Home / Romansa / Alverez / Rahasia di Balik Senyuman

Share

Rahasia di Balik Senyuman

Author: Daffa
last update Last Updated: 2024-12-10 19:55:10

Malam itu, rumah keluarga Wijaya diselimuti kesunyian mewah. Ruang rapat pribadi di lantai atas dipenuhi kehadiran lima saudara kembar dan kedua orang tua mereka, Indra Wijaya dan Maya Wijaya. Keduanya adalah figur yang tak hanya dikenal karena kekayaan dan kekuasaan, tetapi juga kepribadian mereka yang penuh teka-teki. Indra, dengan sikap tegas dan wibawa yang tak terbantahkan, sering terlihat seperti seorang raja di istananya. Sedangkan Maya, dengan senyuman anggun yang selalu menghiasi wajahnya, memiliki mata yang tajam seolah bisa melihat ke dalam jiwa siapa pun.

“Baiklah, kita mulai,” kata Indra sambil mengetuk meja panjang di depan mereka. "Kalian semua tahu bahwa kita sedang dalam proses ekspansi bisnis ke wilayah Timur. Ini akan menjadi langkah besar untuk perusahaan."

Aldo langsung mengangguk. "Saya sudah mempelajari laporan yang Papa berikan. Lokasi baru itu memiliki potensi besar untuk pasar properti mewah."

"Benar," sahut Indra, menatap anak sulungnya dengan bangga. "Tapi ini bukan sekadar tentang bisnis. Ini tentang mempertahankan posisi kita sebagai yang teratas. Dan untuk itu, tidak boleh ada ruang untuk kesalahan."

Mata Indra menyapu kelima putranya, seolah ingin memastikan bahwa mereka semua memahami betapa seriusnya situasi ini.

Namun, Adrian, yang duduk di sudut meja dengan posisi malas, tiba-tiba angkat bicara. "Apa sebenarnya yang kita lawan, Pa? Kenapa Papa selalu terlihat seperti sedang melawan musuh tak terlihat?"

Ruangan langsung hening. Aldo dan Andre menatap Adrian dengan tajam, sementara Arga mencoba menahan senyum. Alan, di sisi lain, memusatkan perhatian pada ekspresi ayah mereka.

Indra menatap Adrian, lalu menghela napas panjang. "Ada banyak hal yang tidak perlu kalian tahu saat ini. Fokus saja pada tugas kalian."

Maya, yang duduk di sebelah Indra, mencoba meredakan suasana. "Adrian, jangan terlalu banyak bertanya. Papa hanya ingin melindungi kalian."

Namun, Alan mencatat sesuatu dari jawaban itu. Ada sesuatu yang disembunyikan, dan dia yakin itu bukan hal kecil.

Malam semakin larut, tetapi pikiran Adrian justru semakin berputar. Dia keluar ke balkon kamarnya, memandang taman luas yang terlihat seperti lautan gelap di bawah. Dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang salah, tetapi tidak tahu harus memulai dari mana.

Ketukan pelan di pintunya membuatnya menoleh. Alan berdiri di sana, membawa secangkir kopi.

“Kamu kelihatan gelisah,” kata Alan tanpa basa-basi, menyerahkan cangkir itu pada Adrian.

Adrian mendesah. “Apa menurutmu Papa sedang menyembunyikan sesuatu?”

Alan tidak langsung menjawab. Ia menatap langit malam dengan wajah datar. “Menurutku, ini lebih dari sekadar ekspansi bisnis. Aku merasa kita sedang diawasi, bukan hanya sebagai keluarga, tapi secara individu.”

Adrian mengerutkan kening. “Diawasi oleh siapa?”

Alan menggeleng. “Aku belum tahu. Tapi aku merasa Papa tahu lebih banyak daripada yang dia katakan.”

Percakapan mereka terhenti ketika suara dering ponsel Adrian memecah kesunyian. Adrian mengambil ponselnya dan melihat pesan masuk dari nomor tak dikenal. Pesannya singkat:

"Berhati-hatilah pada orang yang kau percayai."

Adrian membaca pesan itu berulang kali, merasa aneh sekaligus terganggu. Dia menunjukkan pesan itu pada Alan.

“Apa maksudnya ini?” tanya Adrian.

Alan membaca pesan itu, ekspresinya tetap datar. “Mungkin seseorang mencoba memperingatkan kita. Atau mungkin, itu jebakan.”

Adrian mendesah, lalu menutup ponselnya. “Apapun itu, aku tidak suka dengan permainan seperti ini.”

