LOGINSetelah suamiku meninggal karena kecelakaan, aku mengelola restoran kecil untuk membesarkan anakku. Sehari sebelum pernikahan anakku, aku tiba-tiba menang lotre senilai 160 miliar. Aku merasa sangat senang. Aku berencana menjual restoranku dan memulai kehidupan pensiunku. Siapa sangka, saat aku menelepon putraku untuk memberitahunya rencanaku, calon menantu yang selalu bersikap sopan tiba-tiba menjadi galak. "Kamu harap kami menghidupimu ya? Kami baru kerja dua tahun. Kami nggak punya uang untukmu!" Calon menantuku juga mengancam putraku, "Kalau kamu berani memberi uang kita pada ibumu, aku bakal batalkan pernikahan ini!" Putraku yang marah pun bertengkar dengan pacarnya. Kemudian, dia menghiburku, "Kamu sudah bekerja keras selama bertahun-tahun. Sudah waktunya istirahat. Aku yang akan menghidupimu." Aku merasa sangat lega. Aku pun berniat mentransfer 40 miliar kepada putraku supaya dia bisa berbisnis. Keesokan hari, aku malah mendapat panggilan yang memberitahuku bahwa putraku mengalami kecelakaan. Butuh 1 miliar untuk menyelamatkan nyawanya. Aku langsung mentransfer uang itu, tetapi putraku tidak berada di rumah sakit. Saking paniknya, aku pergi ke kota tempat putraku tinggal dengan menerjang badai. Ketika menemukan putraku, ternyata dia sedang mengadakan acara pernikahan di hotel. Putraku berlutut kepada cinta pertama suamiku dan memanggilnya ibu saat bersulang. Mengejutkannya, yang duduk di sampingnya adalah suamiku yang meninggal sepuluh tahun lalu!
View MoreSetelah membereskan semuanya, Edo meletakkan ponselku dan meninggalkan kamarku. Beberapa saat kemudian, aku membuka mataku dengan perlahan. Aku memeriksa saldoku dan mendapati saldoku yang seharusnya 200 juta menjadi nol.Untungnya uang hasil menang lotere di simpan di rekening lain. Aku menghela napas lega, lalu langsung menelepon polisi. Kebetulan, di dekat rumahku ada kantor polisi. Dalam waktu kurang dari 5 menit, polisi tiba. Aku mengira butuh sedikit waktu untuk menangkap Edo. Siapa sangka, polisi membawa Edo ke hadapanku. "Bu Naomi, apa ini orang yang kamu katakan?"Aku telah menjelaskan kronologinya kepada polisi saat di telepon. Beberapa petugas polisi itu pun menahan Edo di hadapanku. Aku mengangguk dan masih tidak percaya sampai sekarang.Polisi menjelaskan, "Saat kami tiba di depan tadi, orang ini terlihat sangat mencurigakan. Begitu melihat kami, dia langsung ingin kabur."Ternyata Edo merasa bersalah atas tindakannya. Aku terkekeh-kekeh. Dasar anak tidak berguna.Ekspresi
Kukira kehidupanku akan menjadi tenang kembali. Tiga bulan kemudian, aku kembali ke rumah tuaku untuk membereskan beberapa dokumen.Begitu tiba di depan pintu, aku langsung melihat sebuah sosok menyerbu ke arahku dari kegelapan. Sosok itu menarikku dan berseru, "Ibu, akhirnya kamu pulang! Aku mencarimu begitu lama!"Itu adalah Edo. Dia jauh lebih kurus sekarang. Wajahnya berkumis. Tatapannya yang menatapku terlihat lesu.Aku terperanjat. Setelah tersadar kembali, aku mendorongnya dengan ekspresi datar. "Kamu salah orang.""Kamu masih marah padaku, Ibu?" Sekujur tubuh Edo menegang. Dia menatapku dengan ekspresi bersalah.Aku tidak berbicara dan hendak membuka pintu. Edo malah mengadang supaya aku tidak bisa masuk. Kemudian, dia berlutut dan berkata dengan mata memerah, "Ibu, aku sudah tahu aku salah!""Kuakui aku khilaf. Aku dihasut Elvi. Aku kira kamu pelakor yang merusak hubungan orang. Makanya, aku percaya padanya. Sekarang aku sudah menyadari kesalahanku. Tolong maafkan aku!"Edo pi
Shinta merasa kesal. Dia membantah, "Jangan bicara sembarangan! Aku sudah memberitahumu hotel disewa! Aku menyuruhmu membuat janji di minggu depan!""Kamu sendiri yang pelit dan nggak sanggup bayar! Kamu mau menyuapku dengan 30% harga sewa! Kamu menyuruhku diam-diam menyewa aula untukmu! Kamu kira uang yang kamu kasih itu sangat banyak? Kamu mau menyalahkanku? Jangan mimpi!""Kamu .... Jangan bicara omong kosong!" pekik Elvi yang murka. Namun, dia agak terbata-bata karena gugup.Aku ingin tertawa mendengar perdebatan ini. Aku bertepuk tangan. "Rupanya uang yang kamu punya cuma segini?"Wajah Elvi menjadi makin pucat. Gladys dan Edo juga merasa malu sehingga menunduk. Mereka tidak berkoar-koar lagi seperti sebelumnya.Aku tidak menghiraukan mereka lagi dan menoleh untuk bertanya kepada Rey, "Karena semua sudah jelas, bukankah sudah seharusnya mereka diusir?""Ya, ya!" Rey yang bereaksi segera mengangguk dan menyuruh satpam mengusir Elvi dan lainnya."Sebentar!" Sebelum satpam mendekat,
Kemudian, Rey berbalik untuk menatap resepsionis itu. Dengan geram, dia bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Bukannya sudah kubilang hotel nggak terbuka untuk umum selama seminggu ini?""Aku .... Lagi pula, mereka cuma pakai aula dan dapur. Mereka nggak pakai kamar di sini kok ...." Resepsionis itu tidak menyangka situasi akan menjadi seperti ini. Dia terbata-bata saat menjelaskan."Se ... selain itu, kamu nggak memberitahuku ada yang menyewa seluruh hotel. Kamu cuma bilang kita nggak menerima tamu."Kemudian, resepsionis itu melirikku dan meneruskan dengan enggan, "Lagi pula, dia nggak mungkin bisa menempati semua kamar yang ada di sini ....""Tutup mulutmu!" Rey yang murka menjadi makin murka mendengarnya. "Sekarang, usir semua orang tak berkepentingan dari hotel ini!"Resepsionis itu tidak bisa berkata-kata. Di sisi lain, Gladys dan lainnya merasa enggan. "Atas dasar apa kalian mengusir kami? Kami juga bayar!""Hotel nggak menerima uang apa pun dari kalian. Sepertinya kalian sala












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews