'Siapa namamu?''Alexia,' gadis itu duduk di dekat penerangan berupa cahaya api kecil dari tungku yang tidak cepat habis. Aneh, api itu berwarna biru dan tidak benar-benar membakar, hanya mengapung seperti terdapat sihir yang menggerakan. Matanya sesekali menelisik sekitar—tepat pada bagian dalam batang pohon yang terlampau luas, sesuai bentuk pohonnya yang sangat besar. Hanya saja, ia tidak menyangka ada tempat seperti ini di dalam sebuah batang, itu mustahil. Sekali lagi Alexia mengingatkan diri jika tengah berada di dalam hutan penuh ilusi.Meski begitu Alex tidak merasa perlu takut lagi, akar hidup itu bersahabat, dia baik walau tentunya mengerikan dan tidak masuk akal. Terlebih, mau diajak berdiskusi tanpa menggunakan kekerasan. Setidaknya ia punya kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.Empat pria bertubuh besar kini tengah duduk di sudut lain, mereka berusaha memberikan privasi antara Alex dan si akar besar yang saling berbicara dalam batin. Belakangan, Alex tah
5000 tahun yang laluKehidupan naga hitam abadiSuatu hari, langit benar-benar kelabu di pagi hari, cahaya terang matahari yang baru terbit mendadak menggelap karena tertutup awan hitam pekat yang tidak datang sendirian, benda gas itu ditemani rerintik hujan deras dan petir yang bersahutan, menyambar seperti akar.Suasana yang mencekam membuat seluruh manusia memilih mengurung diri di dalam rumah, hampir tidak ada satu pun orang yang keluar, sekalipun seharusnya mereka mulai beraktivitas melakukan pekerjaan seperti di pagi hari biasanya. Baik itu ladang, pasar, bahkan halaman kastil semuanya sepi tanpa ada satupun tanda-tanda kehadiran manusia.Termasuk kehadiran para prajurit kerajaan di halaman kastil. Biasanya tiap pagi mereka melakukan latihan kekuatan dasar yang dimulai hingga menjelang tengah hari dan dilanjutkan sampai matahari terbenam, sebelum melakukan pelajaran teori berperang di malam hari. Tapi hari ini tidak satu pun dari mereka keluar dari barak penginapan, tentunya atas
Tidak peduli seberapa deras lagi hujan mengguyur tanah pijakan, mereka tetap mengayunkan pedang dengan lihai, bergerak cekatan demi menuntaskan urusannya dengan makhluk besar berwarna hitam berkulit baja. Sang naga yang mengamuk dari persemayamannya.Sayangnya setajam apapun permukaan ujung pedang, tidak mampu menggores sedikitpun sisik naga yang amat keras melebihi tembaga. Sementara makhluk itu dapat dengan mudahnya menumpaskan ribuan pasukan dalam hitungan detik, hanya dalam sekali tebas menggunakan pecutan ekor.Rumah-rumah disekitar lokasi pertempuran tidak seimbang tersebut sudah hancur lebur, sebagian pasukan mengurus warga pemukiman setempat untuk diangkut ke wilayah lain. Setidaknya sesegera mungkin pergi menghindari marabahaya yang tengah menanti.Chris selaku jenderal bergerak di pijakan pertama, barisan terdepan di antara seluruh pasukan yang ada, setiap kali sederet prajurit tersapu oleh naga hitam itu, pasukan lain dengan sigap maju kedepan untuk menggantikannya. Hanya C
Alexia berjalan paling depan, beriringan dengan sosok makhluk besar bertubuh keras bagai batu—yah, dia memang batu. Sementara di belakangnya, keempat pria itu berjalan mengikuti masih dengan kewaspadaan yang amat tinggi. Tanpa satu pun memulia pembicaraan, mereka tampak lelah dan tidak berniat membuat keributan.Hutan tampak terus semakin menggelap, hingga cahaya pun berakhir menghilang sepenuhnya seakan ditelan kegelapan. Tidak ada penerangan sedikitpun sehingga mereka hanya mengandalkan langkah pergerakan yang berhati-hati, yah setidaknya bulan yang tertutup oleh sesuatu semacam tabir itu masih berbaik hati menyemburkan sedikit sinar.Ketika diyakini malam tiba, bermunculan makhluk-makhluk luar biasa lainnya, tak kalah mengejutkan ketimbang Meteur atau Root. Salah satunya sebuah jamur besar seukuran dua kali lipat tubuh manusia tiba-tiba saja mekar, warnanya merah muda disertai serbuk keemasan yang keluar dari bagian lamela. Terlihat sangat mempesona, membuat siapapun tertarik untu
