Share

16. Rencana Fathan

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2025-06-04 22:31:12

Fathan mencari keberadaan Wening ke seluruh kantor bahkan sampai ke parkiran, tapi Fathan tidak menemukan mantan istrinya itu. Justru yang ia lihat adalah bos besarnya datang dari luar tanpa mengendarai mobil mewahnya.

"Pak Raffan, anda dari mana?" Sapa Fathan, tidak pernah ia jumpai bos besarnya ini berjalan kaki namun kali ini, sikapnya pun jauh berbeda dari hari sebelumnya bahkan beberapa jam yang lalu.

"Seharusnya saya yang bertanya, kenapa Pak Fathan ada di sini, bukankah anda seharusnya ada di dalam untuk menikmati jamuan dari kantor? Tentu akan ada pembicaraan lain mengenai proyek baru yang harus anda jelaskan pada saya." Tegas Raffan, membuat Fathan terdiam.

"Tentu saja pak, saya ada keperluan di luar tapi saya sudah selesai. Dan saya akan kembali menemui Anda setelah jam istirahat habis."

Raffan hanya mengangguk lalu melewati Fathan begitu saja, tidak berapa lama kemudian dari arah yang sama, Sam asisten pribadi Raffan datang.

"Wah, pak Sam ini sibuk sekali. Apa perlu saya m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   19. Buruh Nyuci

    Mereka memutuskan untuk pergi dari tempat yang sebenarnya nyaman untuk mereka. Bagi Wening saat ini keselamatan Zion menjadi prioritas utamanya. "Bik, kita di sini dulu ya," Wening berapa kali harus menghapus air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Begitu sulit dan lelahnya berjalan cukup jauh, hatinya tak nyaman melihat Bibi Mirah. Wanita paruh baya yang memilih ikut bersamanya tanpa mendapatkan gaji dan kini harus merasakan lelahnya menyelusuri aspal panas."Ya, nak," napasnya memburu, mereka tidak tahu harus kemana lagi. Uang yang ia dapatkan hanya sisa berapa dan itu cukup untuk makan bertiga. Suara adzan berkumandang, Wening menoleh kearah Zion dan Bibi Mirah berdua memejamkan mata di pos keamanan."Bik, kita shalat dulu yuk. Disana ada masjid, kita sekalian istirahat," lirih Wening."Ah, apa bibi terlalu lama tidur nak?""Nggak bik, yuk kita kesana." Berdua bergantian shalat mereka tidak mungkin meninggalkan Zion yang tertidur. "Bik, sebaiknya bibi pulang kampung. Jangan i

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   18. Luka Hati Wening

    Pagi harinya seperti biasa Wening menjajakan dagangannya, entah kenapa pagi ini hatinya tak tenang. Tidak di pungkiri ancaman Fathan mengusik hatinya. Berapa karyawan kantor mulai berdatangan untuk sarapan, tidak di pungkiri sejak hari itu warungnya selalu ramai oleh karyawan bahkan sampai pedagang lainnya di sekitar tempatnya berjualan. "Mbak tolong bungkus ya," ucap pria tinggi itu. Memindai seluruh warung sayang hak itu tidak di ketahui oleh Wening."I–iya, sebentar." Tangannya cekatan menyiapkan nasi uduk beserta temannya. Tak lupa sendok dan tisu, inilah perbedaan Wening dan warung makan lainnya ia akan menyediakan sendok khusus bagi mereka yang akan makan di tempat kerjanya."Ambil kembaliannya!" ujarnya, tersenyum lembut."Terima kasih, pak," pembeli semakin banyak berdatangan Bibi Mirah membantu menggoreng tahu, tempe dan bakwan. Wening yang sibuk melayani pembeli sedangkan Zion ia asik bermain di sekitar warung.Di tempat yang tidak jauh seseorang tersenyum miring, marah kar

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   17. Kamu Hanya Penghalang

    Seperti janji Fathan kemarin, hari ini setelah pulang kerja ia memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Wening beserta anaknya. Tidak seperti kemarin kali ini ia mencari tahu sendiri. Senyum licik terukir di bibirnya saat melihat kearah pos keamanan, tahu siapa yang akan ia tanyai agar mudah untuk mengetahui dengan detail. "Wah, pak Fathan. Apa Anda sedang mencari sesuatu?" Seorang satpam menghampiri Fathan yang terlihat mencari sesuatu. "Sebenarnya tidak penting, tapi mengingat istri saya yang sedang ngidam jadi mau tidak mau saya harus mencari tahu," ujarnya dibuat setenang mungkin ia tidak ingin keamanan perusahaan tempatnya bekerja curiga padanya. "Maksud pak Fathan apa ya, kalau boleh saya tahu barangkali saya bisa membantu anda?"Kena, ini yang diinginkan oleh seorang Fathan."Begini barangkali kalian tahu kemarin di acara nasi uduk itu beli di mana? Soalnya istri saya lagi ngidam minta nasi uduk, tapi tidak ada satupun nasi uduk yang cocok sama lidahnya saya ingat kemarin d