Alan hanya diam. Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah pesan itu adalah potongan pertama dari teka-teki yang lebih besar.

Di tempat lain, jauh dari rumah keluarga Wijaya, Clara duduk di meja makan kecil di apartemennya bersama ayahnya, Dimas Mahendra. Dimas adalah pria paruh baya dengan wajah keras dan mata penuh dendam.

“Kamu tidak boleh terlalu dekat dengan mereka,” kata Dimas dengan nada tegas.

Clara menunduk, menggenggam gelas di tangannya. “Aku tidak mencari masalah, Ayah.”

“Tapi kau melihat Adrian Wijaya hari ini, bukan?” tanya Dimas, matanya menatap tajam.

Clara terdiam, tidak bisa menyangkal.

“Aku sudah bilang, mereka adalah musuh kita,” lanjut Dimas. “Keluarga mereka yang menghancurkan hidup kita. Jangan pernah lupa itu, Clara.”

Clara mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya ada keraguan yang tumbuh. Ia tahu apa yang dikatakan ayahnya benar, tetapi kenapa ia merasa Adrian berbeda?

Di luar apartemen, seorang pria berjaket hitam berdiri dalam bayangan, mengawasi jendela tempat Clara dan ayahnya berada. Di tangan pria itu ada ponsel, dan dia mengetik pesan singkat:

"Target sedang bergerak. Siapkan langkah berikutnya."

Malam itu, awan kelam mulai berkumpul di atas kehidupan lima saudara kembar, membawa rahasia dan bahaya yang akan mengubah segalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alverez   Kembalinya Indra dan Aldo Wijaya

    Malam masih pekat saat mobil yang membawa Adrian, Alan, dan Arga melaju kembali menuju vila keluarga Wijaya. Mereka baru saja memastikan Clara selamat di tangan ayahnya, Dimas Mahendra—pertemuan singkat namun emosional, di mana Clara menangis dalam pelukan sang ayah, dan Dimas bersumpah akan menebus kesalahannya.Namun, saat ketiganya tiba di depan gerbang vila, mereka disambut oleh pemandangan tak terduga: dua mobil hitam elegan terparkir rapi di halaman, dijaga oleh tiga pria berbadan besar yang tak dikenal.Arga segera menyalakan mode siaga, sementara Alan menyipitkan mata, mencoba mengenali logo kecil di pelat mobil: simbol sayap perak dengan huruf IW di tengahnya.Alan menarik napas tajam. “Itu… hanya satu orang yang pakai lambang itu.”Adrian perlahan turun dari mobil, jantungnya berdetak lebih cepat. Pintu vila terbuka. Dan di sana, berdiri dua sosok yang hampir ia lupakan namun tak pernah benar-benar hilang dari pikirannya.Indra Wijaya, sang kepala keluarga, dan Aldo Wijaya,

  • Alverez   Pertempuran Terakhir

    Adrian Wijaya berdiri di depan jendela apartemennya, menatap ke luar dengan mata yang penuh tekad. Ia tahu bahwa waktu mereka semakin sempit. Calvin Rahadian yang jahat sudah mengetahui langkah mereka, dan pertempuran yang sudah lama dihadapi, kini semakin mendekat pada klimaks yang tak terhindarkan. Hanya ada satu hal yang ada di pikirannya: mengembalikan Clara kepada ayahnya, Dimas Mahendra, dan menghentikan Calvin selamanya.Di sampingnya, Clara duduk dengan tubuh tertunduk, matanya yang lelah mencerminkan beban emosional yang telah ia tanggung selama ini. Ia telah kehilangan begitu banyak, tetapi kini ada harapan—harapan yang datang dari Adrian dan orang-orang yang bersamanya.“Apakah kamu siap?” tanya Adrian pelan, suaranya penuh pengertian.Clara mengangguk, meskipun rasa takut masih menggantung di hatinya. “Aku sudah tidak bisa lagi bersembunyi, Adrian. Aku ingin kembali ke rumah. Aku ingin bertemu ayahku.”Adrian mera

