Share

Bab 2

last update Last Updated: 2022-08-17 18:00:12

Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 2

 "Kok, kamu kayak kaget gitu, Mas? Kenapa?" Wanita tadi ikut heran dengan tatapan Mas Fahri, sementara aku hanya tersenyum tipis seolah kita memang tidak saling kenal.

 "Aku mau ke Papa."

 Dapat aku dengar Kania masih merengek, bahkan sudah beberapa kali berdiri untuk menghampiri Mas Fahri, tapi Haikal lagi-lagi menahannya. Aku tidak tahu kalau bagaimana jadinya kalau Haikal tidak ikut, karena Kania lebih nurut sama Mas Fahri dan Haikal daripada aku.

 "Mas!" Wanita itu kembali memanggil Mas Fahri yang masih menatapku. "Kalian saling kenal?" tanyanya lagi.

 Mas Fahri hanya diam. Dia memilih untuk menundukkan kepalanya dan kembali duduk tanpa menjawab pertanyaan itu. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Mas Fahri, wanita itu pun menatapku untuk mendapatkan jawabannya.

 "Apa kalian saling kenal, Mbak?" tanyanya dengan tatapan yang lembut, tidak seperti kepada Mas Fahri.

 "Oh, enggak, kok, Mbak." Aku langsung merespon dengan senyuman yang membuat Mas Fahri spontan menatap ke arahku. "Ini adalah kali pertama aku melihat laki-laki yang ada di samping, Mbak," jelasku membuat rahang Mas Fahri mengeras.

 Kamu marah, Mas? Atas dasar apa? 

 Lihat saja, aku akan membuatmu serasa di neraka yang ada di dunia ini. Aku tidak ingin melukai hatiku dan menyakiti anak-anak dengan sikap yang tidak pantas. Jadi, aku akan bermain cantik.

 "Oh, begitu. Syukurlah, maaf ya, Mbak. Saya sudah membuat Mbak dan anak-anak menjadi tidak nyaman." Wanita itu mendekat ke arah kami dan duduk di samping Kania.

 "Mama ngapain ke sana, Pa?"

 Bisa kudengar apa saja yang mereka katakan, karena jarak kami betul-betul sangat dekat. Jika tidak bersama Haikal, mungkin Kania juga sudah berlari ke arah mereka.

 Ada beberapa hal yang aku takutkan terhadap sikap Kania. Meksipun masih kecil, dia tidak suka jika apa yang dia miliki diakui orang lain. Jika itu terjadi, dia akan memberikan pelajaran kepada yang merebutnya.

 Teman-teman Kania di sekolah sering menyebutnya Si Pemberani. Karena Kania akan langsung memberikan pelajaran kepada anak-anak yang mencoba menindas orang lain. Padahal di rumah, dia hanyalah gadis kecilku, dan wajahnya jauh dari kata menyeramkan.

 Mas Fahri tidak menjawab pertanyaan dari gadis kecil itu, dia malah menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan, dan aku berpura-pura tidak melihatnya.

 "Ini anak-anakmu, Mbak?" Wanita itu menatap Kania dan Haikal. Jangan tanya kenapa aku memanggilnya wanita itu, karena kita memang belum memperkenalkan nama masing-masing. Lagipula menurutku itu tidak terlalu penting.

 "Iya, Mbak. Mereka cantik dan tampan bukan?" tanyaku sengaja mengundang dirinya agar banyak bicara.

 "Banget, Mbak. Sudah seperti anak-anak yang suka tampil di layar kaca." Ia memuji. Dapat. Ayo, bicaralah yang banyak. "Kayaknya kecantikan dan ketampanannya ini mirip papanya, ya?" Ia kembali bertanya.

 Bagus. Aku suka.

 "Papanya dan saya tentunya, Mbak. Gapaplah kalau dari papanya cuman ketampanan, asal jangan kebohongan, dan suka menipunya itu yang diturunkan ke anak-anak," ucapku penuh penekanan dan itu membuat Mas Fahri menatap tajam ke arahku.

 Dasar manusia yang tidak mau mengaku salah. Harusnya aku dan anak-anak yang memberikan tatapan itu. Bukan dia, karena dia memang tidak pantas.

"Iya benar. Bisa bahaya kalau punya Papa seorang pembohong." Wanita itu langsung merespon perkataanku dengan cepat, sesuai dugaanku.

 "Iya, Mbak benar. Makanya untuk anak perempuan yang belum menikah harus sangat hati-hati dalam memilih pasangan. Karena laki-laki yang datang tiap hari sambil memohon-mohon meminta hati pun bukan berarti dia adalah laki-laki yang baik. Laki-laki yang akan setiap terhadap istri dan keluarganya," jelasku membuat wajah Mas Fahri langsung berkeringat.

