Share

Bab 3

Penulis: Sunshine
“Tuan Muda, putri tunggalku sakit sejak lahir. Kini kondisinya makin parah.”

Febrian berkata dengan mata yang penuh kesedihan, “Dia setiap hari kesakitan. Aku sudah cari semua dokter, menghabiskan banyak uang dan mencoba segala cara. Tapi, semuanya nggak berguna. Dia malah makin parah. Tolong selamatkan dia. Aku akan lakukan apa pun untuk membalas budimu.”

Alvaro menatapnya dengan tenang dan berkata, “Aku akan bertemu dengan putrimu besok.”

Feberian tercengang.

Dia sama sekali nggak nyangka Alvaro bakal setuju membantunya semudah itu.

Dia meraih tangan Alvaro dan memberi hormat padanya, “Makasih, Tuan!”

Bisikannya penuh dengan beban perasaan yang tak terucapkan.

Sebelumnya, Febrian nggak nyangka dia beruntung banget, saat dengar pemimpinnya bilang mengenai kunjungan Alvaro ke Kota Vilego.

Febrian nggak sepenuhnya tahu siapa itu Alvaro.

Tapi, dia tahu bahwa pemimpinnya pun harus bersujud pada Alvaro.

Kalau Alvaro murka, jutaan nyawa bakal lenyap.

Tapi kalau dia puas, orang mati pun bisa hidup kembali!

Sebagai ketua Organisasi Kujaya di Kota Vilego, Febrian pernah mendengar beberapa rumor.

Mengenai tokoh berstatus tinggi yang dikenal sebagai “Tangan Dewa”, murid dari Sang Bijak Abadi.

Bahkan yang sekarat pun bisa disembuhkan dengan sentuhannya.

Jadi, dia melakukan semua upaya untuk memastikan Alvaro merasa puas.

“Tuan Muda.” Febrian melanjutkan, “Aku dengar Anda sedang menjalankan misi penting. Beri tahu aku, apa ada yang bisa kubantu. Di Kota Vilego, nggak ada yang mustahil bagimu. Bahkan pemerintah pun akan melakukan semua perintahmu.”

“Aku memang perlu bantuanmu,” ucap Alvaro.

Dia punya tiga misi penting.

“Carikan seseorang.”

“Aku nggak tahu namanya dan nggak punya fotonya. Aku cuma tahu panggilannya. Mereka memanggilnya “Jo”.”

Waktu masih muda, Alvaro melarikan diri dari bahaya dan akhirnya terdampar di jalanan Kota Vilego.

Orang yang dijuluki Jo adalah orang yang telah membantunya.

Alvaro perlu mencarinya untuk membalas budinya.

“Akan kujalankan dengan sepenuh hati.” Febrian membungkuk dengan patuh.

“Apa itu saja?”

Alvaro mengangguk.

Dia punya dua misi lainnya, yaitu bertemu dengan tunangannya dan mencari tahu asal-usulnya sendiri.

Tapi Febrian nggak perlu terlibat dalam misi kedua itu.

Mengenai misi terakhir, hal itu hanya bisa dilaksanakan setelah menemukan Jo.

“Tuan Muda.” Febrian mulai berbicara dengan hati-hati, “Saat anggota Organisasi Kujaya datang, aku ditugaskan adakan perjamuan, undang kaum elit, pebisnis, artis dan politisi di Kota Vilego. Aku juga sudah siapkan …”

Febrian melihat wajah Alvaro sambil menjelaskan. Tapi begitu dia meilihat Alvaro mengerutkan alisnya, dia segera merubah perkataanya, “Tapi karena Anda sedang menyamar, Anda pasti lebih suka batalkan perjamuannya, kan?”

Alvaro mengangguk sambil tersenyum.

“Kalau gitu aku segera batalkan.” Febrian segera merespon.

“Ingat, nggak usah buat keributan,” perintah Alvaro.

Febrian mengangguk setuju.

Dia mengerti kenapa Alvaro perlu merahasiakan identitasnya.

Alvaro adalah pria dengan julukan “Tangan Dewa”.

Dari seribu pasien yang disentuhnya, semuanya sembuh.

Dia juga merupakan murid dari Sang Bijak Abadi, yang bisa menghidupkan kembali orang mati dalam sekejap mata.

Kalau Alvaro mengungkapkan identitasnya, semua orang di dunia bakal mengelilinginya dan dia nggak bakal hidup tenang.

Setelah berpisah dengan Febrian, Alvaro keluar dari hotel dan memanggil taksi, lalu memberinya sebuah alamat.

Dia harus menemui tunangannya.

Gurunya bilang, wanita ini adalah takdirnya yang tertulis di Catatan Akari dan dia juga merupakan kunci bagi Alvaro untuk menemukan ibunya di masa depan.

Satu jam kemudian, Alvaro tiba di Jalan Panjaitan, bagian barat Kota Vilego. Di sana merupakan kawasan elit dengan pemandangan laut dan gunung, serta properti bernilai miliaran rupiah.

