Share

Ambilah Gaji Suamiku!
Ambilah Gaji Suamiku!
Author: Fhifhie_Zaa

Grup Wa

Author: Fhifhie_Zaa
last update Huling Na-update: 2023-08-01 09:59:19

"Santi, ini uang bulanan kamu bulan ini," kata suamiku.

 Ia menyerahkan amplop coklat gajinya kepadaku. Tapi ada yang aneh dengan amplop ini, aku segera menghitung uang bulanan yang diberikan suamiku. Betapa terkejutnya aku bahwa uang yang biasa aku terima kini terpotong setengah.

"Mas, kenapa segini? Biasanya kamu berikan aku 3juta." 

"Johan kan ganti motor baru buat kuliahnya, nah angsurannya minta bantuan aku, sedangkan Mbak Luna minta bantuan buat membantu biaya sekolah anaknya.  Mulai sekarang uang bulanan kamu segitu. Cukup gak cukup harus cukup." 

"Mas, uang segini mana cukup. Belum biaya listrik dan uang sekolah, Riko." 

"Ahh kamu ini bukannya bersyukur sudah aku beri nafkah tapi malah ngomel gak jelas. Johan juga adikku dan Mbak Luna juga kakakku. Apa salahnya aku membantu. Sudah cepat siapkan kopi dan makan malam ku. Aku mau mandi."  

Mas Adam segera berlalu masuk kedalam kamar. Ada rasa geram di hati ini terhadap keluarga suamiku. Gaji, Mas Adam sendiri 10 juta,diberikan pada ibu mertuaku 2 juta, untuk pegangan suamiku 1 juta, buat bayar angsuran mobil dan rumah lalu 2,5 juta gajinya untuk aku memenuhi kebutuhan dirumah ini. Belum lagi jika adik ipar ku datang dan meminta uang saku kepadaku. Setiap aku mengadu pada suamiku, ia hanya akan mengatakan itu adalah adiknya dan juga adikku. Aku harus ikut membantunya. Padahal aku dirumah sangat- sangat berhemat agat uang bulanan yang diberikan suamiku cukup hingga suamiku mendapatkan gaji lagi. Jika uang yang suamiku berikan segini aku harus bagaimana? 

Bukan aku tak bersyukur terhadap pemberian suamiku, tapi jujur aku juga bingung mengelola uang ini, apalagi Mas Adam makan harus ada minimal  ikan atau ayam goreng. Belum lagi biaya sekolah Riko, putra kami. 

Aku segera memasak orek tempe dan juga menggoreng ayam yang masih ada di dalam kulkas. Membuatkan kopi panas dan meletakkan di meja makan. ku panggil putraku yang masih berusia 5 tahun itu untuk segera makan bersama kami. 

"Riko, ayo makan dulu, Nak." 

"Iya, Ma," jawabnya lalu mendekatiku yang sudah menunggunya di meja makan.

Aku tersenyum melihat keceriaan putraku. Ia adalah penyemangatku dikala hati ini gundah. 

"Ma, aku juga mau ayam goreng," pintanya. 

Ku hembuskan nafasku,dan tersenyum ke arahnya, "Besok ya,Nak. Itu buat makan Papa kamu dahulu. Telur ini juga enak, ini kan kesukaan, Riko," ujarku sambil mengusap lembut pipinya. 

Riko hanya mengangguk dan segera memakan makanannya dengan lahap. Pikiranku berkelana membayangkan nasib kami seterusnya. Aku juga lulusan terbaik di salah satu fakultas ternama di Kota kelahiranku. 

Sebelum aku menikah dengan Mas Adam, aku adalah atasan, Mas Adam.  Karena waktu itu, Mas Adam masih menjadi staf kantor,  belum menjadi manager seperti sekarang ini. 

Usai kami makan malam bersama, aku segera membereskan semua piring kotor. Selanjutkan aku meminta, Riko untuk menggosok giginya dan segera tidur karena besok ia akan  berangkat sekolah. Usai menemani Riko tidur, aku segera masuk kedalam kamarku dan segera beristirahat. 

