Share

Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam
Penulis: Ucu Nurhami Putri

Bab 1

last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-17 17:58:59

 ALASAN LEMBUR SUAMIKU SETIAP MALAM

 "Hei, semuanya! Maaf sudah membuat kalian menunggu," ucap Mas Fahri kenapa seorang wanita dan anak-anak yang sedang makan di restoran yang secara kebetulan aku dan anak-anak juga mau makan di sini.

 "Gapapa, kok, Mas, anak-anak bisa nunggu," ucap seorang wanita yang ada di sampingnya sambil mengelus pergelangan tangan Mas Fahri.

 Ah, ternyata ini yang dikatakan lembur suamiku. Aku pura-pura masuk dan tidak melihat ke arah mereka dengan anak-anak.

 "Ma, kok, itu kayak Papa, ya?" Kania, anak keduaku yang berusia lima tahun menunjuk ke arah Mas Fahri. Namun, Haikal langsung mengalihkan.

 "Mungkin kamu salah lihat adik Mas yang cantik," ucapnya sambil mencoba mengarahkan tatapan adiknya ke arah lain.

 Aku dan Mas Fahri sudah menikah selama sepuluh tahun. Dulu, aku menikah di usia muda yang belum punya pengalaman apapun. Karena Mas Fahri terus-menerus datang membujukku agar mau menikah dengannya sampai membuatku pusing dan menyetujuinya.

 Dulu dia berjanji akan selalu bersama denganku dalam suka dan duka, juga posisiku di dalam hatinya tidak akan pernah terganti.

 Akan tetapi, sekarang sepertinya ia sudah menjilat ludahnya sendiri. Kini laki-laki yang sudah menjadi suamiku selama sepuluh tahun itu malah makan dengan lahap sambil menatap ke arah wanita itu dan beberapa apa yang berada di depannya.

 "Kamu capek ya, Mas?" Wanita itu bertanya sambil melap keringat yang ada di wajah Mas Fahri.

 Aku langsung mual ketika melihat apa yang dia lakukan barusan, apalagi Mas Fahri sama sekali tidak menyingkirkan tangannya. Malah terlihat menikmati.

 "Ma, aku mau makan bareng Papa." Kania mulai kembali nakal.

 "Iya, Sayang. Kapan-kapan kita makan sama Papa, ya?" Aku mengusap puncak kepalanya lembut.

 Bagaimanapun juga, Kania masih kecil, dia tidak akan mengerti apa yang sedang dilakukan papanya. Namun, tidak dengan Haikal. Dia sudah besar.

 "Aku mau makan itu, Pa," seru salah satu anak yang duduk dengan Mas Fahri.

 "Yang mana, Sayang?"

 "Yang itu sama itu, Pa."

 Aku dapat melihat gadis kecil yang kira-kira berusia empat tahun itu menunjuk ke arah mana saja. Dengan sigap, Mas Fahri langsung mengambilkan makanan yang diinginkannya.

 "Ma, kenapa Papa bisa makan sama dia dan aku cuman makan sama Mama dan Mas Haikal saja?" Kania kembali memberikan pertanyaan yang membuatku terdiam.

 Aku sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Bukan hanya Kania dan Haikal yang terluka, tapi aku juga sama. Hatiku sakit melihat suami yang katanya super sibuk itu malah makan dengan anak-anak dari orang lain, tapi dia lupa dengan anaknya sendiri.

 Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku malah merasa seperti orang ke tiga, padahal jelas-jelas akulah yang berhak ada di sana!

  "Sabar ya, Dedek Sayang. Orang sabar disayang Allah. Kania mau, 'kan disayang sama Allah?" Kini Haikal kembali merespon pertanyaan Kania.

 Untunglah dia sudah ngerti. Kalau sama-sama belum, mungkin air mataku sudah menetes dari tadi.

 "Sekarang kita makan, ya?" Aku langsung menyuapi Kania yang tidak lagi bicara, tapi matanya tetap menatap ke arah meja Mas Fahri dengan tatapan yang berkaca-kaca.

 Ya Allah, rasanya aku sudah tidak sanggup lagi.

 "Mas aja yang suapi Dedek, ya, Mama ke kamar mandi dulu." Tanpa menunggu jawaban Haikal, aku langsung berjalan cepat ke kamar mandi untuk menumpahkan segala rasa yang ada di dalam dada.

 Baru saja aku mau menangis, wanita yang tadi duduk bersama Mas Haikal tiba-tiba masuk ke kamar mandi.

 "Mbak baik-baik saja?" Ia melemparkan tatapan heran.