 Aku yakin dia masih mengingat apa yang selalu dia lakukan dulu untuk membuatku setuju menjadi istrinya.

 "Bener banget, Mbak. Pokoknya jangan percaya dengan perkataan dan tindakan laki-laki, karena bisa saja itu masuk ke dalam usahanya untuk mendapatkan wanita yang mungkin hanya dijadikan pelampiasan," sahut wanita itu dengan cepat.

 Kita pun tertawa bersama, sementara ekor mataku bisa melihat ke arah Mas Fahri yang sedang menatap ke arah kami.

 "Jadi, papanya anak-anak gak ikut?" tanyanya lagi.

 Oh iya, sebaiknya aku meminta seseorang untuk datang ke dini dan berpura-pura sebagai suamiku. Biar semuanya pas dan lebih mantap untuk membuat hati Mas Fahri semakin terbakar.

 Aku memang tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya itu sampai tega melakukan hal ini, tapi satu yang pasti, dia sangat mencintaiku.

 "Ikut, kok, katanya bentar lagi sampai." Aku menjawab dengan cepat sambil meminta pemilik restoran ini untuk datang. Kebetulan kita memang satu grup di WA kuliner.

 "Nah, itu, dia!" Aku berseru ketika melihat seorang lelaki yang gagah perkasa dan berkarisma. Kehadirannya membuat semua mata wanita menatap ke arahnya. Benar-benar tampan dan keren.

 "Wah, suamimu sangat tampan, ya. Kalau begitu saja permisi dulu." Wanita itu langsung pamit untuk diri ketika laki-laki yang kuundang mendekat ke meja kami, lalu duduk.

 "Mas, coba kamu lihat suaminya Mbak itu? Keren banget, ya, kaya yang ada di film-film itu, loh." Wanita itu terus mengungkapkan kekagumannya kepada laki-laki yang kini duduk di sampingku.

 "Biasa aja," lirih Mas Fahri dengan kedua tangan yang mengepal.

 Yakin biasa saja?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
laki" kq plin plan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 47 TAMAT

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam Kini aku sedang menunggu Haikal bicara, apa maksud dari pergi jauh yang dia katakan tadi. Namun, orang yang kutunggu itu hanya diam saja sambil beberapa kali memasukan makanan ke dalam mulutnya. "Kami hanya akan datang kalau Kania kembali merindukan orang yang tidak seharusnya dirindukan," ucap Haikal tiba-tiba membuka suara setelah melap bibirnya yang penuh saus dengan tisu. Merindukan orang yang seharusnya tidak dirindukan? Apa aku memang pantas untuk tidak dirindukan? Ya Allah, apa yang sebenarnya sudah aku lakukan di masa lalu, sampai lukanya Haikal sebesar ini? "Sayang, Papa adalah ayah kandung kalian. Bukankah rasanya tidak mungkin kalau kalian tidak merindukan Papa?" Aku kembali bertanya dengan basa-basi. Padahal tubuhku sendiri ingin membawa mereka ke dalam pelukan. Kini aku tahu bagaimana rasanya tidak dianggap ada. Baru sebentar saja, aku merasa sudah mengalami hal ini sangat lama. Aku juga menjadi tahu bagaimana rasanya dibenci oleh

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Pertemuan yang Singkat

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 46 "Katakan padaku, apa papanya Dania telah berbohong padaku?" tanyaku pada Chris sambil mencengkram erat bajunya. "Saya tidak tahu, Pak. Saya tadi sudah mengatakan pendapat tentang alamat yang diberikannya ini, tapi Bapak menolak untuk tahu." Ia menjelaskan dengan jujur. Benar, ini adalah kesalahanku sendiri. Harusnya aku belajar dari pengalaman, dan tidak lagi tertipu oleh tipuan murahan. Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini. "Kembali ke kantor. Kita kerjakan pekerjaan yang sudah lama kita tinggalkan," titahku dan Chris langsung menjalankan mobilnya. Aku benar-benar tidak habis pikir, sikap Dino dan Dania ternyata sangat ke kanak-kanakan. Kalau dari awal mereka memang tidak berniat untuk bertemu denganku, kenapa mereka muncul di taman waktu itu? Terus kenapa papanya Dania pun ikut memberikan alamat yang salah padaku. Apa memang aku pantas diperlakukan seperti ini? Sungguh terlalu. Aku bekerja keras untuk kebahagiaan mereka, tapi inik