Perjalanan itu membuat mereka menemukan berbagai rintangan di setiap langkah. Karena benar seperti yang sudah Alex duga sebelumnya, bahkan tanah yang dipijaki pun hidup.Penghuni hutan satu per satu mulai menampakkan diri dan secara terang-terangan mau berkomunikasi dengan Alexia. Kebanyakan dari mereka tampak takjub, tidak jauh berbeda dengan reaksi Root dan Meteur pertamakalinya.Dan sebenarnya tidak semua makhluk langsung bersikap jahat, ada pula yang menunjukkan kebaikan walaupun tentunya tidak banyak. Seperti sebuah dahan pohon yang tiba-tiba menunduk, menghalangi jalan setapak mereka.Ketika semua orang sudah berwaspada, takut terjadi kesalah pahaman untuk kesekian kalinya, Alex justru tersenyum. Sebab dahan rimbun dan penuh buah milik pohon apel itu berkata, 'Manusia istimewa yang bisa berbicara dengan kaum kami, terimalah pemberianku, apel biru paling manis di dunia.''Terimakasih.' Alex mengangguk tanpa curiga tentunya, lantas mulai memetik beberapa buah apel berwarna biru ter
Perjalanan menuju perbatasan memakan waktu yang cukup lama, dan menghabiskan tenaga lebih dari yang dibayangkan, kalau saja tidak berkat apel biru ajaib yang tiba-tiba menguatkan tenaga bahkan menghilangkan kantuk.Meteur menjelaskan, apel itu memang luar biasa, tidak hanya sebagai penawar melainkan juga sebagai penyembuh dari segala masalah dalam tubuh, baik itu penyakit fisik ataupun psikis. Andai pohon apel biru ajaib itu tumbuh kokoh di hutan biasa, keberadaannya pasti menjadi buruan.Sejatinya tak ada yang mengetahui soal kebenaran ini selain makhluk penghuni hutan utara sendiri. Meteur yang menyebarkam kebenarannya pun berpesan pada Alexia agar tidak membongkar rahasia pada manusia lain.Selama ber jam-jam, mereka tidak beristirahat sama sekali, terus saja berjalan hingga siluet perbukitan mulai terlihat dari celah pepohonan yang rimbun, terlebih suasana kala itu masih gelap seperti malam yang tenang tanpa gangguan.Alexia menyadari, semakin dekat menuju batas perbukitan, semaki
Cahaya hantu berupa api kecil berwarna biru keunguan dalam jumlah banyak dan membentuk pola teratur menuju suatu tempat. Benda itu baru terlihat ketika mereka sampai di lereng atas sebuah bukit yang bernama Emerald.Perbatasan antara dua tempat tersebut begitu kentara, ditandai menghilangnya kabut pekat keunguan yang sudah melekat dengan aura mistis hutan utara. Area bukit itu tampak seperti dunia manusia biasa yang tidak menyimpan ancaman.'Ikuti cahaya hantunya, benda itu akan membawa kalian ke cahaya utama. Tempat di mana kalian akan menemukan jawaban atas pertanyaan yang kau bawa,' begitu pesan Meteur sebelum berpisah di wilayah perbatasan.Alexia lantas segera menyampaikan informasi dari Meteur pada yang lainnya, mereka hanya bisa memberi respon dengan bersikap patuh dan menyerahkan segala urusan arah karena hanya gadis itu yang bisa dipercaya. Sekalipun komplotan pembunuh bayaran itu dapat dikatakan jauh lebih berkuasa, mereka bisa saja membunuh Alexia andai keberadaan gadis itu
"Ya tuhan panasnya tidak terkira!" gerutu Holm, bibirnya tak henti mengeluh sekaligus mengumpat sejak beberapa saat lalu—tepatnya ketika mereka mendapati cahaya hantu yang sangat besar, namun menghilang dalam sekejap kedipan mata. Mereka lantas tak buang waktu untuk mencari api biru yang lenyap secara misterius itu.Alexia masih berlarian, mengejar benda biru itu seperti akan menangkap seekor kelinci liar. Membuat keempat pria dibelakangnya ikut kewalahan. Sampai pada akhirnya mereka sadar kalau seluruh wilayah hutan itu benar-benar hangus, sebagian pepohonan masih mengeluarkan percikan api. Suasana panas dan kacau jauh lebih buruk ketimbang yang dirasakan di pemukiman manusia."Jadi benar kawasan ini yang menyebabkan hawa panas sampai ke pemukiman kita." Messy mengeluh, pernyataannya adalah fakta dan disetujui yang lainnya."Masalahnya cuma pembakaran, semua sudah selesai dan bisa diketahui. Bukankah kita harus kembali dan memberikan informasi ini ke kerjaaan?" usul Parker. Ia menjad