  • Alverez   Operasi Balas Dendam

    Dua hari setelah video penyiksaan Clara sampai ke tangan Dimas Mahendra, suasana di kediaman Mahendra berubah drastis. Tak ada lagi perjamuan mewah atau rapat direksi penuh kepura-puraan. Dimas kini menjadi sosok ayah yang terbakar oleh rasa bersalah dan marah. Clara, darah dagingnya sendiri, telah dikhianati oleh orang yang ia percaya selama ini: Calvin Rahadian.Namun, Dimas adalah pria yang tidak terbiasa bermain dengan emosi. Ia belajar dari pengalaman bahwa emosi bisa menjadi kelemahan. Maka ia menyalurkan amarahnya menjadi satu hal: aksi.Di ruang kerjanya yang kini dijaga lebih ketat dari biasanya, Dimas memanggil orang-orang terdekatnya yang paling ia percayai. Di hadapan mereka, ia menyusun sebuah operasi balas dendam yang ia beri nama: Operasi Langit Hitam. Sebuah rencana rahasia yang bertujuan menghancurkan Calvin Rahadian secara sistematis—bukan hanya dari segi kekuasaan, tapi juga citra, loyalitas, dan jaringan kekuatannya."Kita tak

  • Alverez    Jalan Pulang untuk Clara

    Hujan mengguyur malam Jakarta dengan derasnya, membasahi jendela apartemen tempat Adrian Wijaya berdiri mematung. Pandangannya kosong menatap ke luar, namun pikirannya bekerja cepat. Sudah terlalu banyak yang terjadi, terlalu banyak yang dikorbankan. Alvian, saudara kembarnya yang ia kenal sejak kecil, telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Clara Mahendra. Dan kini, Adrian tahu bahwa ia tidak boleh gagal. Clara harus kembali kepada ayahnya, Dimas Mahendra. Bukan hanya demi menyatukan kembali keluarga itu, tapi juga demi mengakhiri semua pertumpahan darah yang dipicu oleh obsesi Calvin Rahadian.Di balik ruangan, Clara duduk di sofa dengan selimut menyelimuti tubuhnya yang masih lelah. Trauma yang ia alami tidak bisa dihapus begitu saja. Namun, ada semangat di matanya—semangat untuk bertahan, untuk kembali, dan untuk melawan.Adrian mendekat, duduk di samping Clara, menggenggam tangannya dengan lembut. "Aku akan membawamu pulang, Clara. Ayahmu harus tahu bahwa k

  • Alverez   Nyala Api dalam Kegelapan

    Langit malam kembali mendung, seperti menyatu dengan suasana hati Andre Wijaya. Ia berdiri sendiri di balkon lantai atas rumah keluarga Wijaya, menatap lampu-lampu kota Jakarta yang tampak seperti bintang mati. Di dalam dirinya, badai mengamuk. Peristiwa malam perayaan khusus keluarga masih membekas jelas di kepalanya. Anya. Gadis yang selama ini ada di sudut hatinya. Gadis yang kini menjadi penyebab keterpurukan moralnya.Alan belum bicara padanya sejak kejadian itu. Tatapan dingin dari sang kakak seperti pisau yang tertancap dalam-dalam di dadanya. Andre tahu, ia sudah melewati batas. Ia sudah membuka celah bagi musuh untuk masuk lebih dalam ke dalam keluarga mereka.Sementara itu, Alan sibuk mengurus kerusakan reputasi yang perlahan mulai mencuat di media. Meski tidak secara eksplisit diberitakan, namun berbagai portal gosip sudah mencium skandal Andre. Sebuah video buram tersebar di media sosial, menunjukkan sosok yang mirip dengan Andre bersama seorang perempuan m

  • Alverez   Reputasi yang Terenggut

    Pagi itu, Vila Wijaya yang megah di kawasan Puncak tampak sunyi, meski baru saja semalam menjadi tempat perayaan penuh gegap gempita memperingati keberhasilan keluarga Wijaya mempertahankan kendali atas proyek pembangunan energi terbarukan di Kalimantan Timur. Namun, sukacita itu tak berlangsung lama. Karena tepat dini hari, seorang tamu tak diundang berhasil menyelinap ke kamar Andre Wijaya dan menodai kehormatan malam itu.Anya, wanita cantik yang dikenal sebagai sahabat masa kecil Andre, telah berhasil menyelesaikan misi pertamanya untuk Dimas Mahendra. Dengan gaun merah menyala dan aroma parfum yang begitu khas, ia menggoda Andre tepat saat semua orang sibuk merayakan keberhasilan mereka di halaman belakang vila. Andre yang sudah lama menyimpan rasa pada Anya, dan juga sedang berada dalam kondisi mabuk ringan akibat minuman perayaan, tak kuasa menahan godaan itu.Mereka berdua menghilang ke kamar Andre, dan tak lama kemudian suara tawa dan desahan samar mengisi rua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status