Saat dia hendak menekan bel, sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya.

Pengemudinya keluar dan mereka saling bertatapan.

Keduanya pun kaget dan berkata dengan serentak, “Kau!”

"Ngapain kau kemari?” seru mereka berdua bersamaan.

Siti menyipitkan matanya dan berkata, “Jangan-jangan kau menguntitku?”

Alvaro mengangkat sebelah alisnya dan berkata, “Menguntitmu? Ngapain aku menguntitmu? Aku punya banyak kerjaan.”

“Banyak sekali alasannya,” balas Siti sambil menyilangkan tangannya.

“Aku rasa kau ke sini untuk minta uang. Harusnya aku tahu kau bakal serendah itu.”

“Uang? Aku nggak perlu belas kasihanmu,” balas Alvaro.

“Aku ke sini karena ada hal yang penting.”

Siti nggak percaya perkataan Alvaro, lalu menyindirnya, “Masih mau nipu lagi? Demi nikah sama orang kaya?”

“Kau kira aku mengincar uangmu?” balas Alvaro dengan dingin. “Kalau gitu, kau salah total. Aku nggak menginginkan apa-apa darimu.”

“Bagus!” bentak Siti yang mulai emosi.

“Karena aku nggak punya apa-apa untuk diberikan, terutama untukmu!” ucap Siti.

Alex mengerutkan keningnya.

Kalau bukan karena pertolongannya, Siti mungkin sudah disiksa oleh seseorang, ataupun lebih parah lagi, mati di selangkangan b*jingan.

Siti memelototinya sekali lagi sebelum menjalankan mobilnya melalui pintu gerbang otomatis dan meninggalkan Alvaro sendirian di jalan.

Alvaro mengecek alamatnya sekali lagi.

Ini memang rumah tunangannya yang diatur oleh gurunya, Sang Bijak Abadi.

Dia pun nggak punya pilihan lain dan maju untuk menemui tunangannya.

Alvaro masih nggak tahu apakah Siti adalah tunangannya.

Rumah besar itu berdiri gagah di depannya, tampak megah dan mengagumkan.

Tunangannya mungkin saja saudara Siti.

Teringat akan malam bersama saudara tunangannya, Alvaro merenung sambil tersenyum pahit, “Hebat sekali, semuanya jadi makin parah.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 50

    "Abaikan saja dia," kata Siti, suasana hatinya sudah memburuk.Dia baru menyadari bahwa dia tidak akan pernah mengerti pria berengsek itu. "Perjamuan sudah mau dimulai. Ayo kita cari tempat duduk kita."Perjamuan diatur dengan meja bundar, masing-masing meja bisa ditempati 6 tamu.Semakin dekat mejanya ke depan, semakin penting tamu itu.Yang mengejutkan Siti dan Lora adalah ketika mereka memeriksa kartu undangan mereka, ternyata mereka ditempatkan di bagian paling depan, meja VIP."Candra, ayahmu benar-benar berusaha keras untuk berikan kita undangan terbaik ya," kata Siti.Candra tampak bangga. "Tentu saja, Ayahku sangat penting bagi Keluarga Kusuma. Itulah makanya kubilang jangan khawatir tentang kemitraan ini. Kau pasti bisa dapat."Ketika mereka bergerak ke depan, mereka terkejut mendapati Jasmin dan Alvaro sudah duduk di meja mereka sambil tertawa dan berbicara dengan akrab."Alvaro," Candra mendekat, kekesalan terdengar jelas dalam suaranya. "Apa kau tahu meja ini hanya disediak

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 49

    Lora, yang berdiri di samping Candra tiba-tiba menimpali, "Candra, pernikahanmu besok loh. Kau jangan terus goda semua cewek dong."Candra mengerutkan kening dan menatapnya dengan tatapan kesal. "Sejak kapan bersikap baik adalah sebuah kejahatan?""Baik? Kau bersikap baik atau jadi bajingan?" balas Lora yang dengan tegas berpihak pada Siti."Oke," gumam Candra. Dia tahu trik liciknya itu tidak berhasil. Dia lalu kembali menoleh ke arah Jasmin."Cantik sekali," serunya sambil tersenyum. "Gimana kalau kau bergabung dengan kami? Pria itu nggak layak mendapatkan perhatianmu. Dia hanya akan mencoba menipu uangmu."Jasmin dengan lembut menyentuh dagu Alvaro dan tersenyum."Oh, Alvaro," katanya lirih. "Yang aku miliki hanyalah uang. Kalau itu satu-satunya alasan kau mau perhatikan aku, sebutkan saja kau butuh berapa. Aku punya 1,6 triliun sekarang. Kalau itu nggak cukup, bilang saja. Aku masih punya lebih banyak lagi di rumah.""Nona," Candra menyela tiba-tiba, berusaha terdengar ramah."Kau

