, mengingat Manggala sudah berkorban menyelamatkan reputasi mereka.

Dirinya harus punya rencana ke depan. Dia bisa saja bekerja, tapi bagaimana dengan anaknya? Siapa yang akan menjaga. Kiara mengingat teman-teman dekatnya saat kuliah. Ada beberapa orang yang sangat rapat dengannya saat itu. Apa nomer mereka masih sama?

Semenjak Kiara ganti nomer, tak pernah lagi berhubungan dengan mereka.

"Kiara, kita pulang!" ajak Manggala yang muncul di pintu lalu menghampiri dan menggendong Arsha.

Kiara berdiri lalu pamitan pada kedua mertuanya.

Sambil nyetir, Manggala memangku Arsha. Anak itu tak henti tersenyum karena bahagia. Melihatnya, Kiara merasa sedih. Kebahagiaan itu rasanya tidak akan lama. Dia mungkin sudah siap kehilangan, tapi bagaimana dengan anaknya?

Manggala lelaki yang baik. Dia tidak pernah mengamuk. Hanya di awal pernikahan saja, disaat Manggala masih sangat marah dan kecewa karena harus bertanggungjawab menikahinya. Lelaki itu pernah bicara kasar dan mengatai dirinya gadis bodoh.

"Kamu jadi perempuan kenapa bodoh sekali. Sudah nggak punya siapa-siapa kenapa nggak bisa jaga diri. Berapa kali kamu tidur dengan kakakku?"

"Hanya sekali saja."

🖤LS🖤

Malam itu setelah Arsha tidur, Kiara membawa koper Manggala ke tempat cucian. Membukanya untuk membereskan baju kotor milik sang suami. Mendadak hatinya mencelos saat mengangkat baju seksi transparan warna merah merona yang nyelip di sana. Gaun yang sepertinya bekas dipakai. Kenapa tidak dibawa pulang oleh Nada, kenapa diletakkan di koper suaminya. Apa ini disengaja?

Tangan Kiara gemetar bersamaan dengan mata yang mulai berkabut. Begini rasanya dimadu. Makanya perempuan tak sanggup menjalaninya.

Kemudian ia tersenyum getir saat mengingat, kalau hubungannya dengan Manggala memang diawali oleh keterpaksaan. Wajar jika pria itu mencari kebahagiaannya. Tapi kenapa tidak berniat menceraikannya. Dia tetap menjadi suami yang bertanggungjawab memberikan nafkah lahir batin. Menyayangi Arsha juga.

Kiara hendak memasukkan baju itu ke mesin cuci. Namun tangan Manggala mencegahnya. "Jangan dicuci!"

Kiara kaget dan menoleh. Entah kenapa perasaannya tercubit. Begitu berharganya barang itu, seberharga pemiliknya bagi seorang Manggala.

"Kamu nggak harus mencucinya. Biar dicuci oleh pemiliknya sendiri." Manggala melempar gaun itu ke dalam koper yang terbuka di lantai. Waktu beres-beres, ia tidak merasa memasukkan baju milik Nada di koper dan ia tidak melihat Nada mengenakan gaun itu?

"Arsha sudah tidur?"

"Sudah."

"Kutunggu kamu di kamar." Selesai bicara, Manggala melangkah masuk ke kamar mereka.

Kiara masih mematung. Kalau dulu ia tergesa pergi saat Manggala memanggil. Tapi kali ini terasa berat.

Next ....

Selamat membaca 🫶🏻

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
keknya sengaja tuh Nada bikin mental Kiara down.. biar mundur gitu.. liciiiiiik..
goodnovel comment avatar
Yati Martarina
kok jantung ku naik turunnya cwpwt bgt..huhh sabar kiara indah pada waktunya..mbak lis semangat yaa..aku nunggu banyak bab nya tapi ga tahan..ya sudah laa lanjut baca trus.........
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
iya kan, nada itu prempuan licik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku di Antara Kalian    5. Mengajak Bersama

