Sebuah penyesalan terulang kembali dan kini lengkah kesedihanku, pentingnya menjadi acuh sekarang. Aku mencatat: Kehilangan satu orangtua dapat dianggap sebagai kemalangan; kehilangan kedua adalah orang kita cintai terlihat seperti kecerobohan. Dalam hal ini, aku pasti salah satu individu yang lebih ceroboh di sekitar.
Kegelapan menghinggapiku pada setahun lebih ketika pria yang selalu kulayani setiap dia datang telah hilang dan lenyap seperti ditelan bumi. Ayah apa lagi ... yang tak pernah kukenal, selepas permintaannya tak bisa kusanggupi. Masalah pernapasan anakku telah memburuk tetapi aku dan kesendirian yakin bahwa dia akan dirawat dan disembuhkan oleh Tuhan, disegarkan kembali, untuk kehidupan yang baru. Keyakinanku itu terguncang ketika kulihat kembali memori bersama otakku sedang mengembara semasa ibu masih ada.
“Ibu telah pergi dan berkunjung saat aku melahi
Hi everyone, if u like with my story... dont forget leave an honest review and share to ur friend. Thanks
Mendapat kabar, Leo belum pulang bersama pengasuh yang kusewa, dan aku tidak tahu di mana keberadaannya. Aku masuk ke mobil, dan mengambil jalan. Hanya mengikuti hati saya seolah-olah ada semacam naluri yang mengarahkan. Setelah setengah kilo jauhnya, aku menemukan mobil Deep diparkir di lahan liar.Dia pasti melihatku berhenti dan parkir di jalan karena dia dan Kribo tiba-tiba muncul di ambang pintu bersama teman sekolahnya yang lain.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Deep.Saya menangis. “Apa yang kalian lakukan di sini?” aku agak kesal, marah dan tidak ingin marah lagi. Ada konotasi yang marah di depan pintu dengan mereka menjadi heran, mereka menjadi marah dan aku menuntut beberapa jawaban. Akhirnya, mereka membiarkan aku masuk ke dalam dan memberikan kejutan yang tidak pernah aku duga: “Ini Leo … kita hanya meberimu kel
Banyak kehidupan memiliki rahasia; banyak kesalahan yang sudah lapuk akan waktu atau ketidakpercayaan diri, introvert dan tidak pernah dibicarakan lagi. Dalam masalahku, keluargaku memiliki rahasia yang hanya kuketahui melalui gosip kosong ketika berusia lima belas tahun. Aku menemukan sekolah menengah atas, bahwa semua hubungan keluarga yang pernah kualami adalah kebohongan besar. Dua orang yang kukenal sebagai ibu dan ayah, sama sekali bukan ibu dan ayah yang kudambakan—mereka adalah melawan takdir. Ibu kandung yang seharusnya menjaga rumah dan seisinya. Bertahun-tahun berutinitas, meninggalkanku dan memulai sebuah pekerjaan yang sama sekali dibutakan akan waktu. Ali itu menghancurkan impianku. Konon pria adalah ciptaan Tuhan yang istimewa karena melindungi kaum wanita, itu bohong, aku tidak ingin mengenal siapa dia Ali, dan ayah kandungku tidak terlihat di mana pun. Bajingan? Ya, menurutku. Singkatnya, itu adalah waktu yang menyebalkan. Frasa beber
Flashback ke-enam bulan yang lalu.Petualangan pikiranku: Dari perjalanan sehari ke Kuala Lumpur–Malaysia, sebagai kerinduan keluarga dari Indonesia, aku—yang berbasis di Jakarta-Indonesia, bersama ibu berkunjung tepat di penghujung tahun, untuk berlibur. Ayah memang bekerja di sana, kami berencana akan mengunjungi apartemen ayah sebelum melakukan destinasi ke penjuru Malaysia.Tetapi, apartemen berubah menjadi penjara, hatiku beku dan terpenjara seketika menyaksikan orang ketiga di antara ibu dan ayah.Ayah telah menghancurkan sebagian sebagai hadiah untukku, sebagian besar karena perselingkuhan sangat menghidupkan perjalanan bisnis-nya.Yang mengharuskan ayah jauh dari istri dan keluarganya. Tinggal bersama wanita lain di sebuah apartemen.Berakhir kami telah menjelajahi kota tanpa pria brengsek, fantasi dalam pusaran perbelanjaan dan malam yang kulihat ulah ibu menjadi tidak setabil, dalam permainan seks. Ini jauh dari pertama k