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 48

    Siti hanya ingin bertanya kepada Alvaro tentang identitas aslinya dengan sopan, seperti yang disarankan kakeknya.Dia baru sadar bahwa dia telah berprasangka buruk terhadap Alvaro sejak awal, tidak pernah memberinya kesempatan.Mungkin masih ada sesuatu yang bisa diselamatkan.Tapi apa Alvaro harus persulit semua ini?"Alvaro, aku mengerti kau membenciku karena menceraikanmu, dan sekarang kau memamerkan pasangan barumu untuk buat aku marah. Tapi apa kau sadar bahwa inilah alasanku meninggalkanmu?" Siti berterus terang."Jadi ini kesalahanku?" Alvaro mengangkat alisnya berpura-pura tidak tahu."Aku sudah memberimu banyak kesempatan untuk menebus kesalahanmu, tapi kau terlalu bodoh untuk mengerti!" bentaknya, kesabarannya mulai menipis."Kesempatan?" Alvaro tampak benar-benar bingung sekarang."Apa kau masih nggak ngerti? Aku sudah mencoba bicara denganmu secara pribadi, tapi kau malah memamerkan egomu dan memperparah segalanya." Nada bicara Siti sangat dingin. Harga dirinya sebagai CEO

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 47

    Saat itu malam hari di Klub Hiana, klub paling eksklusif di Kota Vilego, tempat di mana hanya orang-orang kaya yang berbaur.Bangunannya menyerupai kubah kaca kolosal, menampilkan kemegahan langit malam, meskipun pemandangannya dapat disesuaikan dengan tema yang diinginkan.Malam ini, gedung tersebut diubah sesuai tema "Perkumpulan Kerajaan," dengan meniru perjamuan untuk merayakan raja, ratu, dan putri yang tampil di depan umum untuk pertama kalinya.Dekorasinya klasik namun elegan, dihiasi dengan patung-patung yang terinspirasi dari zaman kuno, memancarkan aura keagungan.Para tamu tampak mulai berdatangan, berjalan-jalan di taman sembari mengagumi air mancur serta dekorasi yang indah.Pada saat ini, sebuah Mercedes hitam berhenti di depan pintu masuk, di mana karpet merah telah menanti.Seorang wanita cantik dengan gaun malam yang elegan pun melangkah keluar dan langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, seorang wanita lain yang tak kalah cantiknya tiba dan lagi-lagi

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 46

    Alvaro duduk di sebuah meja kafe, pikirannya melayang-layang saat serpihan-serpihan ingatannya mulai terkuak.Dia tidak dapat mengingat wajah ibunya, tapi dia ingat medali yang diberikan ibunya."Alvaro, kalau kau tersesat, gunakan medali ini untuk temukan jalan pulang." Suaranya terdengar mendesak dan penuh dengan peringatan.Dia ingat ibu menyuruhnya bersembunyi karena ada yang mengejar mereka. Tapi siapa? Dia tidak bisa mengingatnya.Ingatan berikutnya adalah saat dia terbangun di panti asuhan, medali itu sudah hilang dari tangannya.Ini pasti ingatannya sebelum dia berakhir di sana.Sambil menyentuh permukaan medali yang dingin, Alvaro tahu bahwa dia harus melacak dari medali ini untuk menemukan ibunya dan merebut kembali masa lalunya.Tiba-tiba teleponnya berdering."Alvaro," suara Jasmin terdengar lembut namun tegang."Ya?""Bisakah kau membantuku dengan menemaniku ke acara perjamuanku?"Alvaro ingin menolak, tapi dia teringat janjinya kepada Budi, yaitu untuk bantu Keluarga Sarj

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 45

    "Alvaro, ini surat cerai yang sudah disiapkan Siti. Kau tinggal tanda tangan saja," kata Lora sambil meletakkan dokumen-dokumen itu di atas meja kafe."Di mana Siti?" Alvaro bertanya, matanya tertuju pada Lora.Terlepas dari kecantikannya yang tak terbantahkan, setiap kata yang diucapkannya mengandung racun."Dia sedang sibuk transfer uang. Dengar, Alvaro," Lora mencondongkan tubuhnya, suaranya sedingin es."Mumpung aku masih bersikap sopan, mending cepat tanda tangan dan akhiri semua ini. Kau nggak bisa terus menipunya. Demi Tuhan, lepaskan dia!"Alvaro menghela napas. Satu-satunya alasannya menikahi Siti adalah untuk menemukan petunjuk tentang ibunya dan untuk menghormati keinginan gurunya."Kalau dia mau cerai, dia harus bilang padaku sendiri," jawabnya dengan tenang.Lora menggelengkan kepalanya. "Aku tahu kau nggak senang dengan hal ini, tapi terimalah. Kau nggak pantas bersamanya. Jangan mempersulitnya. Tanda tangani saja surat cerainya." Alvaro menyilangkan tangannya. Dia tentu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status