    AKU DI ANTARA KALIAN- Mengajak BersamaSesakit apapun, ia harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Toh mereka sudah menjalani hal itu setahun lebih.Baru saja Kiara masuk kamar, Arsha menangis kencang. Manggala menghampiri baby crip lantas meraih bocah itu. Dia kaget dengan suhu tubuh bayi lelakinya. "Badannya panas."Wajah Kiara berubah panik. Ia menyentuh kening putranya dan mengambil bocah itu dari gendongan ayahnya. Benar, Arsha demam."Biar aku yang bikinkan susu." Manggala ke arah meja di pojok ruangan. Di mana Kiara selalu menyediakan perlengkapan membuat susu untuk malam hari di sana. ASI-nya tidak keluar pasca melahirkan. Mungkin karena stres dengan keadaan, makanya ASI tidak lancar."Panasnya 38°." Kiara khawatir setelah membaca hasil dari termogun. Cukup tinggi panas tubuh Arsha. Padahal sore tadi anaknya baik-baik saja."Kita bawa ke dokter," ujar Manggala seraya memberikan susu pada istrinya. Arsha berhenti menangis mendapatkan susu."Besok saja kalau panasn

    Last Updated : 2025-05-02
  • Aku di Antara Kalian    6. Butuh Pengakuan

    AKU DI ANTARA KALIAN- Butuh Pengakuan "Halo.""Kiara, aku Nada." Kiara kaget mendengar suara itu, dadanya berdebar. Di layar tidak ada foto profilnya. Mungkin karena nomer Nada tidak tersimpan, jadi tidak tampak di ponselnya Kiara. Untuk apa wanita itu meneleponnya? Bukankah beberapa menit yang lalu sudah menelepon Manggala."Oh iya, Mbak. Ada apa?""Aku ingin minta nomer teleponnya ayah dan ibunya Mas Gala."Kembali Kiara tercekat. Dia mana berani memberikan nomer telepon mertuanya pada Nada. Walaupun wanita itu juga istrinya Manggala. "Kenapa Mbak Nada nggak minta sama Mas Gala saja?""Nggak. Sama kamu saja. Kirim, ya. Kutunggu. Tapi jangan kasih tahu Mas Gala.""Maaf, Mbak. Saya nggak bisa. Mbak, minta saja sama Mas Gala. Maaf banget," tolak Kiara secara halus. Bukankah Nada bisa mengambil nomor itu diam-diam di ponselnya Manggala jika mereka bertemu. Nada berani membuka ponsel suaminya, sedangkan Kiara tidak pernah sekalipun.Terdengar Nada berdecak lirih. "Apa susahnya sih t

    Last Updated : 2025-05-06
  • Aku di Antara Kalian    7. Mari Kita Bicara

    AKU DI ANTARA KALIAN - Mari Kita Bicara"Kenapa diajak ke sini? Arsha kan masih sakit?" Pria menjulang di depan pintu akhirnya masuk ke dalam. Arsha berlari memeluk ayahnya. Bocah itu tersenyum menampakkan gigi kecilnya yang berjajar rapi. Manggala langsung mengangkat dan menggendongnya. Lengan kecil Arsha melingkar di leher. Manggala mencium kening Arsha dam merasakan kalau suhu tubuh anak itu sudah normal."Arsha sudah sembuh. Mas, kok tahu kami di sini?" "Aku tadi mau pulang, lewat depan sana dan melihat motormu di bawah pohon mangga. Ayo, kita pulang. Biar Arsha naik mobil bersamaku." Manggala berbalik hendak melangkah, tapi Kiara mencegahnya. "Mas, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan." Suara Kiara terdengar biasa, tapi ada ketegangan di sorot matanya.Langkah Manggala terhenti. Dia kembali memandang pada Kiara yang masih duduk di tikar. "Bicara apa?""Bagaimana kalau kita bicara di sini saja?"Setelah berpikir sejenak, Manggala mengangguk. Kemudian dia keluar untuk mengambil

