Home / Romansa / Anak Kembar Mr. Billionaire / Naluri Hati Saling Mencintai

Share

Naluri Hati Saling Mencintai

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2023-06-27 18:45:05

Hari sudah gelap, Alana gelisah karena tidak biasanya hujan turun sore ini. Ia seharian meninggalkan si kembar di rumah.

Alana berdiri di depan kantor dan ia menatap beberapa rekan kerjanya yang sudah pulang dengan mobil masing-masing.

"Ya Tuhan, bagaimana dengan si kembar di rumah?" lirih Alana kepanikan.

Tatapan mata Alana tertuju pada langit yang mendungnya semakin tebal. Demi anaknya ketakutan di runah, Alana tidak akan peduli air membasahinya.

Alana hendak berlari menembus hujan, namun seseorang menahan lengannya hingga membuatnya menoleh dengan cepat.

"Apa kau tidak tahu kalau sedang hujan?!"

Kedua mata Alana mengerjap pelan menatap Alex yang begitu dalam menatapnya, perhatian Alana tertuju pada tangan Alex yang begitu erat mencengkeram lengannya.

"I... Itu Pak, ada yang saya tinggalkan di rumah dan sangat membutuhkan saya, jadi saya harus pulang sekarang," jawab Alana dengan wajah panik dan cemas.

"Tapi sedang hujan Alana, kau bisa sakit. Aku akan mengantarkan...."

"Tidak Pak, terima kasih," ujar Alana melapaskan tangan Alex.

"Alana!"

Alex berteriak begitu Alana berlari menembus hujan, gadis itu berlari ke arah halte dan segera masuk ke dalam sebuah bus.

Di dalam bus, Alana duduk diam menatap pergelangan tangannya. Ia menyadarkan kepalanya di jendela bus dan mengembuskan napasnya panjang. Tatapan mata Alex yang masih terekam di benak Alana membuat gadis itu merasa ada sesuatu di hatinya.

"Apa yang terjadi hari ini, dari Pak Alex salah orang, sampai-sampai aku baper dengannya. Oh ayolah Alana, jangan mekikirkan soalan lain, pikirkan anak-anakmu!" tegas Alana pada dirinya sendiri.

Beberapa menit berlalu, Alana baru sampai di rumahnya. Gadis itu masuk ke dalam rumah dan ia mendapati rumahnya yang sepi.

Di atas meja ada beberapa potongan roti dan camilan. Mainan yang berserakan di mana-mana, Alana berlari naik ke lantai dua. Ia membuka pintu kamarnya dan melihat kedua anaknya yang tertidur di sana.

"Hufftttt... Ya Tuhan," lirih Alana memegangi dadanya dan kedua matanya terpejam.

Ia masuk ke dalam dan menutup pintu kamarnya hingga membangunkan Kenzo. Anak itu kaget dengan kedatangan sang Mama.

"Mommy!" pekik Kenzo berlari lompat dari atas ranjang dan memeluk Alana.

"Sayangnya Mommy, kenapa menangis nak?" Liana mengusap punggung kecil putranya.

Kenzo menarik tubuhnya, ia menatap sang Mama dan menangkup kedua pipi Alana dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

"Mommy ke mana saja? Kenapa baru pulang malam-malam? Kunzi tadi nangis Mom, di sekolah teman-teman jatuhin Kenzi dari ayunan," ujar anak itu bercerita.

Entah kenapa air mata Alana tiba-tiba menetes, ia mengusap pipi gembil Kenzo dan memeluknya.

"Maafkan Mommy ya sayang, Mommy harus kerja. Kalau Mommy tidak kerja, nanti kalian tidak bisa beli mainan," ujar Alana.

Anak itu mengangguk, Kenzo meraih tangan Alana ke arah ranjang dan memintanya untuk berbaring di sampingnya dan juga kembarannya yang tertidur sangat pulas.

Alana mengecupi pipi mereka berdua, harinya terasa pedih bertanya-tanya di mana suaminya. Kenapa dunia begitu kejam tidak memberikan jawaban padanya.

"Mommy-ku," lirih Kenzi membuka matanya dan melihat Alana di depannya.

