Share

Bab 5

Author: Sunshine
“Budi, kenapa kau nikahkan Siti, cucu tercantik kita pada pria miskin itu? Otak kau rusak atau gimana?”

Leni makin emosi.

“Cucu cantikku nggak boleh menikah sama orang miskin. Dia akan menikah dengan Candra Rolando yang kaya, berkuasa dan bisa menjamin masa depan keluarga kita.”

“Candra Rolando?” Budi mengerutkan keningnya.

'Cowok nakal yang munafik itu?'

“Kau nggak kenal Jefri Rolando?” bentak Leni.

“Dia kerja di bawah Febrian Kusuma yang menguasai Kota Vilego. Candra adalah putra satu-satunya. Kalau bisa nikah dengannya, itu sama dengan bergabung dengan Keluarga Kusuma.”

Orang tua Siti juga mamandang Alvaro dengan kerutan ketidakpuasan di wajah mereka.

Alvaro memakai kemeja biasa yang sering dipakai oleh orang kelas menengah ke bawah, beserta sepatu murah dan kuno yang biasa dijual di jalan. Nggak ada satu hal darinya yang terkesan kaya.

Kalau Candra adalah orang kaya muda yang punya perusahaan, Alvaro mungkin adalah petugas kebersihan dengan upah terendah.

Membayangkan putri mereka bakal menikah dengan pecundang ini langsung membuat mereka sangat emosi.

“Nggak bisa.” Fiona Sarjono, ibu Siti berbisik, “Aku nggak bakal setuju. Nanti teman-temanku bakal ejek aku! Pria ini bakal mencoreng reputasiku."

“Ayah.” Jason Sarjono, ayah Siti berbicara, “Ibu benar. Gimana kalau kita biarkan Siti yang tentukan masa depannya?”

“Kakek, aku belum mau nikah.” Siti segera berbicara.

Budi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku belum mati. Jadi keputusanku tetap berlaku.”

“Budi!”

Keputusasaan Leni berubah menjadi kemarahan.

“Bayangkan kalau keluarga kita punya ikatan dengan Kusuma! Bahkan setelah kau mati, keluarga kita akan tetap sejahtera. Apa kau nggak peduli sama keturunanmu? Mana boleh kau hancurkan marga Sarjono demi pecundang itu!”

“Siti nggak akan nikah dengannya!” Leni bersikeras, “Ini semua demi masa depan Keluarga Sarjono!”

“Leni, kau nggak tahu apa-apa!”

Budi menatap istrinya dan semua orang di sana, “Alvaro adalah orang yang kupilih. Lebih baik kau diam dan berhenti berkomentar sebelum kau mengenalnya.”

“Aku nggak setuju!” Leni meneriakkan keputusannya.

Jelas-jelas ada seorang pria bernama Candra Rolando yang kaya dan menjanjikan. Dia adalah orang yang bisa membawakan kejayaan dan kekayaan yang nggak terbatas bagi Keluarga Sarjono.

Namun, suaminya malah abaikan Candra dan memilih perlakukan sampah ini seperti pusaka!

Dia pasti sudah terlalu tua dan gila!

“Leni, apa kau mau aku ceraikan kau?”

Mendengar ini, wajah Leni jadi pucat.

“Kalian semua dengar ya, aku masih kepala Keluarga Sarjono,” ucap Budi.

“Siti, kau akan nikah dengan Alvaro hari ini. Kau bakal berterima kasih atas keputusanku suatu hari nanti!”

Dari nada suaranya, semua orang tahu nggak ada gunanya berdebat lagi.

Bahkan Siti pun menarik napas panjang dan menerima nasibnya.

Mereka semua tahu bahwa Budi kadang akan bersikap kasar dan nggak akan menoleransi sikap nggak hormat.

Dalam waktu sekitar satu setengah jam dan dalam situasi yang canggung, Siti dan Alvaro akhirnya berhasil menandatangani semua dokumen dan mendapatkan surat nikah dari pengadilan agama.

Cuman Budi yang tersenyum lebar saat melihat surat nikah tersebut.

Alvaro Leondra yang hebat akhirnya menjadi cucu menantunya.

Dia akan membanggakannya pada semua kenalannya yang ada di Organisasi Kujaya, biar mereka iri.

Sementara itu, Siti masih kecewa karena telah menikah dengan pria nggak berguna.

‘Dia boleh nikah denganku, tapi jangan harap bisa dapat tubuhku!’ teriak Siti dalam hati.

Teringat pecundang itu telah mendapatkan tubuhnya, Siti segera menambahkan, ‘Dia nggak bakal dapat hatiku dan uangku.’

