Share

Uang, tapi ....

Author: repetition
last update Last Updated: 2023-01-30 14:13:35

"Ma, hari ini makanannya kok sama lagi?"

Ucapan Vasya--sang anak--mengagetkan Ariana. Sedari tadi, dia terus saja kepikiran dengan kejadian tadi siang. Deven bermain-main dengan preman pasar.

Dengan sabar, Ariana pun berusaha menenangkan anaknya itu. "Vasya, kamu yang sabar ya, Nak. Kita makan tempe sama tahu dulu. Kapan-kapan, Mama pasti beliin kamu nuget, gimana?" tanya Ariana sembari membelai rambut sang anak.

"Halah, Mama sama Ayah tuh suka bohong! Pokoknya, Vasya nggak mau makan kecuali nuget!" bantah Vasya yang kemudian berjalan ke arah kamar sembari menangis.

Devan yang melihat itu kemudian menghela nafas. "Ma, anakmu itu nggak tahu diri, ya?! Udah Bapaknya kerja capek-capek, dia tinggal duduk buat makan aja kok masih ngomel! Kamu bisa ngurus anakmu nggak, sih?" tanya Devan dengan nada ketus. Ia menyudahi acara makannya.

"Wajar, Mas. Vasya kan masih kecil," jawab Ariana dengan tenang.

Devan terlihat menghembuskan nafas panjang, tetapi tak lama, dia pun berteriak pada anaknya.

"Vasya, kamu makan di depan tv aja, ya. Ayah mau ngomong sama Mama kamu."

Mendengar itu, Vasya menganggukkan kepala dan segera pergi--sesuai perintah sang ayah.

Setelah memastikan Vasya pergi, Devan tiba-tiba menatap Ariana tajam.

"Ma! Kamu itu bisa nggak, sih?! Nggak usah belain anak kamu terus! Dia aja yang kurang bersyukur! Kamu mau ndidik dia jadi anak manja?!" teriak Devan.

"Mas, kamu bisa bicara pelan-pelan nggak, sih? Kamu nggak malu, ya? Gimana nanti kalo tetangga denger? Lagian, kamu harusnya intropeksi diri! Tadi pagi, aku lihat kamu sama Jarot! Terus, kamu tadi ngeluarin uang dua ratus ribu buat dia! Dapet dari mana kamu duitnya?!" tantang Ariana tiba-tiba.

Dia lelah disalahkan mulu oleh Devan. Padahal, suaminya itu juga memiliki banyak hal yang harus dijelaskan.

Lama, Ariana menunggu jawaban Devan. Namun, suaminya itu hanya diam--seperti orang ketakutan.

Ia sepertinya tak menyangka bahwa istrinya akan tahu soal itu.

"Mas, kamu kenapa diem aja sih, Mas?! Jawab pertanyaanku!" ucap Ariana dengan suara lirih.

Merasa terpojokkan, ego Devan terluka. Dengan pongah, dia menatap Ariana merendahkan.

"Udahlah, kamu itu kalo nggak tahu apa-apa mendingan diem aja! Daripada kamu nanyain yang nggak perlu, kenapa kamu nggak mau bantuin aku kerja juga?! Kan enak nanti kalo kamu cari kerja! Harusnya kamu tuh mikir, Ma!" teriak Devan dengan nada kencang sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah.

"Mas?!" teriak Ariana dengan lantang.

Namun, Devan tak peduli.

Melihat itu, Ariana lantas beranjak pergi dari ruang makan dan segera bergegas ke kamar. Di kamarnya, wanita itu menutup dan mengunci pintu pelan.

"Ya Tuhan, ujian apa yang sebenarnya kau berikan padaku? Kenapa hamba mempunyai suami seperti dia?" batin wanita itu. Dia membungkam mulutnya sendiri. Berusaha agar anaknya tak mendengar tangisannya.

******

"Tok tok tok!"

Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Ariana bergegas menghapus tangisannya.

Mengira bahwa yang datang menghampirinya adalah suaminya, ingin rasanya Ariana membuka pintu. Namun, dia mengurungkan niatnya.

"Kamu tidur di luar saja malam ini, Mas! Aku nggak mau bicara sama kamu sementara waktu!" pekik wanita itu dengan nada tinggi. Ariana menahan nafasnya yang sesak.

"Ma, ini Vasya. Bukan Ayah," ucap Vasya dengan suara ketakutan.

Deg!

Ariana yang mendengar hal itu terkejut. Ia langsung membuka pintu dan berlutut di hadapan sang anak.

"Vasya, maafin Mama, ya. Tadi, aku kira itu Ayah kamu, bukan kamu." Ariana mengelus kepala sang anak dan membelai rambutnya. Vasya yang mengetahuinya, menundukkan kepala.

"Mama sama Ayah tengkar, ya?" tanya gadis itu dengan wajah murung.

