Share

Bab 22 Memergoki

last update Huling Na-update: 2025-07-29 11:47:58

“Apa-apaan, ini? Lepas!” sentak Asri.

“Em … maaf, Bu Asri. Ada yang ingin saya katakan pada Bu Asri. Lihat saya, Bu!”

Asri terdiam, lalu menatap Rendra, lelaki itu seketika tersenyum lebar.

“Bagus, Bu Asri. Sekarang saya minta semua uang yang Bu Asri miliki, berikan sama saya,” ujar Rendra.

Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Asri mengangguk seraya menuruti ucapan Rendra. Lantas ia mengambil semua uang cash di dalam laci mejanya.

Rendra segera menerima uang itu, lalu memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa.

“Pintar … nah, sekarang Bu Asri lepas perhiasan yang dipakai Bu Asri. Berikan pada saya,” pinta Rendra.

Lagi dan lagi Asri hanya mengangguk. Tanpa banyak bicara Asri pun melepaskan semua perhiasan yang melekat pada tubuhnya.

“Terima kasih, Bu Asri. Sekarang saya permisi mau pergi.”

Rendra pun membalikkan badan hendak keluar dari ruangan Asri. Namun, saat ia telah berada di ambang pintu, ia terdiam. Pintu yang telah dibuka pun ia tutup kembali.

Rendra kembali membalikan badan mengh
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 37 Tukar Peran

    “Aku mau istirahat di kamar kita!” jawab Dirga.Asri membalikkan tubuhnya menghadap Dirga seraya menyilangkan kedua tangannya.“Maaf, Mas. Kamu tidur saja di kamar bawah!” tolak Asri.Dirga menoleh ke kamar yang berada di lantai bawah. Lantas kembali menoleh ke arah Asri.“Di bawah hanya ada 2 kamar, apakah di lantai atas masih ada kamar kosong? Aku tidak mungkin tidur dengan mbak Debi atau ibu,” sahut Dirga.Asri pun merasa bingung, di lantai atas pun hanya ada 2 kamar, dan itu pun akan diisi oleh si kembar.Asri menghembuskan napas panjang. Mulutnya terbuka hendak menjawab, “Tapi–”Asri terdiam, ucapannya terhenti saat sebuah suara siulan terdengar masuk ke dalam rumahnya.Asri dan Dirga menoleh ke arah sumber suara. Di sana, Ferdi baru saja pulang dari tempat kerja dan masuk dengan suara siulan yang keluar dari bibirnya. Ia berjalan santai dengan gerakan kepala berputar ke sana kemari melihat keadaan rumah Asri.“Bagus juga rumah kamu, Asri. Pantas kamu tidak mau kembali ke rumah k

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 36 Terpaksa

    Asri melirik sekilas ke arah Rani. Sebenarnya ia tidak tega melihat anak itu harus luntang-lantung di jalan. Namun, sikap keluarganya membuat Asri merasa muak.“Maaf, Sayang. Tante harus melakukan ini, karena Tante juga ingin hidup Tante tenang,” batin Asri.Asri membuka pintu gerbang, lantas menaiki kembali mobilnya. Setelah mobil diparkir di garasi, Asri masuk ke dalam rumah.“Ya Tuhan … apakah aku salah melakukan ini kepada mereka? Tapi aku juga ingin hidup tenang tanpa harus mengalami kembali perlakuan buruk dari mereka,” gumam Asri.Asri berdiri bersandar pada daun pintu. Hatinya bergemuruh, bayangan masa lalu kembali menghantui. Namun, kini masa lalu itu telah kembali dan berusaha memasuki hidupnya.“Aku harus kuat, aku harus bisa. Aku memang masih cinta sama mas Dirga. Tapi sikapnya membuatku sakit. Dia seorang suami, tapi aku merasa tidak ada peran di dalam dirinya,” batin Asri.Asri pun masuk ke dalam kamar yang ada di lantai atas. Ia duduk di pinggiran ranjang, dan menghadap

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 35 Mengemis Belas Kasih

    “Izinkan kami tinggal bersama kamu!” jawab Dirga.Asri terbelalak, apakah ia tidak salah mendengar, Dirga dan keluarganya ingin tinggal di rumahnya?“Apa, Mas? Maksud kamu apa?” tanya Asri, ia tidak habis pikir.Dirga menghembuskan napas kasar, mendekati Asri lantas meraih tangannya.“Lepas, jangan pegang-pegang!” tolak Asri.Dirga melepaskan tangannya, berusaha menahan diri pada sikap Asri yang berubah keras.“Oke, aku minta maaf. Mungkin kamu masih marah sama aku dan keluargaku. Maksud ucapanku tadi, aku ingin hidup bersama kamu lagi. Memperbaiki semuanya, dan merajut hidup kita yang sempat terpecah belah,” jelas Dirga.Asri mengangkat sebelah alisnya, merasa muak dengan semua drama ini.“Maksud kamu, kalian mau numpang hidup di rumahku?” celetuk Asri.Debi mendengus kesal, rahangnya mengeras, ia hendak bergerak mendekati Asri. Namun, hal itu terbaca oleh bu Tami, lalu mencegahnya supaya Debi tidak melakukan hal yang dapat merugikan mereka.“Jadi … ceritanya kalian mau ganti posisi