“Siti.” Budi berbalik menatapnya dan berkata, “Bantu dia beradaptasi dengan kehidupan di Kota Vilego. Tunjukkan padanya tempat yang biasa kau kunjungi sama teman-temanmu.”

Hal pertama yang dipikirkan Siti saat membuat surat nikah adalah merahasiakan semuanya, tapi kakeknya malah mau memamerkannya.

Tiba-tiba ide jahil muncul di benaknya.

“Baik, Kakek. Aku bakal bantu dia 'beradaptasi'.”

Dia bakal tunjukkan pada Alvaro, betapa nggak layaknya dia jadi suaminya, agar dia segera melepaskannya.

Alvaro menghela napas.

Dia nggak suka memaksa orang, tapi nasib ibunya sepertinya berada di tangan wanita ini. Jadi, dia harus melanjutkannya.

“Bergembiralah sedikit, oke? Ini bukan kiamat,” katanya menghibur.

Siti mengerutkan keningnya dan berkata, “Menikahimu, si pembual terbesar di dunia, sama dengan kiamat bagiku!”

“Jujur saja, aku nggak membual …”

“Iya, benar. Kau itu pecundang, pengangguran dan nggak berguna!”

“Nggak! Aku nggak gitu.” Alvaro membantah.

“Aku punya pekerjaan. Aku seorang dokter dengan julukan Tangan Dewa.”

“Oh, teruslah membual. Kau beneran nggak tahu malu,” maki Siti.

“Dengar ya, aku bawa kau jalan-jalan karena permintaan Kakek, tapi jangan harap pernikahan ini bisa berhasil. Berhentilah bermimpi!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Auliya Saraya
Kalo modelan cewe dan keluarganya begini mah mending cowonya ga usah sama modelan yg mata duitan begini
goodnovel comment avatar
Arman MSi
ceritanya semakin menantang nih...
goodnovel comment avatar
Hedi Rachdiana
NOVEL² TENTANG FANTASI JAGOAN, CERITA TENTANG CEO, KOK CERITANYA MIRIP BEGINI...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 389

    Alvaro bisa saja membunuh para preman itu tanpa bersusah payah, tapi dia datang ke sini bukan untuk mereka.Dia membutuhkan Marwan, dan masih ada hal-hal lain yang tidak dia ketahui. Jadi, alih-alih terpancing, dia duduk di lantai, kakinya terentang, setenang batu.Para preman itu melirik ke arahnya, mengamatinya, lalu mengabaikannya.Perhatian mereka beralih ke rekan-rekan Marwan lainnya, entah itu para pengawal, klien, atau siapa pun mereka.Tujuh dari mereka dipaksa berlutut. Alvaro tetap di sudut, diam memperhatikan.Pria tua itu mengalihkan pandangannya ke Marwan, bibirnya melengkung membentuk seringai kejam."Hei, berandal. Bukankah kau bertingkah sangat arogan tadi? Merampas wanitaku? Mengancam akan mematahkan lenganku?"Dia melemparkan pentungannya ke lantai di depan Marwan. "Nah, ini kesempatanmu. Lakukan. Patahkan lenganku."Marwan memaksakan senyum lemah. "Itu salah paham. Dia melirikku sebentar, jadi aku lupa dia sedang bersama siapa. Aku bodoh.""Bagaimana kalau begini, ak

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 388

    "Tembak dia!" Suara-suara berkumandang, senjata diacungkan ke segala arah."Siapa pun yang membunuhnya akan mendapatkan uangnya!"Puluhan senjata berayun ke arah Alvaro. Namun, saat peluru beterbangan, kekacauan melanda kerumunan."Berhenti menembak! Kalian menembaki anak buah kalian sendiri!" teriak seseorang, tepat sebelum peluru nyasar menembus dadanya.Tembakan menderu dari segala arah, peluru-peluru memelesat ke sasaran yang salah.Alvaro bergerak bagai hantu, meliuk-liuk di tengah badai.Setiap tebasan, setiap langkah menghindar, amarah mereka berbalik menyerang diri mereka sendiri.Pedang-pedang meleset darinya dan menebas sekutu. Peluru-peluru mengoyak tubuh-tubuh yang seharusnya menjadi rekan.Semakin mereka bertarung, semakin mereka saling menghancurkan.Orang-orang berjatuhan di tempat mereka berdiri, beberapa mencengkeram luka, yang lain jatuh tak bernyawa dengan tembakan tepat di kepala.Keadaan berubah menjadi kekacauan. Darah, jeritan, dan tembakan kawan sendiri mengubah