"Astaga, apa tadi suaraku sama Mas Devan kekencengan, ya?" batinnya pelan. Wanita itu tak bisa berkata-kata.

Vasya menyipitkan kedua matanya. Ia bertanya kepada sang ibu. Namun, Ariana tetap diam. Untuk beberapa saat, dia melamun.

"Mama kenapa? Kok diem aja, sih?" tanya Vasya dengan suara lirih. Ia menepuk bahu sang ibu.

"Eh, Mama nggak papa kok, Sayang. Kamu belum tidur, ya?" Ariana mengelus kepala sang anak.

"Vasya tadi udah tidur. Tapi, Vasya denger Mama tengkar sama Ayah. Makanya, Vasya kebangun. Sekarang, Vasya nggak bisa tidur." Vasya tersenyum di hadapan sang ibu.

Entah dari mana, tak lama kemudian, Devan muncul seolah tak terjadi apa-apa. "Loh, anak Ayah bangun. Kamu kenapa, Sayang?" Devan menekuk satu lututnya. Ia menundukkan kepala ke arah Vasya--seperti sosok penyayang.

Anehnya, sang anak justru tampak ketakutan. Menyadari itu, Ariana lantas bergerak cepat.

"Vasya, kamu mau ke kamarmu? Ayo, Mama anter ke kamar."

Salah satu tangan Vasya diraih oleh Ariana.

Sang anak dengan cepat menganggukkan kepalanya pelan. Mereka pun segera ke kamar san anak. Setelah memastikan anaknya tidur, barulah Ariana kembali ke kamarnya.

Di sana, Devan duduk bersandar dengan tenang.

Namun, itu tak lama karena Devan tiba-tiba bersuara dengan nada tinggi, "Ariana, sini kamu!"

Deg!

Ariana segera menundukkan kepala. Ia juga memegang degup jantungnya dan mencoba membuat nafasnya kembali tenang.

Lama, dia menunggu sampai akhirnya Devan melempar dua lembar uang 100 ribuan di depan muka Ariana.

"Tuh! Uang buat kamu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami   Segenggam Harapan (Tamat)

    Keesokan harinya, tepat di hari Senin pagi. Farel menyarankan bibinya untuk mendatangi Ariana. Tak hanya itu, Beliau juga diminta untuk menjelaskan pekerjaan yang nantinya akan dikerjakan oleh Ariana. Alhasil, dirinya pun segera bersiap-siap untuk pergi ke rumah Ariana. Di sana, Farel menyuruh Devan untuk meninggalkan keduanya. Sebelum itu, dia mengucapkannya melalui telepon yang dia miliki. Tak lama kemudian, ketika Farel berangkat dengan sang bibi, Beliau pun bertanya dengan sopan kepada keponakannya. "Farel, gimana kalo Bibi nanti nggak bisa bayar perempuan itu? Kamu kan tahu, Bibi memang baru aja pindah di sini. Sebenernya, kalo untuk makan dan biaya kehidupan sehari-hari, uangnya masih cukup. Tapi, kalo untuk bayarin perempuan itu, gimana? Bibi bingung loh, Farel." Wanita berkerudung hitam itu melihat ke arah Farel dengan wajah gelisahnya. Namun, tak lama kemudian, Farel menghembuskan nafas panjang. "Nggak papa, Bi. Nanti, Farel juga ikut bantuin Bibi untuk bayar gajinya. Lag

  • Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami   Penjelasan Bermakna

    Farel dan Devan saling beradu dalam diam, keduanya hendak menimbang satu sama lain. Lalu, tak lama setelah itu, Devan kembali angkat bicara. "Ariana, Farel sama aku berusaha menyelamatkan kamu, tadi. Terus, pas itu, Farel nyamar jadi pemulung. Tapi, nggak taunya dia itu udah bawa temennya. Keduanya langsung nyergap orang yang udah jahatin kamu, kemarin. Makanya itu, hehehe," ucap Devan sambil tertawa. Lelaki itu hanya bisa diam ketika dirinya berusaha untuk tak mengerti apa-apa. "Hah?! Yang bener aja dong, Devan! Apa katamu tadi?! Beneran, nih?! Jadi, kalian berdua berusaha menangkap orang itu, ya?!" Ariana menaikkan salah satu alisnya. Lantas, keduanya mengangguk kan kepala. Ariana langsung menghembuskan nafas panjang, mengusap peluh di kepalanya, sambil menunggu momen yang tepat, untuknya berbicara. "Huh, untung aja kalo gitu," balas Ariana dengan perasaan ragu. Meski demikian, kedua matanya menoleh ke beberapa arah. Lantas, dirinya langsung memberi salam dan pergi ke dalam ruma

  • Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami   Penangkapan Paksa

    "Siapa yang menyelamatkan siapa, Farel?! Jangan mengada-ngada! Kalo kamu membongkar kasus ini, bisa-bisa Istriku kenapa-napa lagi!" bentak Devan dari dalam mobil. Lelaki itu melirik Farel sekilas. Lantas, ia meneguk ludahnya sendiri. "Seratus! Aku nggak nyangka kamu sepintar itu. Tapi, kamu tenang aja. Aku ke sini untuk ngasih pilihan ke kamu. Yang penting, aku kan udah ngasih tahu kamu lokasinya di sini. Kalo urusan kamu mau ngehajar dia atau enggak, itu urusan kamu. Lagian, aku udah tahu satu korban yang berhasil kabur dari rumah itu," ucap Farel."Apa maksudmu, ha?!" pekik Devan dengan suara lantang. Lelaki itu merasa geram setengah mati. Ingin rasanya dia menghajar Farel, karena baginya, apa yang dia lakukan sama saja membuang waktu percuma."Enggak ada. Aku cuman mau kamu amati aja, siapa orang-orang mereka. Lihat, mereka semua sedang mengobrol di halaman depan rumah. Berpakaian seperti orang biasa. Terlihat seperti orang baik pada umumnya. Tidak ada yang aneh. Rumah mereka juga

  • Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami   Pancingan Amarah!

    Dari kejadian itu, Devan semakin gencar melindungi Ariana. Dirinya tak segan-segan menelepon wanitanya, sekalipun dia berada di hari yang sibuk. Beberapa jam sekali, Devan menyempatkan diri untuk ke kamar mandi dan menelpon istrinya. Ketika jam kerja selesai, dirinya juga tak segan-segan untuk langsung pulang. Sementara itu, Farel langsung bergegas mencari tahu. Tentu saja, dia tidak melakukannya sendiri. Karena, setelah lima hari lamanya, dia menghubungi Devan dan mengajaknya ke suatu tempat. "Van, kamu ada waktu luang, nggak? Kayaknya, aku udah menemukan pelakunya. Dan berita baiknya, aku tahu siapa orang ini. Kamu mau ngasih dia pelajaran?" tanya Farel sembari tersenyum sinis, di balik teleponnya. Deg!Devan menghembuskan nafas panjang. Mulanya, ia kebingungan dengan kalimat Farel yang agak dominan mengarah ke perkelahian. "Tunggu dulu, apa dia adalah seorang wanita? Atau laki-laki? Ariana sebelumnya sudah pernah bercerita denganku. Hanya saja, aku tidak tahu apakah yang meneror

  • Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami   Trauma

    Devan yang di hari itu bekerja, sama sekali tak bisa konsen terhadap pekerjaannya. Ia kebingungan memikirkan sang istri yang bertahan di rumah. "Ya Allah, tolong lindungi Istriku," batinnya meraung keras. Sementara itu, Ariana yang sedari tadi di rumah, menghela napas panjang. Dia merasa sedikit tenang ketika seorang wanita yang merupakan tetangga sebelah rumahnya datang dan menghampirinya. "Assalamu'alaikum, Mbak Ariana." Wanita bernama Yunita itu, memanggil nama Ariana dengan suara lantang. Tak lama kemudian, Ariana berlari kecil ke depan rumah. "Wa'alaikumussalam, Mbak Yunita," balas wanita itu dengan suara lirih. "Ya Allah, Mbak. Untung Mbak Ariana nggak kenapa-napa. Saya tuh cemas loh, Mbak. Dari tadi, saya lihat kalo Mbak didatengin sama dua orang itu. Orang yang biasa nyari perempuan buat dijadiin pekerja kayak gitu," ucap wanita itu dengan suara lirih. Kedua matanya melihat ke kanan dan kiri, mengawasi daerah sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun yang ada di

  • Anak-Istri Kalah dengan Teman Suami   Menyelamatkan Ariana

    Ariana yang masih berada di dalam kamar, mencoba untuk menenangkan diri. Alhasil, dia benar-benar menghubungi suaminya melalui sebuah pesan. Devan yang saat itu masih berada di jam kerja, tidak sempat melihatnya. Namun, karena hp Devan diletakkan di sebuah meja yang letaknya berdekatan dengan kursi milik ayah Farel. Beliau langsung memberitahukan hal itu kepada Devan. "Van, ada SMS dari Istri kamu," ucap sang ayah dengan wajah gelisah. Beliau menoleh ke arah Devan. Lelaki itu spontan menoleh ke arah ayah Farel. Lalu, dia berjalan ke meja dan mengambil hpnya. "Iya, Pak. Makasih, saya lihat dulu, ya," balas Devan sembari tersenyum. Devan mengambil hp dan kemudian membaca isi pesannya. "Astaghfirullah, Ariana? Kenapa ini?" batin Devan dengan wajah gelisah. Ayah Farel yang mengetahuinya, langsung menoleh ke arah Devan. "Ada masalah apa, Van? Kenapa mukanya ditekuk gitu?" tanya lelaki itu dengan suara lirih. Devan segera menoleh, menceritakan apa yang terjadi. "Ini, Istri saya lagi a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status