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 34 Penuh Harap

    “Alhamdulillah … ternyata aku belum lupa cara mengendarai mobil. Beruntung dulu aku suka ikut paman narik sayuran ke pasar. Sekarang aku sudah tidak perlu lagi naik taksi kalau pergi ke mana-mana,” gumam Asri.Mobil yang baru ia beli, telah diantar ke rumahnya. Kini Asri sedang mencobanya, berjalan-jalan tak jauh di sekitaran kota.Sebelum pulang, sejenak Asri mampir ke toko, memantau pekerjaan yang sedang berlangsung. Hingga malam menjelang, barulah Asri memutuskan untuk pulang ke rumah.“Kok banyak orang,” gumam Asri, setelah ia berada di depan pintu gerbang rumahnya.Asri belum menyadari siapa mereka. Ia pun turun dari mobil, hendak mendekati mereka. Namun, setelah ia keluar, barulah ia bisa melihat dengan jelas, dan menyadari siapa mereka.Asri tertegun, ia membekap mulutnya, ternyata mereka tidak lain adalah Dirga dan keluarganya. Keluarga toxic yang selalu menggoreskan luka di hatinya. Asri juga melihat ada beberapa koper yang berdiri berjejer di depan pagar.“Mas Dirga,” gumam

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 33 Seperti Gelandangan

    “Memangnya kita mau ke mana, Dir?” tanya Debi.Dirga menghela napas panjang, ia pun duduk di atas trotoar, dengan diikuti oleh Debi dan ibunya.“Ke rumah Asri,” jawab Dirga.Spontan Bu Tami dan Debi terbelalak atas jawaban Dirga.“Ehem … Dir, kamu serius? Em … maksudku, hubungan kita sama Asri selama ini tidak baik, bahkan kita pernah mengusirnya. Apakah kamu yakin Asri akan menerima kita di rumahnya? Lagi pula, memangnya kamu tahu di mana rumahnya sekarang?” tanya Debi.Dirga mengangguk, ia pun ingat akan hal itu. Namun, jika tidak pulang ke rumah Asri, lantas mereka akan pulang ke mana lagi?“Mau tidak mau, kita harus menebalkan wajah kita. Aku tidak mau hidup di jalanan apalagi tidur di kolong jembatan. Aku tahu alamat rumah baru Asri. Aku sempat mengikutinya dari toko miliknya sampai di depan rumahnya.” Dirga tersenyum miris.“Rumahnya bahkan lebih bagus dari rumah kita. Bisnisnya semakin maju dan bersinar. Aku tidak tahu dari mana Asri bisa mendapatkan semua itu. Akan aku pastika

  • Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh   Bab 32 Angkat Kaki

    “Sekarang kalian angkat kaki dari rumah ini. Sesuai kesepakatan awal kita, jika kamu, Tami, tidak bisa membayar hutang kamu, maka rumah ini saya ambil alih!”Anak buah pak Suryoto tengah sibuk mengeluarkan barang-barang milik Dirga dan keluarganya.“Suryoto, aku mohon jangan lakukan ini. Kasih kami waktu, kami janji pasti akan segera melunasi hutang ini sama kamu. Anak aku sudah diterima bekerja, tapi kamu sabar dulu, ya!” mohon bu Tami.“Kamu lupa? Saya ini orangnya komitmen. Kamu jangan mengelak dari janji kamu, Tami. Rumah ini sudah menjadi milik saya. Sudah menjadi hak saya mengambil alih rumah ini. Ingat, uang yang saya berikan sama kamu itu tidak sedikit,” sahut pak Suryoto.Bu Tami memijat pelipisnya, tubuhnya sangat lemas. Tidak ada daya yang bisa membuatnya bangkit. Mengharapkan gaji Ferdi pun, rasanya tidak mungkin. Di samping gaji yang tidak banyak, tanggal gajian pun masih lama.“Tolong, Suryoto … kita ini teman lama. Kenapa kamu tidak ada simpati sedikit pun padaku, Sur.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status