"Dek, besok siap- siap berkemas. Kita akan tinggal di rumah Ibu. Rumah ini akan aku jual," ucapnya tanpa melihatku. 

Deg ... 

Mengapa menjadi seperti ini? 

"Kenapa malah di jual, Mas. Baru aja kita tempati rumah ini," jawabku.

Tidak ini gak bisa dibiarkan begitu saja, rumah ini juga ada uang tabunganku selama aku bekerja. Mas Adam tak bisa berlaku seenaknya saja. 

"Rumah Ibu juga besar, Dek. Lagian buat menghemat biaya pengeluaran kalau kita tinggal disana. Gajiku gak cukup buat bayar angsuran di bank. Ini aku hanya pegang 500 ribu. Gak cukup sampai akhir bulan," balasnya dengan menunjukan uang yang ada di dalam dompet hitam milik nya.

"Mas, aku gak setuju jika rumah ini dijual. Kita sepakat untuk membeli rumah ini secara bersama ini juga ada hak-ku dan juga Rico. Kenapa gak rumah Mbak Luna, saja yang di jual dan ia tinggal bersama Ibu. Lagian mbak Luna, juga masih punya suami. Atau serahkan saja urusan Bank pada suami mbak Luna," ucapku mencoba memberi solusi.

"Kamu jangan membantah, Dek. Ini juga buat kebaikan kita. Kamu tahu sendiri suami Mbak Luna bekerja menjadi apa, ia hanya bekerja di pabrik gajinya hanya 2 juta satu bulan, mana cukup untuk membayar cicilan di bank dan kebutuhan selama satu bulan. Apalagi anak- anaknya juga sekolah. Sedangkan aku sudah menjadi manager gajiku juga besar, apa salahnya aku membantu saudaraku. Ia kakakku, Dek." 

"Aku tetap gak mau menjual rumah ini, Mas."

"Kamu jangan keras kepala, nurut sama suami. Surgamu ada di aku. Kamu juga tak bekerja. Akulah yang bekerja, gimana susahnya mencari uang. Jadi sudah, nurut saja sama aku. Aku tau apa yang terbaik buat kita." 

"Kamu yang menyuruhku untuk tidak bekerja lagi setelah kita menikah. Terus kamu menyalahkan aku begitu, Mas? Aku hanya menuruti apa kemauan kamu dan juga Ibu kamu, untuk menjadi seorang ibu rumah tangga saja bukan wanita karier. Ingat akan hal itu, Mas." 

Aku sudah tak kuat menahan apa yang ada di hati ini. Biarlah aku luapkan saja malam ini. Enak saja, Mas Adam mengatakan hal seperti itu. Dia lupa kalau aku rela meninggalkan karir ku yang sedang naik demi menjadi istri yang patuh pada suami. Kalau bukan bantuan-ku sampai sekarang mungkin Mas Adam belum menjadi manager di perusahaan itu. 

"Sudah, aku mau istirahat. Besok aku ada meeting pagi," ucapnya seraya membalikan badannya membelakangi-ku.

Selalu saja seperti ini jika kami sedang bertengkar. Ia selalu menghindari aku. Dan esoknya akan seolah- olah tak terjadi apa- apa. Lihat saja nanti, Mas. Apa yang bisa aku lakukan. 

Mata ini tak bisa terpejam hingga larut malam. Kesunyian ini terpecah kala suara ponsel mas Adam. Aku mencoba mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Tertera grup Wa keluarga suamiku. Sejak kapan ada grup Wa di keluarga, aku tak pernah tahu akan hal itu. Aku segera membuka ponsel Mas Adam, untung password-nya tak di ganti jadi memudahkan aku untuk membukanya. Betapa terkejutnya aku akan pembahasan di dalam grup keluarga Mas Adam. 

[Adam, ingat jangan lama- lama. Mbak gak mau ,sampai rumah impian mbak diambil orang.] Tulis Mbak Danik

[Iya, Mas. Aku juga mau beli mobil ini. Harganya gak mahal kok.] Tulis Luna.