"Mommy sudah pulang, Kenzi. Ayo bangun," ajak Kenzo menepuk pucuk kepala adik kembarannya.

"Mommy, Kenzi kangen," cicit anak itu.

"Mommy juga Sayang, tapi Mommy sekarang sudah punya pekerjaan. Jadi Mommy harus kerja, nanti kalau kalian pulang sekolah jangan ke mana-mana ya, Mommy akan memasakkan kalian pagi hari, jadi kalau kalian pulang sekolah, langsung makan dan jangan main ke mana-mana, paham?!" tutur Alana pada mereka berdua.

Kedua anak itu berebut memeluknya dan menganggukkan kepalanya. Alana merasa semua dingin di hatinya menjadi hangat begitu kembar memeluknya.

"Sudah-sudah, sekarang kalian bereskan mainan kalian, Mommy akan masak makan malam untuk kalian, okay?!" Alana tersenyum berseri-seri.

"Okay Mommy!" pekik keduanya.

Mereka langsung turun dari pelukan Alana dan berlari membuka pintu kamar. Alana segera membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk membuatkan makan malam.

Namun saat Alana hendak beranjak, ponselnya berdenting dan nampak sebuah pesan masuk di sana. Ia membaca sebuah nomor asing.

"Pak Alex?" cicit Alana mengerutkan keningnya. "Kenapa dia memintaku membuatkan sarapan untuknya, besok? Hem, yang benar saja!"

Alana meletakkan kembali ponselnya dan ia bergegas segera mengurus si kembar dan juga dirinya sendiri.

Setelah Alana membuatkan makan malam untuk kedua putranya, mereka bertiga kini duduk bersama di ruang keluarga. Ia menamani si kembar belajar membaca dan Kenzi yang tengah menggambar.

"Mom, lihat gambaran Kenzi, bagus kan?!" pekik anak itu memamerkan gambarannya pada Alana dan Kenzo.

"Mana, mana, aku mau lihat juga!" pekik Kenzo merebutnya.

Senyuman berseri Kenzo mereka, hal itu membuat Alana juga ikut tersenyum cerah.

"Ini siapa, Sayang?" tanya Alana menunjuk sebuah gambar asing.

"Ini Kenzi, ini Kak Kenzo, ini Mommy, dan ini Daddy kita!" jawab anak itu bergitu gembira.

Kenzo cemberut. "Mom, semoga saja Tuhan tidak marah pada Kenzo dan mau mendengarkan doa-doa Kenzo sebelum tidur," ujar anak itu.

Segera Alana memangku mereka berdua. "Memangnya apa doa kalian? Kalian doakan Mommy, tidak?" tanya Alana berusaha ia mengalihkan pembahasan kedua anaknya.

"Iya, tentu saja. Kami berdoa semoga Mommy sehat dan cantik selalu, terus kita minta sama Tuhan buat bertemu sama Daddy. Kenzo sama Kenzi berdoa supaya Tuhan ngasih kita Daddy, biar Mommy tidak capek kerja lagi!" jelas Kenzo menatap cemerlang pada Alana.

Kedua anak itu memeluk leher Alana dan menghujani kecupan di pipi sang Mama. Alana memeluk erat-erat keduanya, ia sangat bangga dengan mereka berdua.

"Ya Sayang, semoga kalian bisa bertemu dengan Daddy ya," lirih Liana.

"Heem, iya Mommy," jawab kompak keduanya.

**

Alex malam ini masih di kantornya, ia menatap beberapa lembar formulis dan daftar riwayat hidup milik Alana. Tidak sama dengan Alana yang dulu, bahkan nyaris tidak sama.

Laki-laki itu memijit pangkal hidungnya, ia penasaran dan semakin ingin tahu dengan semuanya tentang Alana yang baru, Alana yang muncul dengan keadaan asing padanya.

"Alana, kenapa kau melakukan ini? Sekalipun kau tidak berbohong, aku tidak akan marah padamu," ujar Alex mengembuskan napasnya berat.

Benigno yang duduk di sofa sejak tadi sibuk menatap laptopnya, namun kali ini ia sibuk memperhatikan Alex.

"Tapi sepertinya Alana yang ini, bukan Alana yang dulu, Tuan," ujar Benigno.