    Last Updated : 2025-05-07
  • Aku di Antara Kalian    1. Aku Tidak Pulang

    AKU DI ANTARA KALIAN- Aku Tidak Pulang Author's POV "Aku nggak pulang malam ini?" ucap Manggala tanpa menoleh pada perempuan yang sedang sibuk mencuci botol susu di kitchen sink."Kiara ....""Iya. Aku sudah dengar," jawab Kiara seraya meniriskan botol di wadah dekat rak piring. Ia pun tanpa menoleh pada sang suami."Nanti kalau ibu datang bertanya, bilang aku ke Surabaya."Kiara mengangguk. Kemudian sibuk mengambil piring di rak lantas menatanya di atas meja makan. Sedangkan Manggala yang baru saja duduk, merogoh ponselnya di saku celana. Pria itu lantas bangkit menerima telepon di teras samping.Setiap menerima telepon dari wanita itu, Manggala selalu menjauh darinya. Entah demi menjaga perasaannya atau memang tidak ingin perbincangan dengan istrinya di sana, didengar Kiara.Istrinya? Ya. Manggala menikahi kekasih hatinya tiga bulan yang lalu. Kiara ini Perempuan yang ditinggalkan sang kakak dalam keadaan hamil dua bulan. Dan kedua orang tua Manggala memaksa sang putra untuk meni

    Last Updated : 2025-05-02
  • Aku di Antara Kalian    2. Minta Tanggungjawab

    AKU DI ANTARA KALIAN- Minta Tanggungjawab[Maaf, jangan diganggu. Mas Gala barusan tidur.]Balasan pesan yang diterima oleh Kiara saat teleponnya pada Manggala via messenger ditolak. Pasti Nada yang membalasnya. Dada Kiara berdesir. Rasa nyerinya hingga ke ulu hati. Ditariknya napas panjang, lalu meletakkan ponselnya di atas meja.Seharian menimbang-nimbang sampai malam. Kalau tidak menghubungi Manggala, dia ikut khawatir kalau kerjasama itu akan gagal. Kiara juga sudah berjanji pada ibu mertuanya untuk menghubungi sang suami. Akhirnya memutuskan menelepon via media sosialnya. Tapi yang membalas ternyata Nada.Kiara berbaring di samping Arsha. Membelai pipi lembut anaknya yang tidur pulas. Anak yang hampir digugurkan disaat dirinya tahu kalau tengah hamil. Kebingungan karena Narendra menghilang begitu saja. Setelah berjanji akan menikahi dan bersumpah tidak akan meninggalkannya.Dua tahun yang lalu ....Langit sore menggelap perlahan saat Kiara duduk di bangku panjang rumah sakit, me

    Last Updated : 2025-05-02
  • Aku di Antara Kalian    3. Perhatian

    AKU DI ANTARA KALIAN- Perhatian "Aku akan menikahi Nada," ucap Manggala suatu malam, suaranya datar tapi serasa menggelegar di pendengaran Kiara.Wanita itu membeku. Sejenak napasnya tercekat. Matanya menatap ke arah sang suami, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Dipikir setelah Manggala tidak membahas nama gadis itu lagi, semua sudah selesai. Ternyata diam-diam mereka masih tetap menjalin hubungan. "Nada masih menungguku. Dia rela aku mempertanggungjawabkan kesalahan kakakku, tapi dia juga tidak meninggalkanku. Kami sudah merencanakan pernikahan waktu itu."Seolah Kiara merasakan seluruh isi ruangan runtuh menimpanya. Ucapan Manggala terasa seperti pukulan telak. Ia menarik napas dalam. Sadar, Kiara. Kamu ini bukan siapa-siapa. Masih untung Manggala mau bertanggungjawab atas apa yang tidak dilakukannya. "Kapan?" pertanyaannya nyaris tak terdengar."Bulan depan. Aku bicara baik-baik denganmu. Aku tidak ingin diam-diam melakukannya, Kiara.""Jadi aku harus menandatangani

