Saat diperjalanan menuju ke kantor.
"Nanti kalau kamu capek bilang ya, jangan biarin badan kamu kecapean. Kasian nanti anak kita. Kamu nggak mau kan terjadi apa-apa dengan anak kita kalau kamu kecapean." Jelas Zayn padaku.
Aku pun mengangguk seraya tersenyum.
"Sebelum ke kantor kamu mau mampir dulu nggak kemana gitu atau mau cari makanan buat ngemil di kantor. Biasanya kan ibu hamil bawaannya lapar terus." Tanya Zayn seraya fokus mengemudi.
"Emang boleh gitu, kerja sambil makan? Bukannya dulu kamu suka marah kalau liat pegawai yang santai-santai." Tanyaku seraya menoleh ke arahnya.
"Memang nggak boleh, tapi kamu kan bukan pegawai ku, kamu istriku yang membantu suaminya. Lagian aku nggak mau kalau sampai anakku kelaparan di dalam perut kamu." Jawabnya seraya mengelus perutku dengan tangan kirinya karena tangan kanannya memegang kemudi.
"Oh, jadi Mas cuma perha
Setelah mendapat pesan dari Anita aku pun pergi ke ruangan kerja Zayn.Tok...tok...tok…"Masuk!" Perintah Zayn."Bapak memanggil saya?" Tanyaku."Iya, masuk!" Perintah Zayn, aku pun langsung masuk ke ruangan."Kamu kenapa? Tadi kata Anita, kamu buru-buru gitu ke toilet?" Tanya Zayn."Gapapa, cuma tadi tiba-tiba mual gitu." Jawabku dengan santai."Apa? Apa kamu sakit perut, atau kamu salah makan? Tadi kamu makan apa aja? Tunggu-tunggu kamu nggak makan sembarangan kan?" Tanya Zayn yang tanpa henti bertanya terus menerus."Maaf, bisa tanyanya pelan-pelan nggak?""Mas, tenang aja. Aku nggak apa-apa, ini normal kok bagi wanita yang sedang hamil muda, terus aku kan tadi makan nya bareng sama mas dan ayah ibu, kita kan makan sama-sama dan makanan nya pun sama kaya yang mas makan."
Pov ZaynSaat Rania keluar dari ruangan ku tiba-tiba ada telpon dari kantor polisi.Kring ...kring...kring…"Ya halo." Sapa ku"Pak, saya dari kantor polisi, ingin memberikan informasi tentang kasus yang terjadi kemarin di kantor bapak. Apakah bapak bisa ke kantor polisi sekarang?" Tanya polisi."Baik pak, saya segera kesana." Jawabku.Aku langsung pergi ke kantor polisi dan aku sengaja tak memberitahu Rania, aku takut dia khawatir dan kepikiran kejadian kemarin.Aku pergi tanpa menoleh ke arahnya. Saat aku sedang di dalam mobil tiba-tiba ada pesan masuk dan aku yakin itu dari Rania.Aku sengaja tak membuka pesan itu. Aku pikir aku akan menjelaskan nya langsung.Saat aku sampai di kantor polisi. Ternyata ada berita yang mengejutkan."Selamat siang pak Zayn."
POV RaniaAku segera menyiapkan bahan-bahan untuk meeting hari ini."Oke, aku baca dulu berkasnya, lalu aku salin dan rumuskan untuk bahan meeting sekarang." Ucapku sambil membaca berkas yang diberikan Zayn tadi.Saat aku membuka berkasnya, lalu tiba-tiba ada halaman berkas yang terjatuh."Kok, ini terlepas ya, oke aku coba baca yang ini dan isinya…" mataku terbelalak saat melihat isi dari selembar berkas itu."Apa ini maksudnya? Ini…" tanyaku dengan heran saat melihatnya.Aku pun langsung bergegas ke ruangan Zayn untuk memberikan selembar berkas yang terjatuh tadi."Mas, coba liat ini? Mas mengerti berkas apa ini?" Tanyaku pada Zayn, seraya memberikan selembar kertas itu."Ini… kamu dapat dari mana?" Tanya Zayn."Aku tadi lagi memeriksa dan membaca berkas-berkas yang ma
POV Zayn.Aku benar-benar tak terima saat lelaki itu memandang Rania, ingin rasanya aku tampar dia, namun aku menahannya.Saat selesai meeting.Lelaki itu malah bikin emosi ku memuncak saat dia mengatakan ingin memperkerjakan istriku, dan berlaku tak sopan karena berani menyentuh pipi istriku di depanku, padahal dia sudah tau, kalau dia itu istriku.Lalu aku pun mengejarnya dan langsung mendaratkan pukulan ku ke wajahnya."Jangan pernah menyentuh istri saya, dari tadi saya sudah berusaha memendam emosi saya, namun perilaku anda membuat kemarahan saya semakin memuncak." Ucapnya dengan mata merah karena marah.Klien itu tersenyum sinis, seraya mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya, karena mendapat pukulan dariku."Aku akan ingat selalu perlakuan ini Zayn, dan aku akan memastikan kamu akan membayar semua ini." Ancam klien itu, karen