"Aku tahu Benigno, tapi dengannya... Aku merasa bersama Alana."

Benigno tersenyum kecil dan ia mengangguk pelan.

"Tuan bisa menjadikan dia asisten Tuan, supaya dia tidak lepas begitu saja dengan mudahnya. Saya yakin dengan begitu Alana semakin terbuka pada Tuan, dan juga tentang kehidupannya."

"Bagaimana kalau dia sudah menikah? Sudah punya calon suami?" lirih Alex berdecak kesal.

"Apa Tuan menyukai Alana?" tanya Benigno tidak tahan untuk mempertanyakan hal ini sejak lama.

Alex menoleh dan tersenyum tipis. "Kalau aku tidak menyukainya, aku tidak mungkin terus memburunya, Benigno. Baik sekarang, Alana asli atau Alana yang baru, sekali dia orang yang sama, tidak akan akan lepaskan dia dari genggamanku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   AKHIR PENUH KEBAHAGIAAN

    "Kedepannya, Daddy dan Mommy ingin kita sering-sering berkumpul seperti ini." Alana tersenyum manis, wanita itu menatap Yasmin yang menuangkan teh ke dalam cangkir masing-masing anggota keluarga. "Ayumi juga ingin Mom, apalagi suasana yang seperti ini. Menyenangkan sekali," ujar wanita muda itu duduk bersandar. "Ya, ini sangat jarang dan bahkan nyaris tidak pernah kita semua lakukan." Alana kembali menyahuti. Mereka bertiga berada di dalam rumah kaca yang sudah berdiri dengan indah lengkap dengan hiasan dan bunga-bunga indah yang berada di dalamnya. Suara gemericik air, dan udara segar di dalam tempat itu membuat semua orang betah. Termasuk Odette, bocah cantik itu yang meminta dibuatkan rumah kaca yang besar, seperti yang ada pada acara kartun yang dia tonton setiap hari. "Di mana Daddy dan kembar?" gumam Alana menatap ke arah pintu rumah kaca yang terbuka. "Ada kok Mom, Odette yang memanggil mereka," jawab Yasmin duduk di samping Ayumi. Tak lama setelah mereka mengobrol, mun

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) KESAYANGAN AYAH

    "Rasanya, seumur-umur dari kecil kita besar bersama menjadi anak Daddy. Tapi hanya Odette yang mendapatkan hadiah yang istimewa, Cucu perempuannya..." Kenzi mengangguk, dia terkekeh pelan dan duduk bersandar di teras meletakkan laptopnya. Mereka berdua duduk bersantai bersama. Meskipun sudah cukup lama momen untuk mereka berdua jarang terjadi lantaran sama-sama saling sibuk. "Apa kau akan kembali lagi ke rumah mertuamu dan tidak ingin menempati rumahmu yang dulu, Zi?" tanya Kenzo pada sang kembaran. "Orang tuanya Ayumi juga sama kesepiannya seperti orang tua kita, aku juga kasihan dan ingin menuruti permintaan istriku tinggal dengan orang tuannya," jelas Kenzi pada Kenzo. Helaan napas panjang keluar dari bibir Kenzo. "Rasanya seperti baru kemarin kita bertemu Daddy, kita tinggal berdua dengan Mommy saja, dianak haramkan oleh sebutan orang-orang. Sekarang kita sudah punya anak saja ya..." "Itulah, waktu berjalan dengan cepat." Di tengah mereka berdua yang bercanda, muncul Alan

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) CUCU KESAYANGAN OPA

    Odette terdiam duduk di teras samping sendirian. Anak itu menatap pemandangan rumah kaca yang belum selesai dibangun. Ya. Odette lah yang meminta pada sang Kakek, dengan senang hati Alex mengabulkannya. Baginya, apa yang tidak untuk Cucu-cucu kesayangannya. "Odette, kenapa duduk sendirian? Kenapa tidak main sama adik?" tanya Alex, dia berdiri di belakang Cucunya dan anak itu diam menatap ke depan sana. "Odette menunggu rumah kacanya jadi, Opa," jawab anak itu dengan polos. Senyuman di bibir Alex terukir. Dari semua cucunya, hanya Odette yang sangat Alex sayangi. Bukannya pilih kasih, mungkin karena terbiasa dengan anak laki-laki, hingga dia merasa istimewa dengan adanya Odette di antara mereka semua. Laki-laki itu ikut duduk di samping Odette, sementara semua orang sibuk di dalam rumah, kecuali Kenzo yang sudah pergi ke kantor pagi tadi. "Kalau Odette ingin sesuatu, minta saja ke Opa, ya?" ujar Alex mengusap pucuk kepala anak perempuan yang cantik itu. "Kenapa Opa?" tanya Odet