    Last Updated : 2025-05-02

Latest chapter

  • Aku di Antara Kalian    7. Mari Kita Bicara

    AKU DI ANTARA KALIAN - Mari Kita Bicara"Kenapa diajak ke sini? Arsha kan masih sakit?" Pria menjulang di depan pintu akhirnya masuk ke dalam. Arsha berlari memeluk ayahnya. Bocah itu tersenyum menampakkan gigi kecilnya yang berjajar rapi. Manggala langsung mengangkat dan menggendongnya. Lengan kecil Arsha melingkar di leher. Manggala mencium kening Arsha dam merasakan kalau suhu tubuh anak itu sudah normal."Arsha sudah sembuh. Mas, kok tahu kami di sini?" "Aku tadi mau pulang, lewat depan sana dan melihat motormu di bawah pohon mangga. Ayo, kita pulang. Biar Arsha naik mobil bersamaku." Manggala berbalik hendak melangkah, tapi Kiara mencegahnya. "Mas, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan." Suara Kiara terdengar biasa, tapi ada ketegangan di sorot matanya.Langkah Manggala terhenti. Dia kembali memandang pada Kiara yang masih duduk di tikar. "Bicara apa?""Bagaimana kalau kita bicara di sini saja?"Setelah berpikir sejenak, Manggala mengangguk. Kemudian dia keluar untuk mengambil

  • Aku di Antara Kalian    6. Butuh Pengakuan

    AKU DI ANTARA KALIAN- Butuh Pengakuan "Halo.""Kiara, aku Nada." Kiara kaget mendengar suara itu, dadanya berdebar. Di layar tidak ada foto profilnya. Mungkin karena nomer Nada tidak tersimpan, jadi tidak tampak di ponselnya Kiara. Untuk apa wanita itu meneleponnya? Bukankah beberapa menit yang lalu sudah menelepon Manggala."Oh iya, Mbak. Ada apa?""Aku ingin minta nomer teleponnya ayah dan ibunya Mas Gala."Kembali Kiara tercekat. Dia mana berani memberikan nomer telepon mertuanya pada Nada. Walaupun wanita itu juga istrinya Manggala. "Kenapa Mbak Nada nggak minta sama Mas Gala saja?""Nggak. Sama kamu saja. Kirim, ya. Kutunggu. Tapi jangan kasih tahu Mas Gala.""Maaf, Mbak. Saya nggak bisa. Mbak, minta saja sama Mas Gala. Maaf banget," tolak Kiara secara halus. Bukankah Nada bisa mengambil nomor itu diam-diam di ponselnya Manggala jika mereka bertemu. Nada berani membuka ponsel suaminya, sedangkan Kiara tidak pernah sekalipun.Terdengar Nada berdecak lirih. "Apa susahnya sih t

  • Aku di Antara Kalian    5. Mengajak Bersama

    AKU DI ANTARA KALIAN- Mengajak BersamaSesakit apapun, ia harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Toh mereka sudah menjalani hal itu setahun lebih.Baru saja Kiara masuk kamar, Arsha menangis kencang. Manggala menghampiri baby crip lantas meraih bocah itu. Dia kaget dengan suhu tubuh bayi lelakinya. "Badannya panas."Wajah Kiara berubah panik. Ia menyentuh kening putranya dan mengambil bocah itu dari gendongan ayahnya. Benar, Arsha demam."Biar aku yang bikinkan susu." Manggala ke arah meja di pojok ruangan. Di mana Kiara selalu menyediakan perlengkapan membuat susu untuk malam hari di sana. ASI-nya tidak keluar pasca melahirkan. Mungkin karena stres dengan keadaan, makanya ASI tidak lancar."Panasnya 38°." Kiara khawatir setelah membaca hasil dari termogun. Cukup tinggi panas tubuh Arsha. Padahal sore tadi anaknya baik-baik saja."Kita bawa ke dokter," ujar Manggala seraya memberikan susu pada istrinya. Arsha berhenti menangis mendapatkan susu."Besok saja kalau panasn

  • Aku di Antara Kalian    4. Di mana dia?

    AKU DI ANTARA KALIAN- Di mana dia?"Cari dia sampai ketemu. Harus ketemu!" teriak Pak Gatot pada seseorang di seberang sana. Suaranya begitu gusar.Kiara tercekat. Kembali teringat sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Pria yang melemparnya pada jurang penyesalan dan penderitaan. Tapi Narendra juga lelaki yang pernah berjasa dalam hidupnya.Tergesa Kiara menuju pintu samping, tidak ingin ketahuan telah mendengar percakapan ayah mertuanya. Mereka sudah begitu baik, sudi menerima dan mempercayai pengakuannya. Juga bertanggungjawab.Ia duduk di kursi dekat pintu samping. Saat memandang ke dalam, tatapannya jatuh pada foto ukuran sangat besar yang tergantung di dinding ruang keluarga. Foto keluarga suaminya. Narendra yang berdiri bersama Manggala di belakang kedua orang tuanya, tampak gagah dan tampan dengan setelan jas hitam.Buru-buru Kiara mengalihkan perhatian. Nyeri kembali mengiris hati.[Kia, kamu baik-baik saja, kan?] Ini pesan terakhir yang dikirim Narendra padanya setelah ma

