Home / Romansa / Ambil Saja Suamiku / 24. Rencana (2)

Share

24. Rencana (2)

Author: dtyas
last update Last Updated: 2025-04-28 21:34:58
Irwan sudah semangat, Sherin sepakat dengan penawarannya. Seakan gelap mata, tidak tahu tempat dan waktu.

“Eh, mau ngapain?”

“Yaelah pake nanya, aku mau lagi. Sekarang ya, nggak akan lama deh,” sahut Irwan.

“Kamu mau kita kepergok. Sebentar lagi Ibu pulang, Beni juga ada di kamar. Pakai lagi celana kamu.”

Meski kecewa, Irwan akhirnya pasrah untuk setuju dengan pendapat Sherin. Rasanya sudah diubun-ubun, tidak mungkin ia minta Luna melayaninya. Harga dirinya setinggi langit, sepertinya harus bermain solo.

“Ck, udah nggak tahan nih,” keluh Irwan.

“Sabar, nanti aku kasih yang spesial. Asal janjimu tidak palsu.”

“Bener ya? Tenang aja, untuk kamu apa sih yang enggak.”

Irwan menepuk bokongnya tepat di mana dompet berada, seakan mengatakan kalau dia punya banyak uang untuk mengabulkan permintaan sherin. Padahal ia ada uang boleh mengelabui Luna, saat menyisihkan untuk orangtuanya.

Berjanji akan pasang badan dan siap mengabulkan apa saja yang Sherin minta selama ia bisa mendapatkan apa yang i
dtyas

bab ini pendek, berikutnya diusakan jumlah kata normal lagi

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ambil Saja Suamiku   58. Gugat Cerai

    Gusar, itu yang Sherin rasakan. Sudah tidak bisa mengelak dan berbohong lagi. Masalah hubungannya dengan Irwan sudah jelas salah. Ditambah Ardan berada di Jakarta dan Ibu sudah tahu kejadian sebenarnya kenapa ia dan Ardan sampai bercerai. Yang lebih parah, hal yang selama ini dirahasiakan justru Luna yang pertama tahu langsung dari Ardan.“Ardan sudah kamu hubungi?” tanya Ibu sambil mengawasi Beni yang sedang belajar. Sherin baru keluar dari dapur, setelah mencuci peralatan makan malam mereka.“Belum bu.”“Tak usah nanti-nanti. Ardan masih punya niat baik untuk Beni.”“Bagaimana kalau Beni diambil Mas Ardan, bu?”Ibu mematikan tv, tidak ingin apa yang ingin disampaikan terganggu dengan siaran televisi.“Kalau mau Ardan bisa lakukan itu sejak kemarin, saat ia gugat cerai kamu,” jelas Ibu. “Dia punya bukti yang kuat kalau kamu bukan ibu yang baik dan bisa memberikan dampak buruk pada anakmu.”Sherin diam saja, apa yang dikatakan ibunya memang benar. Bahkan Ardan pernah juga mengatakan h

  • Ambil Saja Suamiku   57. Salah Mereka

    “Gue sarapan di luar ya,” ujar Ratna menunjuk ke arah pintu sambil mengangkat plastik berisi makanan yang tadi dia beli.Tidak ingin menjadi nyamuk dan memberikan kesempatan pada Luna dan Ardan untuk bicara. Bagaimanapun dia orang luar, bisa jadi yang akan dibicarakan adalah rahasia keluarga Luna.Luna hanya mengangguk. Ardan menarik kursi di samping ranjang lalu duduk di sana.“Tidak masalah saya di sini atau saya akan kembali nanti setelah ….”“Tidak masalah,” sahut Luna. “Aku tidak masalah Om Ardan ke sini.”Ardan mengangguk. Keduanya sempat terdiam, Ardan bukan bingung akan bicara apa hanya mencari kalimat yang tepat. Tidak ingin Luna tersinggung atau tidak nyaman.“Aku turut prihatin atas musibah ini,” ucap Ardan.“Hm, terima kasih Om. Mungkin sudah takdirnya begini. Ibu baru pulang tadi pagi, kalau mau bertemu aku bisa hubungi untuk janjian kapan kalian bisa bicara.”“Apa tidak masalah?”“Semua yang om Ardan katakan ibu sudah tahu, aku sudah ceritakan,” tutur Luna.Ardan kembali

  • Ambil Saja Suamiku   56. Keguguran (2)

