Share

Bab 4

Author: Sunshine
Saat Alvaro tiba di depan rumah, Siti menyadari Alvaro yang berada di belakangnya.

“Kau masih belum puas?”

“Percayalah, aku sama sekali nggak ingin bertemu denganmu hari ini,” balas Alvaro.

Siti keluar dan menghalangi jalannya, lalu berkata, “Jadi, apaan ini? Apa kau kemari supaya aku teringat akan kesalahan terbesar dalam hidupku?”

“Kesalahan?” tanya Alvaro dengan dingin.

“Aku juga berpikir demikian. Kau kira aku senang saat bangun dan menyadari diriku telah membuang waktu dengan wanita separah kau?”

“Parah?” Mata Siti penuh dengan kemarahan.

“Kau hanya marah karena aku benar. Kau cuman pecundang yang mata duitan,” kata Siti menyindir lagi.

Alvaro pun tertawa marah dan menggelengkan kepalanya.

“Kau gila. Aku nggak butuh apa pun darimu, terutama uangmu.”

Siti lebih mendekat dan jarinya menunjuk udara di antara mereka.

“Lalu apa maumu? Kau mau hancurkan hidupku?”

“Bukan! Aku ke sini bukan untuk hancurkan apa pun.” Alvaro bertatapan dengan Siti dan berkata, “Aku datang untuk menemui tunanganku.”

“Tunanganmu? Kau punya tunangan?” Siti kaget.

“Aku ke sini untuk menemui Siti Sarjono di alamat ini.” Alvaro sudah kehabisan kesabaran.

“Aku bukan mencarimu. Jadi, kalau kau bisa bantu, panggillah dia. Lalu, aku bakal pergi secepatnya.”

'Apa?!'

Siti membeku dan ekspresi kagetnya berubah menjadi ekspresi sadar.

“Sebentar … Kau ke sini untuk cari Siti Sarjono?”

Alvaro menjawab dengan dingin, “Iya, bisakah kau panggilkan dia? Aku nggak ada waktu bermain denganmu.”

Siti menggigit bibirnya dan berusaha menutupi kebingungan yang berkecambuk dalam hatinya.

“Nggak perlu panggil lagi. Aku … aku adalah Siti Sarjono.”

Mereka berdiri di sana dan saling menatap dalam kesunyian.

Lalu, ada suara yang terdengar dari dalam rumah, “Alvaro Leondra.”

Seorang lelaki tua keluar dengan tersenyum lebar.

“Guru memberi tahuku bahwa kau bakal datang hari ini. Kenapa kau masih di luar?”

“Kakek,” sapa Siti.

Budi Sarjono, si lelaki tua mendekati mereka dengan mata yang berbinar senang.

Saat melihat mereka, Budi tersenyum lebih lebar karena dia telah lama mendambakan momen ini.

“Jadi, kau sudah pernah bertemu Alvaro, tunanganmu? Aku senang kalian berdua saling mengenal.”

Siti langsung menyangkalnya, “Kami nggak kenal …”

“Siti, panggil orang tuamu.” Budi memotong pembicaraan Siti.

“Kumpulkan semua orang di aula. Aku mau umumkan, kalian berdua akan nikah hari ini.”

Siti berdiri dengan kaget.

“Impian lamaku akhirnya terkabulkan hari ini,” ucap Budi dengan nada gemetar penuh sukacita.

Budi menghampiri Alvaro dan meraih tangannya.

“Ayo, kita ke aula. Kau bakal bertemu dengan mertuamu.”

Melihat mereka menjauh, Siti merasa nggak percaya dan marah.

Siti telah kehilangan keperawanan karena Alvaro, kini dia harus kehilangan masa depannya juga?

“Ini nggak mungkin terjadi.”

Siti memimpikan tunangan yang luar biasa, seseorang yang layak, yang heroik, bukan sampah seperti Alvaro!

Sebaliknya, kini dia diserahkan pada pria yang bisa saja dia dapatkan dari jalanan.

Sebagai direktur Grup Sarjono yang terkenal akan kecantikan dan masa depannya yang cemerlang, mana boleh dia nikah dengan pria seperti ini?

Orang-orang bakal mengejeknya nanti.

“Nggak boleh.” Siti sudah membuat keputusan, “Apa pun bayarannya, aku akan menghentikan pernikahan ini.”