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   16. Rencana Fathan

    Fathan mencari keberadaan Wening ke seluruh kantor bahkan sampai ke parkiran, tapi Fathan tidak menemukan mantan istrinya itu. Justru yang ia lihat adalah bos besarnya datang dari luar tanpa mengendarai mobil mewahnya."Pak Raffan, anda dari mana?" Sapa Fathan, tidak pernah ia jumpai bos besarnya ini berjalan kaki namun kali ini, sikapnya pun jauh berbeda dari hari sebelumnya bahkan beberapa jam yang lalu. "Seharusnya saya yang bertanya, kenapa Pak Fathan ada di sini, bukankah anda seharusnya ada di dalam untuk menikmati jamuan dari kantor? Tentu akan ada pembicaraan lain mengenai proyek baru yang harus anda jelaskan pada saya." Tegas Raffan, membuat Fathan terdiam."Tentu saja pak, saya ada keperluan di luar tapi saya sudah selesai. Dan saya akan kembali menemui Anda setelah jam istirahat habis."Raffan hanya mengangguk lalu melewati Fathan begitu saja, tidak berapa lama kemudian dari arah yang sama, Sam asisten pribadi Raffan datang."Wah, pak Sam ini sibuk sekali. Apa perlu saya m

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   15. Pertolongan

    Wening yang syok hanya bisa diam di tempat, sejak tadi pria tinggi di depannya tidak hentinya bicara. "Kenapa diam? Apa kamu menolaknya? Tolong aku, cuma rumah makan kamu yang bisa memberikan pertolongan padaku. Aku janji akan bayar lebih mahal dari yang kamu jual, dua puluh ribu seporsi," ujarnya lagi mencoba bernegosiasi dengan Wening yang hanya diam saja."Oke, nasi uduk kamu, aku beli seharga dua puluh lima ribu. Aku bayar semua atau separuhnya? Oke, begini aku bayar lunas," Wening masih bergeming, bukan menolak akan tetapi ia bingung dengan keadaan saat ini."Kasih waktu aku lima menit, asistenku akan datang bawa uangnya. Dua puluh lima juta totalnya aku pesan seribu porsi untuk jam makan siang nanti,""Kenapa kamu diam saja sejak tadi? Aku capek bicara sendiri, huh!" Pria tinggi itu mulai kesal. Melihat Wening yang hanya diam."Hei, aku seperti orang tidak waras bicara tanpa di jawab sama kamu! Kamu bukan patung kan?!" Kesal pria itu.Brakk!!"Mbak bos saya sedang bicara kenapa

  • Ambil Suamiku, tapi Jangan Sakiti Anakku!   14. Sepi

    Suara lantang dan menggebu kata demi kata keluar dari bibir Wening bagaikan topan yang menghempaskan seluruh bangunan. Sayang, hal itu hanya di rasakan oleh orang-orang yang memahami kata yang terucap wanita yang selalu terdzalami."Buk jangan hentikan dia. Besar kepala nanti!" Sergah Fathan."Haha, wanita lemah dan bodoh seperti kamu bisa apa di luar sana! Kamu akan jadi gembel. Dan apa kamu bilang tadi? Aku mati dalam kesendirian? Jangan mimpi kamu hei wanita miskin dan udik!!" sambung Fathan tidak kalah sengit. Senyum mencemooh tercetak jelas di sana ia berdiri angkuh bahkan berkacak pinggang seakan Wening adalah orang asing untuknya. Tangisan Zion tak mampu meluluhkan dirinya."Kamu pikir ibu menghentikan dia? Tidak. Ibu hanya ingin melihat apakah dia membawa barang milik ibu," sahut Bu Gema sengit."Fathan apa yang kamu lakukan sudah benar. Kakak setuju kamu mengusirnya dari sini! Hah. Akhirnya keluarga kita akan menjadi orang yang terpandang lagi di sini," ucapnya bangga atas si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status