Share

Akhir yang menyakitkan

Rafel sontak menatap Aluna. Sedang orang yang dipanggil Edgar hanya tertawa terbahak. Gila! Itulah pikiran orang yang disana.

"Kau masih mengenalku ternyata, kupikir setelah penghianatanmu, kau lupa denganku," tukas Edgar sinis.

"Apa kau ada urusan di sini?" tanya Aluna mengabaikan pernyataan Edgar.

"Yah, menyelamatkan mereka. Dan ...membunuh kalian, terutama, kau, Aluna. Oh, atau Lulu?" balas Edgar dingin. Tidak ada lagi suara tawa. Hanya senyum miring.

Lulu, adalah nama Aluna dulu di dunia gelap. Yap, Aluna dulu juga bagian dari dunia gelap, tujuannya untuk memudahkan dia untuk menyelesaikan misi dari kakeknya yang saat itu menjabat sebagai kapten. Oh, apa saya sudah menceritakan jika dulu Aluna bergabung di dunia kemiliteran atas rekomendasi kakeknya?

Yah, Aluna sempat bergabung menjadi anggota kemiliteran di usia yang masih sangat muda, dan keluar dari sana saat umur 21 tahun. Itu pun karena bantuan dari pamannya, Alejandro.

Saat usia 7 tahun, Aluna sudah tinggal bersama kakek dan neneknya. Kakeknya yang mendidik Aluna agar menjadi kuat dan akhirnya diusia 13 tahun dia sudah menjadi anggota intel cilik.

Saat umur 17 tahun dia bergabung ke dunia gelap. Itu untuk menyelidiki kasus perdagangan manusia yang dilakukan oleh mafia kejam. Bukankah cara ampuhnya adalah berteman dan menjadi bagian dari mereka itu sendiri? Menjadi orang kepercayaannya.

Dalam waktu satu setengah tahun, Aluna dapat menyelesaikan misinya. Kelompok mafia yang Aluna khianati tentu saja marah dan dendam pada Aluna. Sebab dikelabui begitu mudah, awalnya mereka begitu bangga pada Aluna karena selalu memberi mereka keuntungan yang banyak dari hasil misi yang dia jalankan. Lalu di akhir cerita, mereka rugi miliaran rupiah karena ternyata Aluna adalah mata-mata.

Edgar, adalah ketua mafia itu. Kelompok mafia yang Aluna khianati.

Clap!  Clap! 

Arkh! 

Aluna dan Rafel ambruk. Tubuh mereka terasa lemah. Kemudian tak lama, terasa kaku, tidak dapat digerakkan. Benda yang mengenai tubuh mereka adalah sebuah jarum, jarum yang mengandung racun. Racun yang ada pada jarum itu akan melumpuhkan syaraf-syaraf manusia dengan cepat. Terbukti tak lebih dari satu satu menit, racun itu sudah melumpuhkan Aluna dan Rafel.

Bugghh! 

Rafel terpekik saat Aluna ditendang kepalanya begitu kuat. Matanya menatap Aluna cemas. Ingin sekali Rafel membunuh pria di depannya ini, tapi tubuhnya benar-benar tidak bisa digerakkan. Itu membuatnya frustasi!

"Kau melakukan kesalahan, Aluna. Kau pikir setelah menipuku dan menyebabkan kerugian besar untukku, kau akan bisa hidup tenang? Tidak Aluna, aku selalu membunuh orang yang mengusikku sampai ke akar-akarnya!" desis Edgar pelan.

Tangan Edgar mencengkram dagu Aluna kuat, Aluna hanya diam, tidak ada ringisan sakit yang keluar dari bibirnya. Aluna, sangat pantang baginya untuk berteriak kesakitan di depan musuhnya. Itu hanya akan membuat musuh senang.

Bugghh! 

Edgar kembali memukul wajah Aluna kuat, pandangan Aluna sejenak merasa pusing. Tapi dia kembali meraih penglihatannya agar stabil. Rafel sendiri hanya bisa mengumpat berang.

"Cih, berlagak sok kuat! Kau hanya manusia lemah, Aluna! Manusia lemah!" ujar Edgar merendah.

Tapi Aluna hanya terkekeh pelan, matanya menatap remeh Edgar. Membuat Edgar kembali menyerangnya, kesal.

"Lemah? Lemahan mana dengan dirimu, Edgar? Aku yang lemah ini saja, kau harus berkerja sama dengan paman dan mantan tunanganku agar dapat mengalahkanku," decih Aluna pelan.

Ucapan Aluna semakin membuat Edgar kesal setengah hidup. Dengan membabi buta Edgar memukuli Aluna, bahkan tak segan menendang dadanya.

"Kau bunuh saja orang tua dan kakak-kakaknya, Edgar. Bisa dipastikan dia akan berteriak-teriak marah padamu," sahut Alejandro menghentikan tindakan Edgar. Alejandro dan Carel sudah dibebaskan oleh anak buah Edgar, yah.. Walau keadaannya buruk, lebam sana lebam sini. Apalagi Alejandro.

"Ah iya, kau benar, Andro." Edgar menghempaskan Aluna hingga tersungkur. Mata Aluna menatap pamannya tajam. Itu justru membuat Edgar dan Alejandro terkekeh. Sedang Carel hanya menatapnya diam.