    Saat tersadar setelah tindakan, Luna sempat menangis dan Ratna berusaha menenangkannya. Entah karena masih dalam pengaruh obat atau memang lelah, akhirnya kembali tertidur.Ratna masih setia menemani, bahkan saat ibu Luna datang. Ia jelaskan secara runtut apa yang terjadi kecuali momen sebelum dia tiba di lobby. Ibu Salamah berterima kasih karena kepedulian Ratna.Menjelang malam Luna akhirnya terjaga, perlahan ia mengerjapkan mata menyesuaikan pandangan dan menatap sekitar.“I-bu,” ucapnya mendapati sang Ibu duduk di samping ranjang.Ibu mendekat, mengusap punggung tangan Luna. Tanpa kata yang terucap, kedua mata berkaca-kaca, tapi perasaan mereka berbicara.“Bu,” ucap Luna lagi lalu tangis keduanya pecah. “Maafkan Luna bu,” ujar Luna setelah cukup lama kedua wanita beda generasi itu mengeluarkan tangisnya.“Kamu tidak salah, jangan minta maaf terus. Ada yang sakit?” tanya Ibu dan Luna menggeleng pelan. “Makan ya, atau minum. Tidur kamu lama loh.” Ibu menuang air ke dalam gelas yang

  • Ambil Saja Suamiku   55. Keguguran

    Di mobil, Sadam dan Ratna bertukar peran. Sadam yang mengemudi, Ratna menemani Luna dikabin tengah. Tujuan mereka tentu saja rumah sakit terdekat. Jalanan lumayan padat karena jam makan siang banyak yang beraktivitas di luar. Luna masih meringis merasakan sakit di perutnya. Ratna tidak mengerti harus bagaimana menenangkan. Melihat darah yang mengalir sudah jelas ada yang masalah dengan kandungan Luna.“Sabar, sebentar lagi sampai,” ujar Ratna. “Sadam, cepetan!”“Ratna,” panggil Luna. Meski keadaannya darurat, tapi Ratna membentak Sadam yang jelas atasan mereka rasanya tidak pantas.“Sudah dekat. Setelah lampu merah di depan,” sahut Sadam. “Luna, kamu jangan tidur. Ratna jangan biarkan dia tidur.”“Lo nggak ngantuk ‘kan?” tanya Ratna. Luna menggeleng pelan.Mobil berbelok memasuki kawasan rumah sakit dan berhenti tepat di depan UGD. Sadam kembali menggendong Luna, Ratna berteriak memanggil petugas yang segera datang mendorong brankar. Sadam membaringkan tubuh Luna dengan pelan dan hat

  • Ambil Saja Suamiku   54. Penyerangan

    “Mbak Luna, maaf. Saya hubungi ke atas katanya udah keluar istirahat. Orangnya maksa, sudah saya bilang janjian dulu,” jelas salah satu staf resepsionis.“Nggak pa-pa. Di mana ya?” tanya Luna, pandangannya ke arah pintu lobby. Tidak menduga siapa yang datang mencarinya.“Saya minta tunggu di sana!” staf itu menunjuk ke arah sofa area tunggu. “Ah itu dia, kayaknya dari toilet.”Luna menatap ke arah yang ditunjuk lalu mengernyitkan dahi. “Mama,” ucapnya.“Mbak kenal?”“iya, aku temui dulu. Makasih ya,” ujar Luna. Kalau ditanya apa ia mau menemui ibu mertuanya, tentu saja tidak. Saat ini ia tidak ingin bertemu dengan siapapun yang berhubungan dengan Irwan.Namun, sudah terlanjur sudah ada di sini. Di usir pun tidak enak. Kecuali dia sedang tidak ada di tempat. Luna menghampiri, raut wajah mama Irwan terlihat tidak bersahabat saat pandangan mereka bertemu.Sekesal apapun, wanita itu adalah orang tua Irwan. Statusnya masih ibu mertua.“Mah,” sapa Luna lalu meraih tangan wanita itu untuk c

  • Ambil Saja Suamiku   53. Tamu Tak Diundang

    “Makasih ya Ceng,” seru Ibu menerima kunci mobil dari Aceng.“Sama-sama mpok. Aye pulang dulu ya.”“Iya,” sahut Ibu lalu mengantar sampai pagar dan merapatkan pintu.“Ibu dari mana?” tanya Sherin saat Ibu menutup pintu depan.Hampir pukul delapan malam ibunya datang diantar oleh Aceng orang kepercayaannya di toko.“Bertemu Luna,” jawab Ibu.“Kenapa nggak dia aja suruh ke sini, orangtua dikerjain,” gumam Sherin.“Ibu tidak merasa dikerjai oleh anak sendiri. Malah ibu yang minta kami bertemu di luar saja, demi kenyamanan dia. Kamu tunggu, ada yang harus dibicarakan. Ibu ganti baju dulu.”Melihat ibunya sudah ke kamar, Sherin bergumam mengejek kebijakan ibunya. Menurut dia, ibu pilih kasih. Merasa seperti tahanan saja, tidak dibebaskan keluar rumah kecuali atas izin dari sang ibu.Ibu keluar dari kamar sudah berganti daster yang lebih nyaman. Menuju sofa ruang tamu dan memanggil Sherin untuk ikut duduk.“Mana Beni?”“Udah tidur, dari sore ngambek mau ketemu Luna. Aku hubungi tidak aktif,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status