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 45

    PoV Fahri Oke, aku mengaku kalah. Sudah 7 x 24 jam aku mencari mereka tanpa kenal lelah dan makan pun sudah tidak aku ingat, tapi sama sekali tidak ada jejak apapun. Mereka seperti menghilang ditelan bumi. "Kenapa, Pak?" Chris tiba-tiba mendekat ke arahku. Aku yang hanya ingat kalau dia adalah orangnya Dino pun langsung emosi dan menarik kerah bajunya. "Katakan di mana majikan kamu itu berada?" tanyaku sambil menatap manik matanya. Aku sudah tidak bisa lagi bersabar apalagi menahan amarah untuk tidak memberikan pelajaran kepada orang yang ada di depanku ini. "Maaf, Pak. Saya memang tidak tahu lagi mereka ada di mana. Tadi saya diberitahu oleh orang khusus mereka kalau Bu Dania dan keluarganya sedang ada di taman," jelasnya membuatku semakin marah. "Kalau begitu sekarang tanya orang khusus itu dia di mana. Jawab sekarang juga, jangan sampai membuatku marah!" "Baik, Pak. Tapi tolong lepaskan dulu cengkraman tangan bapak ini." Tanganku seketika terlepas dari kerahnya. "Cepat t

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 44

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 44 Berada di kamar terlalu lama membuatku penat. Apalagi suara anak-anak sudah tidak terdengar lagi. Baik Haikal, Kania, Raya, ataupun Rani. Rumah ini seperti kosong. "Mas, sarapan!" teriak Mbak Jum setelah mengetuk pintu. "Iya, Mbak. Sebentar lagi saya keluar." Aku langsung mandi dan bersiap untuk kembali ke kantor. Namun sebelum berangkat, aku harus sarapan dulu. Sekaligus untuk melihat bagaimana sikap Dania dalam melayani Dino di pagi hari seperti ini. Apa sama seperti apa yang kulakukan dulu, atau berbeda. Namun, pikiranku mengatakan kalau sikap Dania pasti berbeda. Sikapnya padaku tentu akan lebih spesial. Setelah siap aku langsung keluar dari kamar menuju tempat makan dengan sangat gembira. Namun ketika sampai di sana, aku hanya mendapatkan kekecewaan. "Kok, hanya ada Mama sama Papa, yang lainnya ke mana?" tanyaku heran sambil menatap makanan yang tertata rapi di meja hanya sedikit saja. Tidak ada makanan kesukaan Dania ataupun anak-ana

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 43

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 43 PoV Fahri Setelah sempat bangun dan menyaksikan kemesraan mereka berdua, aku ternyata kembali tidak sadarkan diri. Sekarang aku baru membuka mata dan sangat lapar, sementara di dalam kamar hanya ada aku sendiri. Memang kebangetan semua penghuni rumah ini, setidaknya tinggalkan makanan atau buah di dekat tempat tidurku agar aku tinggal makan pas bangun. Mana badan sakit semua lagi. Baru saja aku membuka pintu kamar, terdengar perbincangan dari kamar sebelah yang kutahu adalah kamar anak-anak. "Apa nama benda ini, Pa?" terdengar Haikal bertanya. "Ini adalah kelereng. Permainan anak-anak zaman dulu, biasa dimainkan oleh laki-laki ataupun perempuan. Cuman dulu papa gak bisa memainkannya, selalu kalah." Dino pun menjelaskan. Mendengar kedekatan mereka, hatiku kembali teriris, lalu tersiram perasaan air jeruk yang asam. Sangat menyakitkan. Dulu aku tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka, yang ada di pikiranku hanya ada Rani dan Raya.

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 42

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 42 PoV Fahri "Kamu pasti terkejut, kan? Padahal tidak perlu, karena kami sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari. Bahkan tahun." Mas Bagas berjalan mendekat ke arahku sambil meracau. "Asal kamu tahu, aku selalu iri melihatmu begitu diperhatikan oleh Dania. Dari pagi sampai malam, hanya kau yang dia perlakukan istimewa. Sementara aku, aku hanya bisa menjadi penonton dari kemesraan kalian," lanjutnya. Aku benar-benar tidak faham dengan apa yang dia katakan. Sepertinya dia sudah salah minum obat, jadi mengatakan hal yang tidak-tidak. "Cukup, hentikan sandiwara ini!" Aku berjalan ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya, tapi tidak bisa. Ternyata mereka kembali mengunci pintunya. Aku membalikkan badan dan menatap ke arah mereka satu persatu. "Jadi maksudnya kalian bersekongkol?" "Seperti yang kau lihat dan kita sama-sama menginginkan orang yang berbeda," jawab Mas Bagas mantap. Sebenarnya siapa yang mereka inginkan? "Aku menginginkan Diana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status