POV RaniaByurrr…(air disiramkan padaku)Aku mulai membuka mataku dan tersadar. Lalu aku kaget dengan keadaan tubuhku terikat tali yang kencang."Aku dimana? Siapa kalian? Kenapa kalian culik aku? Apa aku mengenal kalian?" Tanya ku pada mereka yang di hadapan ku."Lepaskan aku, aku sama sekali tidak mengenal kalian, lepaskan aku!!!" Teriakku pada mereka yang menculikku."Selamat datang, nona Rania Irtiza atau saya panggil nona Rania Adam Zayn Irtiza." Suara seseorang yang jauh dari pandangan dan ia pun mulai mendekati ku."Kamu?" Ucapku dengan rasa kaget setelah melihat siapa yang dihadapan ku."Apa kamu masih mengingat saya?" Ucap Theresia."Bukannya kamu di penjara? Kenapa bisa kamu terlepas?" Tanyaku seraya terus berusaha melepaskan tali yang mengikatku."Itu bukan urusan anda. Apa
POV Zayn.Aku mulai kalap, saat melihat istriku tak berdaya dan tak sadarkan diri.Ambulan pun datang, dan langsung membawa kami ke rumah sakit. Rania langsung dibawa ke ruang UGD dan langsung ditangani oleh para dokter."Bapak tunggu disini ya, kami akan menangani istri bapak." Ucap suster rumah sakit"Tolong istri saya dok, lakukan yang terbaik, istriku tengah hamil juga, tolong selamatkan mereka dok." Ucapku yang tengah khawatir."Baik pak, kami akan menangani istri anda dengan melakukan yang terbaik, bapak tunggu saja disini." Ucap dokter ituSudah hampir tiga jam berlalu namun tak seorang pun yang keluar dari ruangan UGD itu."Aku harus menelpon ibu dan ayah, takutnya mereka khawatir." Ucapku seraya menelpon ayah."Halo ayah, yah aku di rumah sakit, Rania… Rania dia sedang krisis ayah " ucapku seraya
Operasi selesai, namun dokter masih belum tahu perkembangan Rania, dalam beberapa jam ke depan."Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Tanyaku pada dokter yang mengoperasi Rania."Kami masih menunggu reaksi dari istri bapak, sampai beberapa jam ke depan." Jawab dokter spesialis bedah.Sungguh jawabannya masih belum bisa membuatku tenang."Kami akan memindahkan pasien ke ruangan ICU untuk sementara waktu sampai keadaan pasien stabil." Ucap dokter itu.Rania pun keluar dari ruangan operasi dan mulai di pindahkan ke ruangan ICU.Aku terpukul melihat kondisi Rania, yang masih kritis."Dok, apa saya boleh masuk? Menemani istriku di dalam." Tanyaku pada dokter."Boleh, tetapi hanya satu orang saja yang boleh masuk." Jawab dokter."Oh ya, pasien sudah di berikan obat bius, jadi biarkan pasien tertidur dulu ya." Tambah d
POV RaniaHatiku sakit melihat suamiku terus-menerus dipukul hingga saat aku melihat ada seseorang yang ingin memukul suamiku dari arah belakang dengan menggunakan kursi dari kayu.Aku pun langsung berlari ke arah suamiku dan memeluknya agar tak terkena pukulan kursi itu.Saat setelah aku terkena pukulan kursi itu, pelan-pelan mataku mulai terpejam dan aku tak sadarkan diri.Ditengah kegelapan aku menemukan jalan yang penuh cahaya terang, saat aku hendak menuju cahaya itu tiba-tiba aku mendengar seseorang yang tengah memanggil-manggil namaku.Itu sepertinya suara Mas Zayn. Dia terus menerus memanggil namaku, saat aku hendak menoleh ada yang memegang tanganku, itu adalah mas Zayn."Kamu mau kemana? Jangan pergi!! Apa kamu marah? Apa kamu tersinggung saat aku mengucapkan kata-kata yang tak senonoh itu, aku minta maaf, aku menyesal telah berkata itu padamu. Aku