[Dam, besok pagi pokoknya kamu dan Santi harus sudah di rumah Ibu. Ibu gak sanggup kalau harus beres- beres rumah besar ini sendirian. Lumayan kan istri kamu bisa jadikan tukang beres- beres di rumah Ibu. Jadi hemat pengeluaran.] Tulis ibu mertuaku. 

Astagfirullah ya Allah. Jadi ini yang membuat Mas Adam ingin segera menjual rumah ini. Aku akan dijadikan pembantu gratisan di rumah Ibu. Ya Allah, aku kira Ibu beneran sayang sama aku. Ternyata sifatnya begitu jahat sekali. 

Aku segera screenshot percakapan di grup dan mengirimnya ke ponselku. Setelah itu aku segera menghapusnya untuk menghilangkan jejak agar Mas Adam, tak mencurigai aku.

"Lihat saja apa yang akan aku lakukan, Mas." 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Amaly
Keren banget
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 41

    Kehidupanku saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahagia? Jelas... Jelas aku bahagia dan bersyukur. Apalagi memiliki anak- anak yang begitu perhatian dan saling menjaga satu sama lain. Riko bertanggung jawab atas kedua adik- adiknya. Hanya saja aku sedih dan gelisah saat ini. Sekian tahun lamanya ternyata putraku belum bisa menghapus rasa itu dari dalam dirinya. Entah apa yang harus aku lakukan lagi. Pertemuanku dengan Mas Adam membuat hati ini menjadi dilema dan serba salah. Riko yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu terus menerus menolak bertemu dengan Mas Adam. Setiap kali aku membahasnya ia akan tetap menolaknya mentah- mentah. Aku sudah bertekad akan mendekatkan Riko dengan Mas Adam. Bagaimanapun ia masih memiliki hubungan darah dengannya. Jika mantan istri itu ada tetapi tak ada yang namanya mantan anak. Mas Faiz berjanji akan terus membantuku. Aku tak ingin di cap negatif dalam mendidik Riko. Riko lulusan pesantren dan lulusan perguruan

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 40

    Santi merasa ada yang memanggil. Ia segera menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat orang yang memanggilnya. Mengatur nafasnya dan berusaha bersikap santai dan biasa melupakan ketegangan malam itu. "Loh Mas Adam sama siapa?" "Aku mengantar Johan dan istrinya. Katanya ingin berbelanja, itu mereka ada di butik kamu. Kebetulan aku sedang cari tempat makan malah ketemu kamu disini." "Oh,,, kebetulan kami habis makan disini bareng anak- anak." "Mana suami dan anak- anak kamu. Apa ada Riko,San?" "Hmmm suamiku baru di toilet dan anak-anak sudah menuju butik katanya mau ambil barang." "Riko? Berarti ia ada di butik kamu?" "Riko...." "Ma... Aku sudah selesai, ayo kebawah. Ayah biar nyusulin kita aja." Seketika Adam menoleh dan melihat putranya berada tepat di belakangnya. Rasa haru dan bahagia terpancar dari wajah Adam. Sekian lama mencari kini ia bertemu dengan putranya kembali. "Riko..

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 39

    Adam segera memarkirkan mobilnya kebetulan halaman rumah Ibunya cukup luas. Bahkan 4 mobil pun cukup di halaman depan rumahnya. Dengan pelan tapi pasti Adam memasuki rumahnya. Tampaklah anak kecil yang masih bermain di ruang tamunya rambut ikalnya dengan pipi yang gembul, belum lagi gigi di bagian depan yang membuatnya mengemaskan. 'Kenapa ada anak kecil dirumah ini? Anak siapa ini?' Gumam Adam sambil terus memperhatikan tingkah lucu anak di depannya. "Mas.. ayo masuk. Didalam ada anak- anak Mbak Danik. Maaf Mas, Alika ini suka sekali bikin berantakan." "Ini anak kamu, Wi. Kapan kamu datang?" "Iya, Mas. Ini Alika anakku dan Mas Johan. Kami datang tadi pagi. Sekitar jam depalanan. Oh Oya itu Mama dan Mas Johan ada diruang makan bersama kedua anak Mbak Danik." "Baiklah. Aku ke kamar dahulu sebelum menemui mereka." Adam segera berlalu. Sebelum benar- benar berlalu ia sempat mencium pipi gembul Alika. Ia sungguh terpesona

