Share

Anak Durhaka Dibutakan Nafsu
Anak Durhaka Dibutakan Nafsu
Author: Goodie

Bab 1

Author: Goodie
Saat menerima telepon dari rumah sakit, seluruh tubuhku mendadak terasa limbung. Ibu mertuaku baru saja datang ke rumahku untuk mengantarkan acar kesukaan suamiku, Carlos. Baru saja keluar dari pintu, beberapa saat kemudian dia sudah mengalami kecelakaan.

Aku panik luar biasa dan buru-buru melesat menuju rumah sakit. Sepanjang jalan, aku terus-menerus menelepon Carlos. Dia seorang pengacara. Biasanya dia memang sibuk dan lumayan sering mengabaikan teleponku.

Akan tetapi, kali ini tidak boleh! Ibunya sedang di rumah sakit, nyawanya di ujung tanduk!

Aku menekan tombol panggil lagi, tetapi Carlos tetap tidak mengangkat. Aku mengernyit kesal, lalu menaruh ponselku. Kemudian, aku berlari sendiri menuju ruang gawat darurat dan bertanya pada perawat dengan terengah-engah.

"Gi ... gimana keadaan ibu mertua saya?"

Perawat menghela napas, "Pasien masih dalam penanganan, tapi kondisinya nggak terlalu baik. Keluarga sebaiknya bersiap-siap."

Aku semakin panik dan buru-buru kembali menekan nomor Carlos. Kali ini, akhirnya dia menjawabnya. Namun baru saja dia membuka mulut, nada bicaranya sudah terdengar sangat tidak sabar, "Minerva, kamu ribut apa lagi? Kamu sudah telepon lebih dari 20 kali, nggak tahu kalau aku sedang sibuk?"

Aku baru hendak bicara, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita di sampingnya, "Carlos, jangan pergi ya? Aku benar-benar takut ...."

Carlos segera menenangkannya, "Nggak apa-apa, ada aku di sini. Orang-orang jahat itu nggak akan bisa mencelakaimu."

Sudah lama sekali dia tidak bicara padaku dengan suara selembut itu. Dalam sekejap, hatiku terasa dipenuhi hawa dingin.

Tenggorokanku terasa kering saat bertanya, "Sibuk yang kamu maksud itu ... sibuk apaan?"

Di ujung sana, Carlos terdengar mendengus kesal. Meskipun tidak melihat wajahnya, aku bisa merasakan kejengkelannya.

"Stacy ada masalah, dia ditipu orang. Dia sendirian di sini, nggak kerabat sama sekali. Jadi, dia terpaksa minta tolong aku sebagai teman lamanya. Jangan bikin ribut lagi, bisa nggak?"

Stacy. Lagi-lagi Stacy.

Stacy adalah cinta pertama Carlos. Sejak dia kembali ke negara ini sebulan lalu, entah sudah berapa kali aku mendengar nama itu keluar dari mulut Carlos.

Entah itu alasan Stacy rumahnya kebanjiran karena pipa bocor dan Carlos harus menolong memperbaiki. Atau katanya Stacy diikuti orang dan Carlos tidak bisa membiarkan dia celaka, jadi harus melindunginya.

Di mulut Carlos, Stacy digambarkan sebagai wanita lembut yang tidak suka merepotkan orang lain. Namun bagiku, Stacy lebih mirip bayi besar yang sama sekali tidak bisa mengurus dirinya sendiri dan selalu saja menyusup ke dalam hidupku setiap saat.

Waktu luang Carlos hampir seluruhnya dihabiskan untuk wanita itu. Karena masalah itu, aku dan dia sudah sering bertengkar. Dari awal dia berjanji tidak akan lagi berhubungan dengan Stacy, sampai akhirnya semakin lama semakin memperlihatkan ketidaksabarannya.

Terakhir kali bertengkar, dia bahkan berkata, "Aku dan dia sudah cerita masa lalu, jangan berpikiran macam-macam. Kalau aku dan Stacy benar-benar ada sesuatu, apa aku masih akan menikah denganmu?"

Mengingat ucapan itu, hatiku terasa makin getir. Aku baru saja hendak memberitahunya tentang kondisi ibu mertua, tapi ujung telepon malah terdengar nada sibuk. Carlos benar-benar menutup telepon!

Aku buru-buru menelepon lagi. Satu kali, dua kali ... tetap tidak dijawab. Semakin lama, hatiku makin mencelos. Sampai entah sudah mencoba berapa kali, akhirnya telepon diangkat.

Takut dia akan buru-buru menutup lagi, aku segera menyampaikan kabar itu. "Ibu kecelakaan, masih di ruang gawat darurat! Cepat datang! Terus, uang di kartuku nggak cukup untuk biaya rumah sakit, bisa nggak kamu transfer 200 juta?"

Tak kusangka, bukan Carlos yang menjawab telepon itu. Terdengar suara lembut Stacy, tetapi kalimatnya membuat darahku mendidih.

"Kak, aku tahu kamu ingin sekali Carlos segera pulang, jadi kamu sengaja mengarang alasan ini, 'kan? Tapi aku benar-benar nggak bisa ditinggal di sini. Begitu urusannya selesai, aku akan kembalikan dia padamu, ya?"

"Soal uang itu ... sebaiknya kamu jangan nipu Carlos lagi. Beberapa hari lalu aku dengar sendiri, ibumu minta 200 juta darimu untuk membelikan rumah adikmu."

Carlos ada di sampingnya. Aku langsung mendengar suaranya yang penuh amarah, "Minerva, kamu ini benar-benar tukang bantu adikmu, nggak bisa ditolong lagi!"

"Apa hubungannya kecelakaan ibumu sama aku? Meskipun dia mati, jangan harap bisa menguras uang dariku untuk keluargamu. Jangan ganggu aku lagi, pergi!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Durhaka Dibutakan Nafsu   Bab 13

    Karena video itu tersebar, opini publik tentang Carlos malah mulai berbalik. Banyak orang beranggapan bahwa dia hanya ditipu Stacy, bahkan mengira dia juga korban.Melihat komentar-komentar itu, aku hanya bisa merasa geli. Entah Carlos benar-benar sengaja atau tidak ... baik aku, paman, maupun ibu mertuaku yang sudah meninggal, tidak akan pernah memaafkannya.Stacy memang menjijikkan, tapi rasa benciku padanya tidak sebanding dengan kebencian pada Carlos.Karena dia seharusnya adalah keluarga kami. Dia seharusnya berdiri di sisi kami, bersama-sama melawan segalanya. Namun kenyataannya, dia memilih sebaliknya.Luka seperti ini ... tidak akan pernah bisa terhapus.Hari vonis Carlos tiba, semua orang kompak untuk tidak hadir. Itu pun sudah cukup menjadi bentuk hukuman tersendiri baginya.Setelahnya, aku dengar dari Paman bahwa Carlos telah mengakhiri hidupnya di penjara. Sebelum meninggal, dia terus menggumamkan permintaan maaf. Dia meminta maaf pada ibu mertua, paman, dan juga aku.Mende

  • Anak Durhaka Dibutakan Nafsu   Bab 12

    Hari itu, keributan di depan gedung pengadilan terekam oleh para pengunjung yang menonton, lalu disebarkan di internet. Tak butuh waktu lama, akun-akun gosip besar ikut membagikan ulang.[ Ibu Kandung Meninggal, Anaknya yang Jadi Pengacara Malah Bela si Penabrak hingga Lolos Hukuman. ]Judul yang begitu sensasional langsung menarik perhatian banyak orang.Dalam sekejap, identitas Carlos dan Stacy digali habis-habisan oleh warganet. Sama seperti di tempat kejadian, komentar-komentar penuh makian pun membanjiri mereka berdua.Namun, Stacy tetap saja congkak. Mungkin karena merasa semua bukti sudah dibereskan oleh Carlos, dia sama sekali tidak takut. Bahkan, memanfaatkan momen ketika namanya sedang ramai, dia nekat membuka siaran langsung."Benar, mobil memang aku yang bawa. Tapi bukan berarti aku yang menabrak sampai mati. Itu cuma rekayasa kecelakaan, kalian nggak punya bukti, jadi jangan asal tuduh!""Aku memang kebut-kebutan dan ada sedikit mabuk juga. Paling-paling SIM-ku dicabut, cu

  • Anak Durhaka Dibutakan Nafsu   Bab 11

    Carlos pulang ke rumah dengan tatapan kosong seperti orang yang kehilangan jiwa. Namun di rumah itu, aku sudah menyiapkan sebuah "kejutan" untuknya.Kesombongannya, ketidakpercayaannya, ejekan-ejekannya ... semua itu tidak pantas mendapatkan maaf dariku begitu saja.Saat dia mendorong pintu dan menyalakan lampu, pandangannya langsung jatuh pada sebuah toples yang kuletakkan di meja. Toples itu sangat familier baginya. Itulah toples acar buatan tangan ibu mertuaku, yang khusus dibawanya dari rumah.Di atasnya, aku menempelkan secarik kertas.[ Ini acar buatan tangan Ibu. Cuma karena kamu menyebutkan sekali di telepon, dia langsung membuatnya dan terburu-buru mengantarkannya. Kalau hari itu dia nggak datang membawa acar ini, menurutmu ... apakah Ibu masih akan mati? ]Membaca tulisan itu, lutut Carlos langsung lemas. Dia jatuh berlutut di lantai, air mata deras mengalir tanpa henti. Seperti binatang buas yang terjebak dalam keputusasaan, dia meraung kesakitan."Ibu!""Ibu!""Aku salah, a