Budi membawa Alvaro duduk di kursi terhormat di aula.

“Gimana kabar Guru?”

“Setelah seratus tahun, dia masih sehat,” balas Alvaro.

“Kau muda, sukses dan rendah hati. Aku beruntung bisa dapat cucu menantu sepertimu. Siti orangnya baik, tolong beri dia kesempatan untuk mengenalmu.”

Alvaro mengangguk dengan sopan, tapi dia meragukan kemungkinan itu.

Siti tampaknya nggak menginginkan kesempatan ini.

“Bagus sekali, bagus …” Budi tertawa dengan girang.

Tapi, dia disela oleh suara marah.

“Kau gila ya? Siti nggak boleh nikah dengannya!”

Leni Sarjono, istri Budi masuk ke aula dengan marah.

Dia diapit oleh kedua putra dan dua menantunya, dengan Siti yang ikut di belakangnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
johans alexander anakotta
sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 476

    Farida benci diremehkan. Namun hari ini, rasanya seperti semua orang berkumpul hanya untuk menginjak-injak harga dirinya.Orang-orang asing pun ikut menunjuk ke arah Alvaro, seolah-olah dia seorang badut."Lihat pria itu?" Seorang perempuan mengejek dengan lantang, "Itu Alvaro si dungu. Hitungan dasar saja dia nggak paham, apalagi yang rumit."Perempuan itu menoleh pada anak lelakinya dan menunjuk ke arah Alvaro."Kau tahu apa jadinya kalau kau sebodoh itu? Jadi anjing berkulit manusia. Sama seperti dia."Anak itu mengerutkan kening. "Tapi, aku dengar dia sudah bukan anjingnya Keluarga Hermaris lagi?""Memang." Perempuan itu menyahut, suaranya penuh ejekan. "Terus bebas untuk apa? Jadi tukang kebun di PT Nirwana? Itu cuma seperti tukang bersih-bersih.""Cuma metik daun. Dan lihat ibu mertuanya, datang ke sini teriak-teriak soal utang yang nggak bisa dibayar. Mau jadi seperti dia? Atau punya mertua seperti itu?"Wajah Farida memerah.Rasanya panas, malu, marah, dan jijik seakan-akan ses

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 475

    Alvaro berjalan melewati si pembunuh bayaran itu seolah-olah dia tidak ada. Dia terus melangkah menuju restoran. Tenang, mantap, dan sama sekali tidak tersentuh, seakan-akan tidak terjadi apa pun.Pembunuh itu melakukan hal yang sama, melintas begitu saja seolah-olah tidak terjadi apa pun, tetapi keringat membasahi tubuhnya. Tangannya masih bergetar karena apa yang baru dia lakukan.Beberapa detik sebelumnya, dia berniat menusukkan pisau itu tepat ke jantung Alvaro.Namun, pisau itu tersentak ke belakang seperti ditarik kekuatan tak kasatmata, dan dia malah menusuk dirinya sendiri. Dalam, tepat di bahu, dan hampir membelah separuh lengannya.Pembunuh itu langsung kabur.Sambil berlari, dia membalut lukanya seadanya, darah merembes menembus lengan bajunya. Dia tersandung masuk ke mobil terbangnya, membanting pintu, lalu melesat ke langit.Namun, dia tidak sendirian.Sebuah mobil terbang lain naik tepat di belakangnya, membuntutinya dengan gerakan mulus dan terukur.Pesan suara berderak

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 474

    Alvaro tertegun sejenak. Dia tidak percaya wanita ini masih berani mengejeknya.Dia mengangguk pelan. "Tentu saja. Tentu saja."Anita menoleh dengan senyum kemenangan, yakin kalau ejekannya akhirnya bisa membuat Alvaro diam. Dalam benaknya, Alvaro masih sama seperti waktu dia menjadi anjing Keluarga Hermaris yang menyedihkan, galak saat menggonggong tetapi mundur saat dibentak."Pak Erlangga," kata Alvaro tiba-tiba. "Apa kau tahu kalau Bu Anita ini temanku?"Erlangga mengerjap, terkejut. "Bu Anita ... kau temannya Pak Alvaro?""Iya! Iya!" seru Anita, hampir terbata-bata. "Alvaro dan aku sudah berteman baik selama tiga tahun!"Hanya itu yang perlu didengar Erlangga."Baiklah ... mulai hari ini," seru Erlangga tanpa ragu sedikit pun, "kau akan mengambil alih posisi manajer umum untuk seluruh Istana Ambar."Itu lompatan besar, empat tingkat jabatan dalam satu langkah. Gaji, tunjangan, dan wewenang seorang manajer umum berada di tingkat yang sama sekali berbeda. Mereka bisa mengendalikan s

