Share

Anak Kembar Sang Presdir
Anak Kembar Sang Presdir
Penulis: Aldra_12

Dijebak

“Lepaskan aku!” teriak gadis itu saat pagutan bibir mereka terlepas.

Gadis itu berusaha memberontak, tapi sekuat apa pun tenaganya untuk melawan, itu tidak sebanding dengan kekuatan Evan.

Namun, Evan tidak melepasnya, tapi menjatuhkan tubuh Renata di atas ranjang, mengukung di bawahnya dan menatapnya dengan rasa lapar.

“Bantu aku,” ucap Evan dengan tatapan begitu sayu.

Renata sangat syok, meski dia mabuk berat tapi bisa mendengar jelas apa yang diucapkan Evan kepadanya.

“Tidak! Menyingkir dari atas tubuhku!” Renata pun berusaha mendorong tubuh pria yang kini mengukung dirinya.

Evan mengabaikan permintaan Renata, tubuhnya sudah tidak nyaman dan bagian bawah tubuhnya sudah tidak bisa ditahan untuk bersabar. Evan menarik paksa pakaian yang dikenakan Renata, membuat gadis itu semakin berusaha memberontak tapi tetap sia-sia.

Renata tidak bisa berkutik, terlebih saat Evan terus menjamah dan merangsek masuk ke bagian inti tubuhnya, membuat Renata meringis menahan sakit dan sempat berteriak meski pada akhirnya Evan membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman panas.

Malam itu, mungkin menjadi malam terburuk untuk Renata. Pesta perpisahan yang seharusnya berlangsung menyenangkan, berakhir tragis setelah Renata mabuk dan ada pria yang masuk ke kamarnya begitu saja, merenggut kesuciannya dan mungkin akan mengubah hidupnya setelah ini.

**

Renata mulai membuka mata, dia meringis saat merasakan tubuhnya terasa sakit dan bagian bawah tubuhnya begitu nyeri. Dia menengok ke bawah dan alangkah terkejutnya mendapati tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Belum lagi pakaiannya kini berserakan di lantai dan tampak sudah koyak.

“Ya Tuhan.” Renata menyugar rambutnya ke belakang sehingga membuat semakin berantakan.

Renata berusaha mengingat apa yang terjadi, tapi tidak ingat apa pun karena semalam dia benar-benar mabuk berat. Terakhir kali hal yang diingatnya adalah memesan kamar dan pergi ke kamar dengan langkah sempoyongan.

Renata berniat bangun, hingga merasakan pergerakan dari belakang punggung. Dia tertegun sejenak, jantungnya berdegup dengan cepat ketika menebak kemungkinan seseorang yang satu ranjang dengannya. Bahkan dia memejamkan mata dengan rapat karena takut, tapi setelah itu tidak merasakan pergerakan lagi.

Dia pun mencoba menoleh ke belakang, hingga melihat punggung lebar seorang pria. Punggung halus, bersih, dengan tatanan rambut yang sedikit berantakan. Renata bersyukur karena Evan belum bangun dan tidak ada tanda bangun.

“Persetan dengannya, aku tidak mau terlibat dengan pria ini,” gumam Renata lantas turun dari ranjang.

Renata tidak mau ambil pusing, apalagi semalam dia mabuk dan tidak tahu apakah dia juga sukarela tidur bersama Evan. Daripada dia terkena masalah yang lebih panjang, Renata pun memutuskan untuk segera pergi dari kamar itu.

Dia memungut pakaian yang berserakan di lantai, tapi alangkah terkejutnya dia saat melihat gaun bagian atasnya sobek.

“Sialan, mana mungkin aku bisa keluar dengan pakaian robek.” Renata menoleh ke belakang, menatap punggung pria yang masih berbaring di sana, lantas kembali memandang pakaiannya.

Renata tidak punya pilihan, hingga akhirnya memakai gaun yang bagian atasnya koyak, lalu mengambil kemeja berwarna navy yang kemungkinan milik pria di ranjang, lantas memakainya sebagai lapisan.

Renata tidak melihat wajah Evan, ingat kejadian semalam pun tidak. Dia memutuskan untuk pergi dari kamar itu dan melupakan kejadian yang menimpanya.

**

Evan menggeliat ketika sinar matahari terus mengusiknya. Kepalanya begitu berat sampai membuat Evan menekannya kuat.

“Di mana aku?” Evan bergumam dengan kelopak mata masih terpejam.

Dia pun berusaha membuka kelopak mata, kemudian mendapati dirinya berada di sebuah kamar hotel yang tentunya membuat Evan sangat terkejut. Dia pun bangun dengan cepat, hingga mendapati tubuhnya tidak berpenutup sebenang helai pun.

“Apa yang terjadi?” Evan benar-benar merasa pusing dan tidak ingat dengan hal yang dilakukannya.

Evan duduk di atas ranjang, menekan kepala dengan kedua tangan dan berusaha mengingat kejadian semalam. Dia terus menjambak rambut karena tidak ingat kejadian yang membuatnya berakhir di kamar itu, tapi dia ingat kejadian sebelumnya.

“Sial!” Evan mengumpat saat mencoba mengingat kejadian semalam. Dia frustasi dan mengguyar kasar rambut ke belakang.

Dia mengambil pakaiannya, mencari ponsel dan melihat pesan yang diterima sahabatnya.

[Evan, aku berusaha menghubungimu tapi kamu abaikan. Pagi ini aku harus terbang ke Paris, semalam aku menunggumu tapi tidak datang. Maaf tidak bisa bertemu denganmu, lain kali pasti aku akan mengabarimu.]

Evan tercengang membaca pesan dari Kasih Almaira. Jika semalam Kasih menunggunya datang, berarti kamar yang dimasukinya semalam bukanlah kamar Kasih. Lalu, kamar siapa dan apakah ada yang ingin menjebaknya? Pertanyaan demi pertanyaan pun terus berputar di kepala, terutama tentang wanita yang ditidurinya. Evan takut jika itu hanya jebakan dan akan dijadikan skandal untuk menjatuhkannya.

“Kamar 121, 112?” Evan mencoba mengingat kejadian semalam.

“Semalam aku tidur dengan siapa? Brengsek!” umpatnya kesal.

Evan frustasi, kemudian memilih untuk membersihkan diri dan ingin segera pergi dari sana.

“Tidak mungkin aku tidur dengan wanita yang menjebakku. Lalu siapa? Siapa penghuni kamar ini?” Evan bertanya-tanya karena merasa sudah kabur dari wanita yang dimaksud.

Evan menghubungi orang kepercayaannya untuk menyelidiki siapa yang menjebaknya, “Albert, bantu aku menyelidiki sesuatu.” 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yonexya brisha Deannova
seru juga sih ceritanya
goodnovel comment avatar
Siti Sadiah
seru juga kisahnya..jadi penasaran kalo mereka bertemu lagi apa masih ingat ga ya??
goodnovel comment avatar
vieta_novie
yg satu ga inget & pgn lupain kejadian smlm...sementara yg satu penasaran & pgn tau...kira² mereka bakal saling tau ga yaa...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status