BACK TO NOWBanyak hal baru, terutama ibu dan masanya, dengan gugup di tepi ranjang, aku katakan bahwa aku benci enam bulan yang menyebalkan. Mereka, teman-teman belajar tetapi tidak jarang bersama keluarga. “Aku tidak butuh kasihmu, jangan sentuh pantatku. Nanti malam aku akan kembali ke Darmawangsa.”“Siva … apa yang harus Ibu lakukan untuk menebus semuanya?”“Tidak perlu melakukan apapun, aku hanya senang tidak menerima pengakuan bahwa aku anakmu.”“Cukup Siva! Ibu maaf soal waktu itu.”Aku bangkit dan penyumbat telinga dengan bantal, dan tangisnya menarikku hanyut dalam waktu lampau, aku tidak mau itu terjadi. “Jangan menangis!”Ibu cenderung duduk diam, menungguku akan mengatakan sesuatu. Mungkinkah beliau wanita dengan jenis yang secara alami ingin tahu, atau mungkin lebih rapuh? Yang benar adalah bahwa aku telah membuat mas
Bergantung pada lemari yang kupajang, sebuah koin milik pebasket yang terjatuh. Aku mungkin akan menambahkan lemari dengan barang lainnya. Dalam kasus ini, pakaian ekstrim sepertinya akan kubutuhkan saat berkencan dengannya. Dia perlu diikat ke bangku dan diikat dengan satu atau lebih tubuhnya, lalu kujilatin.“Oh no ... anak 15 tahun sudah seliaritu.”“Aku tidak meminta pendapatmu Kribo.”“Aku harus mengarahkanmu menjadi gadis kecil normal, biar terlihat santai dan seperti polosnya pada masamu.”“Aku sudah tua maksudmu?”“Oh, bukan aku yang ngomong loh.”“E-ra-la-, whatever ... aku akan berkencan, yes.”***Hanya ketika di bawah pohon, aku mempertimbangkan untuk menawarkan beberapa bentuk bantuan manisan. Aku akan menyodorkan minuman dingin untuknya, tetapi hingga lima menit belum juga usai latihan basketnya. Akan membutuhkan
Pukul lima sore aku baru sampai taman belakang, “dia kemana ... Leo sudah pulang, kenapa kamu tidak menungguku Sayang? Ah, capek aku lari-lari, ternyata ....”Keesokan harinya aku membuat surat izin untuk tidak mengikuti pelajaran beberapa hari, aku sedang tidak enak badan. Meja selalu mengiang di pikiranku. “Kamu yakin Siva, ini sebentar lagi kita ujian, kalau kamu banyak bolos, nanti kamu ketinggalan.”“Kribo, aku hanya minta kamu kasihkan saja suratku, tidak sedang butuh khotbah, aku sudah lelah dapat khotbah dari ibuku … jadi jangan kau timpal dengan omonganmu yang seolah paling paling benar itu!”“Ok baiklah Nona Siva yang super galak. Tapi bantuin aku sekarang ke kamar mandi dulu, yuk!” ajaknya sambal meringis.“Tolol kau.”Aku berkemas sehelai baju dan celana saja.Melihat ke belakang sekarang, aku merasa (hanya sedikit sakit) malu dengan cara kekuatanku y
Saat itu sudah sangat malas aku akan bangun, terlambat ke sekolah juga aku tidak peduli. Leo telah tiada saat aku membuka mata, dia memberitahu bahwa mungkin akan pulang sedikit terlambat, ada latihan basket. Kuambil surat yang ditulis dan kubaca ulang hingga beberapa kali. Dibawahnya terdapat uang dengan lembaran lima puluh ribuan dengan jumlah dua lembar. “Ini untuk beli sarapan dan untuk jajan,” katanya.“Ah aku tidak sabar ingin bertemu Leo lagi.”Sambil menunggu kedatangannya, kuintai seluruh sudut dan bidang dari barang-barang yang ada di kamarnya. Tetapi, mataku tertahan pada sebuah benda yang berdiri di atas lemari pakaiannya. Sebuah bingkai, namun bukan perkara bingkainya, yang menjadi mataku melotot adalah foto yang ada di dalam bingkai.“Ini apa sih maksudnya Leo!?”Meskipun Le
Aku ingat saat berkunjung di asrama kali pertama dan berusaha membaur, untuk menambah masa tinggalku lebih lama, mungkin untuk menghindari keisengan mereka. Saat ini kembali ke kamar tidur yang berantakan setelah kutinggal beberapa hari. Ada saat-saat ketika ruangan tampak lebih dingin di dalam daripada di luar dan aku tidur karena seprai yang terasa dingin dan lembap, kupastikan di beberapa bagian. “Anjing ... ah si Kribo bikin ulah ini, pasti dia yang berbuat di sembarang tempat."Aku paham, anak satu itu kecenderuangan lebih bergairah, asli bau busuk, mungkin tidak sadar dia bahwa berhubungan dengan kain fakta bahwa jamur tumbuh tidak terkendali di bekas kain yang dipakai. Napsu itu tumbuh di sebuah ruangan di mana, alih-alih ruang kosong dan pikiran mengembang ke penjuru dunia dewasa, terkadang aku juga begitu, tidak hanya Kribo.Menjelang sore berbeda. Kribo punya rahasia yang harus d