 Aku terpaksa tersenyum ke arahnya sebagai bentuk jawaban.

 "Oh, syukurlah. Tadi aku gak sengaja lihat Mbak, kupikir Mbak ada apa-apa karena terus melihat ke arah kami," ucapnya seolah dia adalah wanita yang tidak tahu apapun, kalau laki-laki yang berada di sampingnya adalah suamiku.

 Dapat kulihat wanita itu membersihkan bajunya yang terkena saos dan aku spontan memberikan sapu tangan kepadanya.

 "Tidak usah, terima kasih banyak." Ia terlihat tidak enak hati.

 "Gapapa, Mbak. Ambil saja." Aku memberikan sapu tangan kembali ke tangannya.

 "Wah, makasih banyak ya, Mbak. Boleh minta nomor ponselnya, nanti saya wapri Mbak untuk mengembalikan ini," ucapnya membuatku kembali tersenyum.

 Aku langsung memberikan kartu nama padanya.

 "Wah, ternyata pemilik sebuah restoran besar. Enggak nyangka bisa kenal orang hebat," ucapnya yang terlihat bangga.

 "Biasa aja, kok." Aku hanya bicara seadanya.

 Ketika saos di bajunya sudah hilang, kami langsung keluar. Wanita itu meletakan sapu tangan yang aku berikan di atas meja dan itu membuat Mas Fahri terkejut. Ia langsung meraih sapu tangan itu.

 "Dari mana kamu dapatkan ini?" Wajah Mas Fahri merah padam.

 "Dari seorang teman, Mas." Wanita itu menjawab dengan santai.

 "Siapa? Di mana orangnya?" Mas Fahri terlihat tidak sabar.

 Wanita itu kembali berdiri dan menunjuk ke arah meja kami. Mas Fahri pun langsung melihat ke arahku yang masih berdiri sambil menatapnya dengan ribuan pertanyaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ada istri setolol dan sedungu ini ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 47 TAMAT

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam Kini aku sedang menunggu Haikal bicara, apa maksud dari pergi jauh yang dia katakan tadi. Namun, orang yang kutunggu itu hanya diam saja sambil beberapa kali memasukan makanan ke dalam mulutnya. "Kami hanya akan datang kalau Kania kembali merindukan orang yang tidak seharusnya dirindukan," ucap Haikal tiba-tiba membuka suara setelah melap bibirnya yang penuh saus dengan tisu. Merindukan orang yang seharusnya tidak dirindukan? Apa aku memang pantas untuk tidak dirindukan? Ya Allah, apa yang sebenarnya sudah aku lakukan di masa lalu, sampai lukanya Haikal sebesar ini? "Sayang, Papa adalah ayah kandung kalian. Bukankah rasanya tidak mungkin kalau kalian tidak merindukan Papa?" Aku kembali bertanya dengan basa-basi. Padahal tubuhku sendiri ingin membawa mereka ke dalam pelukan. Kini aku tahu bagaimana rasanya tidak dianggap ada. Baru sebentar saja, aku merasa sudah mengalami hal ini sangat lama. Aku juga menjadi tahu bagaimana rasanya dibenci oleh

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Pertemuan yang Singkat

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 46 "Katakan padaku, apa papanya Dania telah berbohong padaku?" tanyaku pada Chris sambil mencengkram erat bajunya. "Saya tidak tahu, Pak. Saya tadi sudah mengatakan pendapat tentang alamat yang diberikannya ini, tapi Bapak menolak untuk tahu." Ia menjelaskan dengan jujur. Benar, ini adalah kesalahanku sendiri. Harusnya aku belajar dari pengalaman, dan tidak lagi tertipu oleh tipuan murahan. Aku tidak pantas diperlakukan seperti ini. "Kembali ke kantor. Kita kerjakan pekerjaan yang sudah lama kita tinggalkan," titahku dan Chris langsung menjalankan mobilnya. Aku benar-benar tidak habis pikir, sikap Dino dan Dania ternyata sangat ke kanak-kanakan. Kalau dari awal mereka memang tidak berniat untuk bertemu denganku, kenapa mereka muncul di taman waktu itu? Terus kenapa papanya Dania pun ikut memberikan alamat yang salah padaku. Apa memang aku pantas diperlakukan seperti ini? Sungguh terlalu. Aku bekerja keras untuk kebahagiaan mereka, tapi inik