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 473

    Para penjaga mulai mendekati Alvaro, tetapi dia tidak gentar. Ekspresinya tetap dingin."Anita Tarigan," kata Alvaro, tenang dan tegas. "Aku nggak pernah menghinamu. Aku nggak pernah menyinggungmu. Jadi kenapa kau terus mengejekku?"Anita melipat tangannya di dada, dagunya terangkat tinggi. Nada suaranya dipenuhi penghinaan."Kau menceraikan Karina, sahabatku, dan menikahi Shafira Adler. Tentu saja aku membencimu. Terus kenapa?" Dia sedikit mencondongkan tubuhnya. "Kau nggak tahan kalau ada yang nggak suka padamu? Dasar pecundang menyedihkan! Sekarang kau berani datang ke sini untuk minta bantuanku? Kau pikir kau siapa?"Seruan sinisnya menajam."Kudengar Keluarga Drusilla akhirnya mengakuimu. Kudengar kau berkeliaran meminta properti leluhurmu dikembalikan. Maaf, tapi aku harus mengatakan ini, restoran ini nggak pernah jadi milik Keluarga Klaudius. Kau salah tempat."Lalu, suara Anita melengking seperti lecutan cambuk. "Satpam! Hajar dia, lalu bawa dia ke Keluarga Hermaris!"Para Satp

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 472

    Alvaro Klaudius menatap Baron Randi dengan ekspresi dingin dan hampa."Ketika Keluarga Klaudius disergap malam itu," kata Alvaro pelan, "para bangsawan menyerang kami seperti serigala. Mereka mengoyak semua orang. Seluruh keluargaku tewas ... kecuali ayahku. Semua milik kami dirampas, diambil oleh siapa pun yang datang paling cepat dalam kekacauan itu.""Tapi hukumnya jelas. Siapa pun yang menjarah apa pun, setiap bisnis yang terkait dengan garis keturunan Keluarga Klaudius tetap milik Keluarga Klaudius. Kalau keluarga itu sudah tidak memiliki ahli waris, barulah nama pemegang hak miliknya bisa diubah ... dan itu pun butuh waktu 100 tahun."Alvaro melangkah mendekat, "Jadi ya, Baron Randi, kau diizinkan menggunakannya. Tapi hak itu berakhir hari ini.""Aku, Alvaro Klaudius, pewaris yang sah, merebut kembali properti ini sekarang. Butik Perhiasan Royal Rusila adalah milik Adipati Klaudius. Dari dulu sampai sekarang."Seberkas cahaya biru tiba-tiba berkelebat dari gelang Alvaro. Sebuah d

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 471

    Dua satpam android meluncur ke arah Alvaro. "Pak, kau diminta untuk meninggalkan toko," kata salah satu satpam dengan suara sintetisnya yang tenang.Alvaro berbalik perlahan. "Apa sebenarnya kesalahanku? Aku mau periksa cincin itu sebelum membelinya. Apa salah kalau aku pastikan barang yang kubeli itu asli?"Android itu berhenti sejenak, memproses kata-katanya. Matanya berkedip-kedip dengan cepat. "Mohon maaf, Pak. Telah terjadi kesalahan di pihak kami, silakan lanjutkan pembelianmu."Para android itu kembali ke pos mereka.Alvaro melirik Dahlia dan tersenyum tipis. "Nah, sepertinya bahkan para satpammu setuju denganku."Wajah Dahlia memerah karena marah. "Satpam, seret orang ini keluar dari tokoku!"Para android itu berbalik lagi, tetapi salah satu dari mereka ragu-ragu."Supervisor Dahlia." katanya. "Setelah meninjau interaksi tadi, menurutku orang ini adalah pelanggan yang sopan dan terhormat. Mohon izinkan dia memeriksa cincin itu. Aku yakin pria yang baik dan tampan ini berniat me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status