Dengan santai, Edgar memainkan pistol ditangannya. "Apa kau mau melihat sebuah drama, Carelku?"

"Yeah, Sayang."

Tidak, Aluna tidak salah lihat. Ingin rasanya dia menangis keras. Apa ini? Carel ...gay? Oh, no! Apa yang sudah dia lakukan, bertunangan dengan pria belok?

"Hiks, k-kau belok?"

"Yeah, dia pacarku. Apa kau merasa sakit dan kecewa, Aluna?" ketus Edgar.

"4nj1ng! Hiks, bisa-bisanya aku bertunangan denganmu? Dengan pria yang menyukai batang? Ya, Tuhan. Menyedihkan sekali diriku ini. Menjijikkan sekali, iwyuhh." Saking merasa jijik dan gelinya Aluna, keningnya sampai mengkerut.

Ototnya saja yang besar, gayanya saja yang so cool, tapi nyatanya? ZONK! Nol besar.

"Sialan, kau!" maki Carel mendengkus.

"Sudahlah, Sayang, abaikan saja dia," ujar Edgar mengelus-elus punggung Carel, menenangkan. Aluna menatapnya mual.

Aluna pikir, Carel tidak pernah terlihat bernafsu padanya, itu karena Carel menghargai dan ingin menjaganya. Eh taunya? Dia menyukai sejenis dirinya. Mengingat itu membuatnya geli dan jijik sekaligus.

"Baiklah, Aluna. Aku akan membuatmu menyesal telah menipuku!"

Aluna membelalak melihat kakaknya, Elan, ditendang begitu kuat. Dengan kejamnya, Edgar menusuk dada Elan berkali-kali. Terakhir, Edgar menginjak luka di dada Elan. Elan hanya meringis kesakitan, ingin berteriak tapi tak mampu. Dia sudah sekarat sedari tadi.

DOR!

Aluna dan Rafel yang masih sadar, menatap Elan nanar. Isi kepala Elan berhamburan ke mana-mana. Edgar ...menembak kepala kakaknya dengan kejam.

Melihat Aluna yang hanya diam, tak membuat Edgar puas. Dia mengode beberapa anak buahnya untuk mendekat. Setelah beberapa kali mengangguk dengan mata yang terlihat gembira, anak buah Edgar menarik kasar Liana. Liana jatuh tepat di depan Liana. Liana yang sudah pingsan, sontak bangun secara paksa.

"Jangan macam-macam, Edgar!" peringat Aluna tajam.

Edgar terkekeh. "Hanya satu macam saja, menghancurkanmu!" balasnya menyeringai.

Dengan bajingannya, Edgar ternyata menyuruh 5 orang anak buahnya untuk menggilir Liana secara bersamaan. Teriakan kesakitan dan ampunan Liana tak mereka hiraukan. Bahkan Alejandro, ikut serta melakukan hal kotor itu pada Liana. Rafel sudah menangis pilu sedari tadi, dan Aluna menatap pemandangan kotor di depannya sakit.

Setelah para bajingan itu puas, Edgar langsung membakar Liana. Kejam. Aluna sampai memaki-maki Edgar keras. Itu jelas membuat 3 bajingan itu tertawa senang.

Kemudian Rafel, mereka memaksa Rafel untuk berhubungan badan dengan sesama lelaki. Tidak satu orang, melainkan 10 orang!! Bayangkan itu, jelas sangat melukai Rafel. Edgar pun ikut andil dalam permainan panas itu.

Aluna sudah tidak dapat lagi mengatakan apapun, hanya air mata yang keluar. Mulutnya dilakban oleh Alejandro.

Setelah Rafel mati mengenaskan, kini giliran Gio-ayahnya-yang disiksa. Bahkan, kini tangan dan kaki Gio sudah terpisah dari badannya. 

"Papa ...," lirihnya sendu. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya dimutilasi. Ayahnya, cinta pertamanya. Aluna menunduk, bahunya bergetar, matanya sudah memerah dan sembab.

"Kalian ...kejam. Aku akan membalas kalian!!! INGAT ITU! AKU AKAN MEMBALAS KALIAN!"

PLASH!

"Sshht ...."

Aluna merintih sakit saat sebuah pot bunga menghantam kepalanya kuat.

"Seret dia, dan bakar bersama keluarganya!" perintah Edgar dingin.

Api panas itu ...membakar kulitnya. Tidak pernah terbayangkan jika akhir keluarganya akan seperti ini. Hidupnya terlalu bahagia, sampai dia tak sempat memikirkan hal buruk yang akan terjadi pada keluarganya.

Harta, semua ini karna harta, karena hartalah Alejandro menghianati keluarganya sendiri. Dan soal Edgar, Aluna hanya menyelamatkan nyawa manusia-manusia tak bersalah. Edgarlah yang gila. Menjadikan nyawa manusia sebagai benda yang diperdagangkan! Benar-benar gila!

"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Alejandro, Carel, Edgar. Aku pasti akan membalas rasa sakit ini!!" – Aluna Chelonia.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ Author Zee.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status