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 387

    Keesokan paginya, Alvaro duduk menonton berita, matanya menyipit saat pembawa berita melaporkan kerusuhan yang mengguncang Kota Raspadi.Semua orang membicarakan Julian.Mereka bilang dia telah berubah setelah kematian putranya dan cedera yang dialami istrinya.Sekarang dia sedang "bersih-bersih rumah", membasmi para pejabat korup yang berusaha menjatuhkannya.Spekulasi menyebar seperti api.Untuk menjawab panggilan Julian, para loyalis lama, yaitu orang-orang yang pernah berjuang bersamanya dalam pemberontakan untuk menggulingkan gubernur tiran, bangkit kembali.Kota Raspadi sedang menyaksikan badai, Julian mempererat cengkeramannya pada kekuasaan."Alvaro! Alvaro! Ada sesuatu yang terjadi!"Suara Joselin terdengar tajam dan mendesak saat dia bergegas menuruni tangga.Hari sudah siang, tetapi dia baru saja keluar dari kamarnya. Dia belum pernah bangun setelat ini sebelumnya."Ada apa?" tanya Alvaro, perutnya menegang."Ada ... sesuatu di dalam diriku." Dia menunjuk perutnya, wajahnya

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 386

    Wajah Kapolres makin memucat."Nggak .... Maksudku, ya! Ya, Anda berani menarik pelatuknya.""Nggak." Julian menghela napas pelan, tampak lelah. "Aku nggak berani. Tahu kenapa?""Saya ... saya nggak tahu, Gubernur. Mohon pencerahannya.""Kali terakhir aku membunuh adalah saat masa pemberontakan 40 tahun lalu. Orang itu adalah pendahuluku, Gubernur kala itu. Aku bersumpah kepada semua orang bahwa darahnya akan menjadi hal terakhir yang kutumpahkan, semuanya demi kedamaian Kota Raspadi."Kapolres mengangguk dengan cepat, berusaha sebaik mungkin agar tidak salah bicara. "Ya, ya, Gubernur. Anda benar. Membunuh itu sia-sia, terutama kalau yang dibunuh adalah saya ....""Tapi aku keliru," tukas Julian, suaranya rendah dan berat."Saat aku menjabat, masyarakat diam-diam menyebutku lemah karena mengabaikan cemooh-cemoohan yang mengarah padaku begitu saja, karena aku nggak menghukum para bajingan yang bertingkah seolah aku buta, seolah aku adalah gubernur payah yang duduk di atas takhta yang ra

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 385

    Bastian F. Pranata adalah Wakil Gubernur Kota Raspadi.Di usia 50, dia masih dianggap muda untuk seorang politisi dan ambisi yang sejak dulu dia pegang tidak pernah luntur. Dia mengincar kursi Gubernur.Namun, mimpi itu tidak pernah terwujud.Julian, sang Gubernur yang tak tergoyahkan, masih memenangkan hati rakyatnya.Setiap kali Bastian mencoba meyakinkan rakyat bahwa Kota Raspadi membutuhkan pemimpin yang lebih muda dan kuat untuk membawa kota mereka maju ke era persenjataan dan teknologi modern daripada bertahan pada konsep agraris yang sudah ketinggalan zaman, mereka selalu mengabaikannya.Hanya para generasi muda yang mau mendengarnya."Wisnu, kau pasti bisa jadi gubernur yang hebat," kata Bastian padanya lagi dan lagi. "Ayahmu sudah tua. Sudah saatnya kau memintanya untuk pensiun."Bastian tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menyulut ambisi Wisnu, membisikkan racun ke telinganya, mendorongnya menuju takhta.Namun, Bastian tahu kebenarannya. Wisnu sama sekali tidak berguna.

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 384

    Alvaro tertegun mendengar ucapan terakhir Lusiana."Dokter!" teriaknya, lalu mendorong Joselin ke depan dokter itu. "Tes darahnya. Sekarang! Mungkin kita masih punya kesempatan!"Sang dokter mengernyit, tampak masih ragu. "Apa Anda yakin?""Nggak," balas Alvaro cepat. "Tapi kalau memang benar mereka keluarga, harapan masih ada. Atau mungkin keajaiban. Kecuali kau punya jalan keluar lain yang lebih baik."Dokter itu melirik ke arah Julian yang sedang mengangis tersedu-sedu, lalu ke arah Lusiana yang sudah tak sadarkan diri.Saat itu juga, dia sadar, mereka sedang berpacu dengan waktu.Ini sama dengan pertaruhan. Berisiko, tetapi layak dicoba."Baiklah," katanya, lalu membawa Joselin ke lab. "Lebih baik mencoba daripada nggak sama sekali."Sementara itu, Alvaro berlutut di samping Lusiana, lalu menggenggam tangannya yang lemas.Kemudian, dia mengalirkan tenaga dalamnya ke tubuh Lusiana, membantu jantungnya untuk tetap bertahan. Saat ini, Julian masih berdiri di sampingnya, air mata tidak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status