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 38

    "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jawab Bu Tari dan Mbak Danik bersamaan. Bu Tari segera melangkahkan keluar guna melihat siapa tamu yang berkunjung pagi ini. "Johan... Widi. Ayo masuk, kok gak bilang dahulu kalau mau pulang." "Kejutan untuk Mama. Sudah lama kami gak pulang kemari." Kata Widi istri dari Johan."Widi, anak ini..." "Iya, Ma. Ini anakku dan Mas Johan." "Mama punya cucu perempuan. Danik... Danik kemari, lihat lah ini. Mama punya cucu perempuan,Danik. Terimakasih Ya Allah, akhir ya aku punya cucu perempuan juga." "Johan, Widi apa kabar kalian." "Kabar baik, Mbak. Mbak sendiri bagaimana?" "Seperti yang kamu lihat. Mbak baik dan sehat." "Alhamdulillah kalai begitu, Mbak. Oh iya, Mas Adam kemana? Masa sepagi ini udah berangkat ke kedai?" "Ada baru menemui Santi dan Riko. Kebetulan kan mereka ada di Jakarta." Jawab Bu Tari dengan semangat. "Alhamdulilla

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Part 37

    Pov Santi Aku tak menyangka di usiaku yang tak lagi muda ini Allah masih memberikan aku karunia-Nya. Sungguh- sungguh karunia yang begitu indah bagiku. Sengaja aku tak memberitahu langsung suamiku, anak- anak dan keluarga besar ku maupun keluarga suamiku. Aku ingin membuat kejutan untuk semaunya nanti waktu perayaan anniversary Butik dan Bridal ku yang di Jakarta. Beruntungnya aku di Butikku ada Siska yang sangat aku percaya, ia mau tak mau juga membantuku menyembunyikan kehamilanku untuk sementara waktu. Jika Mas Faiz mengetahuinya pasti ia akan melarang ku untuk melakukan apapun. Sejujurnya aku sangat beruntung memiliki suami seperti Mas Faiz. Ia sangat peduli dan perhatian penuh denganku. Apalagi jika tahu aku hamil lagi, ia memang menginginkan punya banyak anak. Untung saja kehamilanku kali ini tak membuatku harus sekalu ada didalam kamar sepanjang hari. Kehamilanku kali ini masih bisa membuatku beraktifitas seperti biasanya. "Bu Sant

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 36

    Tak terasa hari perayaan anniversary butik Santi diadakan. Santi dan keluarganya menggunakan baju dengan warna yang senada. Baju itu telah Santi rancang dan buat sendiri spesial untuk malam ini. Putranya juga terlihat gagah dan semakin tampan mempesona. "MasyaAllah anak Mama makin ganteng aja." "Iya dong Ma, siapa dulu ayahnya. Ayah Faiz." Gurau Riko sambil tersenyum dan terus menempel dengan Faiz. Sikap Riko terhadap Faiz memang berbeda, sedari kecil ia sangat manja dengan Faiz. Andai sejak dahulu aku bertemu dengan Faiz, mungkin kebahagiaan ini jauh lebih sempurna. Tak ada kesakitan atau kepahitan hidup ini yang begitu membekas di hati. Apakah Riko telah melupakan Papa kandungnya? Entahlah aku hanya berharap Riko tetap mengingat siapa Papa kandungnya dan berharap suatu saat nanti ia akan berbakti kepadanya juga. Aku tak ingin dianggap Ibu yang mencoba menghilangkan ingatan Riko tentang Papa kandungnya. Walau sejujurnya Mas Adam tak pernah sedikit

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status