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) TITISAN KENZO

    Kedatangan Kenzi di rumah Alex membuat suasana menjadi banyak berubah. Ramai, meriah, dan bahagia karena semua keluarga Verolov berkumpul di sana. Wajah-wajah bahagia mereka tidak bisa disembunyikan, semua cucunya berkumpul dan bermain bersama. "Ya ampun, Odette cepat sekali besar hem? Sepertinya baru kemarin dititipkan di sini," seru Ayumi menekuk lututnya di hadapan Odette yang duduk sedang makan siang. "Kan Odette sudah besar, Tante. Usianya sudah lima!" seru anak itu. "Lima apa, Sayang? Lima hari? Lima minggu? Atau-""Lima tahun, Tante. Kata Ayah Odette sudah besar, sudah jadi anak gadis Ayah dan Ibu yang paling cantik!" serunya dengan wajah kesenangan. Semua orang di sana terkekeh. "Ikut Om Kenzi pulang ke rumah Adik Elvyn," ajak Kenzi mendekati anak perempuan satu-satunya dalam keluarga Verolov. Odette menggelengkan kepalanya. "Tidak mau. Nanti Ibu dan Ayah akan kesepian kalau Odette ikut Om dan Tante," jawab anak itu, ada-ada saja jawabannya. "Ajak saja kalau kau bisa,"

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) MENGKHAWATIRKAN ODETTE

    "Odette, kenapa main sendiri di luar? Ayo masuk ke dalam Sayang, anginnya dingin..." Kenzo berdiri di ambang pintu menatap sang putri yang bermain sendirian sore ini di teras depan rumah. Anak perempuannya itu menggeleng, dengan bibir mengerucut dia menolak ajakan sang Ayah dan tetap melanjutkan permainannya. Kenzo mendekati putrinya tersebut, ia mengusap pucuk kepala Odette dengan lembut."Kenapa lagi? Kenapa manyun begini, hem?" Kenzo merapikan rambut pirang Odette. "Ayo main di dalam, ini sudah malam, Sayang.""Tidak mau. Tidak mau ketemu adik," serunya menggelengkan kepala dan menolak tegas. Sudah Kenzo duga, sejak kejadian Odette dijambak oleh Rafael, anak itu pun tidak mau main bersama dengan adiknya. Dia lebih memilih bermain sendirian dan enggan ditemani siapapun. Yasmin juga sudah lelah menasihatinya, tapi putrinya keras kepala dan sekali tidak, maka dia benar-benar akan menolaknya. "Kakak, kan Kakak sudah besar Sayang. Jangan seperti ini yuk, kasihan Ibu," bujuk Kenzo

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) BEREBUT IBU

    Yasmin membeli keperluan memasak dan camilan di sebuah pusat perbelanjaan. Ditemani oleh Kenzo, mereka berdua pergi bersama, tanpa Odette apalagi Rafael. Keduanya berjalan bersama, namun tak jarang banyak pada gadis ataupun wanita-wanita yang membuat Yasmin kesal, lantaran cara menatap mereka pada Kenzo membuat Yasmin ingin meneriakinya. "Heran, apa mereka tidak pernah melihat orang yang tampan?" omel Yasmin dengan nada kesal. "Ada apa?" tanya Kenzo, dia sendiri malah tidak sadar saat menjadi bahan tatapan orang lain yang berlalu-lalang di sekitar sana."Lihat mereka semua, Sayang. Apa tidak bisa mereka biasa saja menatapmu!" kesal Yasmin dengan nada geram. Kenzo pun tertawa melihatnya, dia menyipitkan kedua matanya pada Yasmin. Satu sikunya menyenggol pelan dengan sengaja, dia memang suami yang sangat amat jahil. "Aku rasa memang seperti ini resikonya menjadi laki-laki tampan." "Cih, percaya diri sekali!" balas Yasmin seraya mengambil sebuah camilan di sebuah rak. "Tentu saja