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 45

    PoV Fahri Oke, aku mengaku kalah. Sudah 7 x 24 jam aku mencari mereka tanpa kenal lelah dan makan pun sudah tidak aku ingat, tapi sama sekali tidak ada jejak apapun. Mereka seperti menghilang ditelan bumi. "Kenapa, Pak?" Chris tiba-tiba mendekat ke arahku. Aku yang hanya ingat kalau dia adalah orangnya Dino pun langsung emosi dan menarik kerah bajunya. "Katakan di mana majikan kamu itu berada?" tanyaku sambil menatap manik matanya. Aku sudah tidak bisa lagi bersabar apalagi menahan amarah untuk tidak memberikan pelajaran kepada orang yang ada di depanku ini. "Maaf, Pak. Saya memang tidak tahu lagi mereka ada di mana. Tadi saya diberitahu oleh orang khusus mereka kalau Bu Dania dan keluarganya sedang ada di taman," jelasnya membuatku semakin marah. "Kalau begitu sekarang tanya orang khusus itu dia di mana. Jawab sekarang juga, jangan sampai membuatku marah!" "Baik, Pak. Tapi tolong lepaskan dulu cengkraman tangan bapak ini." Tanganku seketika terlepas dari kerahnya. "Cepat t

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 44

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 44 Berada di kamar terlalu lama membuatku penat. Apalagi suara anak-anak sudah tidak terdengar lagi. Baik Haikal, Kania, Raya, ataupun Rani. Rumah ini seperti kosong. "Mas, sarapan!" teriak Mbak Jum setelah mengetuk pintu. "Iya, Mbak. Sebentar lagi saya keluar." Aku langsung mandi dan bersiap untuk kembali ke kantor. Namun sebelum berangkat, aku harus sarapan dulu. Sekaligus untuk melihat bagaimana sikap Dania dalam melayani Dino di pagi hari seperti ini. Apa sama seperti apa yang kulakukan dulu, atau berbeda. Namun, pikiranku mengatakan kalau sikap Dania pasti berbeda. Sikapnya padaku tentu akan lebih spesial. Setelah siap aku langsung keluar dari kamar menuju tempat makan dengan sangat gembira. Namun ketika sampai di sana, aku hanya mendapatkan kekecewaan. "Kok, hanya ada Mama sama Papa, yang lainnya ke mana?" tanyaku heran sambil menatap makanan yang tertata rapi di meja hanya sedikit saja. Tidak ada makanan kesukaan Dania ataupun anak-ana

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 43

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 43 PoV Fahri Setelah sempat bangun dan menyaksikan kemesraan mereka berdua, aku ternyata kembali tidak sadarkan diri. Sekarang aku baru membuka mata dan sangat lapar, sementara di dalam kamar hanya ada aku sendiri. Memang kebangetan semua penghuni rumah ini, setidaknya tinggalkan makanan atau buah di dekat tempat tidurku agar aku tinggal makan pas bangun. Mana badan sakit semua lagi. Baru saja aku membuka pintu kamar, terdengar perbincangan dari kamar sebelah yang kutahu adalah kamar anak-anak. "Apa nama benda ini, Pa?" terdengar Haikal bertanya. "Ini adalah kelereng. Permainan anak-anak zaman dulu, biasa dimainkan oleh laki-laki ataupun perempuan. Cuman dulu papa gak bisa memainkannya, selalu kalah." Dino pun menjelaskan. Mendengar kedekatan mereka, hatiku kembali teriris, lalu tersiram perasaan air jeruk yang asam. Sangat menyakitkan. Dulu aku tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka, yang ada di pikiranku hanya ada Rani dan Raya.

  • Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam   Bab 42

    Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 42 PoV Fahri "Kamu pasti terkejut, kan? Padahal tidak perlu, karena kami sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari. Bahkan tahun." Mas Bagas berjalan mendekat ke arahku sambil meracau. "Asal kamu tahu, aku selalu iri melihatmu begitu diperhatikan oleh Dania. Dari pagi sampai malam, hanya kau yang dia perlakukan istimewa. Sementara aku, aku hanya bisa menjadi penonton dari kemesraan kalian," lanjutnya. Aku benar-benar tidak faham dengan apa yang dia katakan. Sepertinya dia sudah salah minum obat, jadi mengatakan hal yang tidak-tidak. "Cukup, hentikan sandiwara ini!" Aku berjalan ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya, tapi tidak bisa. Ternyata mereka kembali mengunci pintunya. Aku membalikkan badan dan menatap ke arah mereka satu persatu. "Jadi maksudnya kalian bersekongkol?" "Seperti yang kau lihat dan kita sama-sama menginginkan orang yang berbeda," jawab Mas Bagas mantap. Sebenarnya siapa yang mereka inginkan? "Aku menginginkan Diana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status