  • Anak Durhaka Dibutakan Nafsu   Bab 10

    Paman semakin terbawa emosi, suaranya sampai tercekat. "Demi mendapatkan hak asuhmu, waktu itu ibumu rela meninggalkan rumah tanpa harta apa pun dan nggak mengambil sepeser pun dari ayahmu yang selingkuh itu.""Seberapa banyak penderitaannya, kamu sendiri yang paling tahu! Tapi setelah dia kecelakaan, apa yang kamu lakukan? Bahkan pemakamannya saja kamu nggak datang!""Dan sekarang, Stacy bisa lolos dari hukuman, itu karena bantuanmu juga, 'kan? Benar, bukan?"Wajah Paman memerah karena marah. Khawatir kesehatannya akan terganggu, aku segera maju menenangkannya. "Paman, jangan marah sama orang seperti dia. Aku akan terus naik banding."Paman menghela napas untuk meredakan emosinya. Rambutnya yang sudah memutih membuat hatiku ikut bergetar. Dia menepuk pundakku dengan lembut."Minerva, semua ini berkat kamu. Nanti kalau kamu benar-benar cerai sama Carlos, kamu tetap akan jadi keponakanku."Aku tersenyum mengangguk.Sementara itu, Carlos sudah seperti orang kehilangan jiwa. Mulutnya teru

  • Anak Durhaka Dibutakan Nafsu   Bab 9

    "Nggak ... ini nggak mungkin, bagaimana bisa begitu?""Minerva, kamu sedang menipuku, 'kan? Semua dokumen ini palsu, bukan?"Aku terkekeh dingin. "Iya, iya, semua ini aku yang menipumu."Mendengar jawabanku, Carlos malah menghela napas lega. "Hal seperti ini mana boleh dijadikan bahan bercandaan? Kamu benar-benar keterlaluan!""Kalau dipikir-pikir, memang sudah lama aku nggak menjenguk Ibu. Begini saja, kamu tunggu aku antar Stacy pulang dulu, lalu kita sama-sama pergi melihat Ibu."Stacy jelas tidak menyangka Carlos ternyata tidak mau menceraikanku. Dari nada bicaranya, bahkan seolah masih ingin kembali padaku. Tawa kemenangan di wajahnya langsung menjadi kaku.Carlos kali ini bahkan tidak memberinya sedikit pun lirikan. Sambil bicara, dia sudah mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor ibunya.Namun begitu tersambung, suara mesin penjawab berbunyi, "Nomor yang Anda hubungi tidak terdaftar."Carlos benar-benar panik. "Nomor kosong? Kenapa nomor Ibu jadi nomor kosong? Apa mungkin Ibu men

  • Anak Durhaka Dibutakan Nafsu   Bab 8

    Aku melirik ke arah Stacy yang berdiri di belakang Carlos. Begitu mendengar aku menyebut kata "cerai", wajahnya langsung dipenuhi kegirangan yang nyaris tak bisa disembunyikan.Mengikuti arah pandanganku, Carlos menangkap ekspresi penuh suka cita di wajah Stacy. Dia sempat tertegun, tapi berpura-pura tak melihatnya dan hanya berdiri terdiam cukup lama."Kamu benar-benar mau menceraikan aku? Kamu harus tahu, dengan latar belakang keluargamu seperti itu, nggak mudah bagimu mau cari pria dengan kondisi sepertiku setelah cerai."Latar belakang keluargaku ....Mendengar Carlos menyebut kata itu, hatiku tetap terasa sedikit nyeri. Sebelum menikah dulu, aku pernah berkali-kali menanyakan, apakah dia akan mempermasalahkan keluargaku yang selalu membeda-bedakan anak laki-laki dan perempuan.Kalau saja waktu itu dia menunjukkan keberatan, bahkan sekadar ragu sedikit saja, aku pasti akan berpikir ulang untuk melanjutkan hubungan ini.Namun, dia tak pernah menunjukkan itu. Kini, sisa-sisa perasaan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status