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) KELUARGA IMPIAN

    Dua tahun kemudian..."Ibu, Ibu... Rafael nakal! Dia terus gigit Odette, Ibu!" Teriakan keras itu berasal dari teras depan. Seperti biasa kalau keributan seperti ini sudah biasa terjadi setiap pagi. Odette tumbuh menjadi anak yang pintar, begitu pula dengan Rafael. Mereka tumbuh bersama dan selalu menghabiskan waktu bersama sebagai saudara yang saling menyayangi. "Rafael, jangan ganggu Kakak dong, Sayang!" Suara Yasmin membuat anak laki-laki itu cemberut, Rafael berdiri di dekat pintu membawa mainannya. "Ibu, nakal..." Anak itu berceloteh. "Eh, kok malam Ibu yang nakal?" Yasmin terkekeh mendengarnya, memang Rafael mulai belajar berbicara meskipun tak banyak, namun Yasmin bisa memahaminya. Odette kembali mendekati sang Ibu, anak perempuan itu tersenyum manis. Dia menekan gemas pipi adik laki-lakinya sembari terkikik geli. "Adik bilang Ibu yang nakal. Rafael tidak mau dibilangin ya," ujar Odette memeluk sang adik. "Odette, ambilkan botol minum punya adik di meja makan, Sayang,"

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) TUGAS KAMI SEBAGAI ANAK

    Rencana tidak mau pulang yang dilakukan oleh Odette berbuah hal yang membahagiakan untuk Alana dan Alex, pasalnya hal itu berhasil membuat Kenzo dan Yasmin pun ikut tinggal di sana.Odette kini ikut bersama Yasmin dan Kenzo pulang ke rumah untuk mengambil beberapa barang. "Ibu, bajunya Odette dibawa semuanya?" tanya anak itu membuka lemari pakaiannya. "Jangan Sayang, kita kan nanti juga akan pulang ke sini juga," jawab Yasmin pada sang putri. Anak itu mengangguk, dia mengambil beberapa bajunya dengan perlahan-lahan di dalam lemari. Meskipun terlihat sepele, namun Yasmin merasa berhasil mendidik anak itu dengan baik.Banyak hal yang Odette lakukan sendiri. Setidaknya di usianya yang masih sangat kecil, dia berusaha keras untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak menyusahkan orang tuanya. "Wahhh, anak Ayah sedang apa?" Suara Kenzo membuat Odette menoleh dan anak itu tersenyum menunjukkan deretan giginya. "Odette bantu Ibu, Ayah!" serunya dengan wajah berseri-seri. "Semangat sekali

  • Anak Kembar Mr. Billionaire   (ZO-YAS) TAWARAN DARI ORANG TUA

    Berita duka kematian sang Papa membuat Yasmin amat terpukul. Sejahat apapun Papanya memperlakukan Yasmin ketika masih hidup, namun dia tetaplah Papa kandungnya. Setelah pemakaman selesai siang tadi, Yasmin kembali pulang ke rumahnya. Wanita itu duduk diam di dalam kamar menatap jendela kamar yang terbuka lebar dengan angin berhembus kencang. 'Mama sekarang dan Papa sudah bertemu di surga. Padahal akhirnya, anak yang paling kau benci yang mengurus semuanya, Pa.' Yasmin membatin, dia mengusap wajahnya pelan dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kepalanya pening karena terus menerus menangis. Dia juga meninggal Odette di rumah Mama mertuanya. "Sayang," panggil Kenzo, laki-laki itu membuka pintu kamar. Yasmin menoleh menatapnya. "Ada apa? Aku lelah sekali, kepalaku pusing." Laki-laki itu mendekat, dia berdiri membungkuk di hadapan Yasmin dan mengusap keningnya. "Istirahatlah," ucap Kenzo singkat. Telapak tangan Yasmin mencekal lengan sang suami. Kenzo pun akhirnya ikut bergabu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status