  • Aku di Antara Kalian    3. Perhatian

    AKU DI ANTARA KALIAN- Perhatian "Aku akan menikahi Nada," ucap Manggala suatu malam, suaranya datar tapi serasa menggelegar di pendengaran Kiara.Wanita itu membeku. Sejenak napasnya tercekat. Matanya menatap ke arah sang suami, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Dipikir setelah Manggala tidak membahas nama gadis itu lagi, semua sudah selesai. Ternyata diam-diam mereka masih tetap menjalin hubungan. "Nada masih menungguku. Dia rela aku mempertanggungjawabkan kesalahan kakakku, tapi dia juga tidak meninggalkanku. Kami sudah merencanakan pernikahan waktu itu."Seolah Kiara merasakan seluruh isi ruangan runtuh menimpanya. Ucapan Manggala terasa seperti pukulan telak. Ia menarik napas dalam. Sadar, Kiara. Kamu ini bukan siapa-siapa. Masih untung Manggala mau bertanggungjawab atas apa yang tidak dilakukannya. "Kapan?" pertanyaannya nyaris tak terdengar."Bulan depan. Aku bicara baik-baik denganmu. Aku tidak ingin diam-diam melakukannya, Kiara.""Jadi aku harus menandatangani

  • Aku di Antara Kalian    2. Minta Tanggungjawab

    AKU DI ANTARA KALIAN- Minta Tanggungjawab[Maaf, jangan diganggu. Mas Gala barusan tidur.]Balasan pesan yang diterima oleh Kiara saat teleponnya pada Manggala via messenger ditolak. Pasti Nada yang membalasnya. Dada Kiara berdesir. Rasa nyerinya hingga ke ulu hati. Ditariknya napas panjang, lalu meletakkan ponselnya di atas meja.Seharian menimbang-nimbang sampai malam. Kalau tidak menghubungi Manggala, dia ikut khawatir kalau kerjasama itu akan gagal. Kiara juga sudah berjanji pada ibu mertuanya untuk menghubungi sang suami. Akhirnya memutuskan menelepon via media sosialnya. Tapi yang membalas ternyata Nada.Kiara berbaring di samping Arsha. Membelai pipi lembut anaknya yang tidur pulas. Anak yang hampir digugurkan disaat dirinya tahu kalau tengah hamil. Kebingungan karena Narendra menghilang begitu saja. Setelah berjanji akan menikahi dan bersumpah tidak akan meninggalkannya.Dua tahun yang lalu ....Langit sore menggelap perlahan saat Kiara duduk di bangku panjang rumah sakit, me

  • Aku di Antara Kalian    1. Aku Tidak Pulang

    AKU DI ANTARA KALIAN- Aku Tidak Pulang Author's POV "Aku nggak pulang malam ini?" ucap Manggala tanpa menoleh pada perempuan yang sedang sibuk mencuci botol susu di kitchen sink."Kiara ....""Iya. Aku sudah dengar," jawab Kiara seraya meniriskan botol di wadah dekat rak piring. Ia pun tanpa menoleh pada sang suami."Nanti kalau ibu datang bertanya, bilang aku ke Surabaya."Kiara mengangguk. Kemudian sibuk mengambil piring di rak lantas menatanya di atas meja makan. Sedangkan Manggala yang baru saja duduk, merogoh ponselnya di saku celana. Pria itu lantas bangkit menerima telepon di teras samping.Setiap menerima telepon dari wanita itu, Manggala selalu menjauh darinya. Entah demi menjaga perasaannya atau memang tidak ingin perbincangan dengan istrinya di sana, didengar Kiara.Istrinya? Ya. Manggala menikahi kekasih hatinya tiga bulan yang lalu. Kiara ini Perempuan yang ditinggalkan sang kakak dalam keadaan hamil dua bulan. Dan kedua orang tua Manggala memaksa sang putra untuk meni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status