공유

Bab 8

작가: Satama
last update 최신 업데이트: 2021-08-21 04:55:36

 Saat sedang membicarakan yang akan mereka rencanakan selanjutnya, mereka mendengar suara keras dari luar pintu, dan suara orang tertawa. Jhony, Gerry dan Beni bergegas keluar ruangan dan melihat Tommy berdiri di pintu depan, memeluk Angela, istrinya dan tersenyum.

 Jhony, Tommy dan Beni duduk di kantor Freddy. Mereka berencana membunuh Doni, bertanya-tanya di mana Jack, memikirkan apa yang harus dilakukan jika Freddy benar-benar meninggal.

Gerry duduk di sofa, mendengarkan percakapan mereka, tetapi tidak diizinkan untuk berbicara. Ada ketukan di pintu, dan mereka mengetahui itu adalah Heri setelah membuka pintu. Dia menutup hidung dan mulutnya menggunakan masker, dan tampak sangat sakit.

 "Ada seorang pria di gerbang menunggumu," kata Heri sambil memandang Jhony. "Dia bilang punya sesuatu untukmu."

 Jhony memerintahkan Beni untuk melihat siapa dan apa itu. Lalu dia tersenyum pada Heri.

“Apakah kamu baik-baik saja, Heri?” Dia bertanya. "Kenapa kamu tidak pergi ke dapur dan mengambil sesuatu untuk diminum? Kamu terlihat menyedihkan.”

 Setelah Heri pergi, Jhony menoleh ke Tommy. "Aku ingin kau membunuhnya malam ini," katanya. “Dia mengkhianati Ayah pada Doni. Aku tidak ingin melihatnya lagi.”

 Tommy tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya dan hanya mengangguk. Baginya, itu hanya pekerjaan. 

 Kemudian Beni masuk kembali ke ruangan Freddy. Dia membawa sesuatu erbungkus rapi di dalam kertas cokelat besar. Dia memberikannya pada Jhony, dan melangkah mundur. Jhony membuka kertas itu. Di dalam, ada jaket Jack. Dan di dalam jaket, ada ikan mati.

 Jhony menatap Beni, bingung. “Apa maksudnya ini?” Dia bertanya.

 “Ini pesan pembunuhan," kata Beni dengan suaranya yang dalam dan tatapan tajam. “Artinya pemilik jaket ini sudah mati. Mereka telah membunuh Jack.”

 Penjelasan Beni membuat yang lainnya terkejut dan marah. “Bajingan! Aku pastikan akan membunuh mereka semua.” Teriak Jhony berdiri dan matanya merah melotot.

*** 

 Malam berikutnya, sebelum mengunjungi ayahnya di rumah sakit, Gerry makan malam dengan Jenny di hotel tempatnya menginap. Mereka tidak banyak bicara. Jenny terus memandang ke seberang meja ke arah Gerry, merasa khawatir dengan kebisuannya. 

 Gerry meletakkan gelas anggurnya, kemudian berdiri dan berkata, “Aku harus pergi, Jen.” 

 “Bisakah kau mengajakku ikut bersamamu?” kata Jenny sambil menatap makanannya.

 "Akan ada polisi di rumah sakit," kata Gerry sambil mengenakan jaketnya. “Wartawan juga disana. Aku tidak ingin membuatmu terlibat sedikitpun dalam hal ini.”

 Jenny menatapnya sedih. Dia mengerti bahwa sejak penembakan ayahnya, Gerry menjadi seperti orang yang berbeda. Dia merasa Gerry bukan lagi orang yang di kenalnya. “Kapan kamu akan menemuiku lagi?” dia bertanya dengan berusaha tetap tenang.

 Gerry merasa sangat sulit untuk menatap mata pacarnya. "Kembalilah dulu ke orang tuamu dan setelah urusanku disini selesai aku akan meneleponmu," katanya.

 Tapi Jenny mengulangi pertanyaannya: “Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?”

 Kali ini, Gerry menatap dengan bimbang. "Aku tidak tahu, Jen. Aku mohon, mengertilah!" katanya, menyentuh bahu Jenny dengan lembut. Kemudian, tanpa sepatah kata pun, dia pergi meninggalkannya duduk sendirian di meja dan berjalan menuju pintu.

 Seketika Jenny merasakan dadanya bergetar mesarakan sakit yang tidak dapat dijelaskan. Untuk sesaat dia memikirkan sikap Gerry, Jenny benar-benar merasa tidak mengenalinya lagi, dan pikiran itu membuat air matanya memaksa keluar dengan sendirinya. Sambil menangis, dia berlari mengejar Gerry, namun dia sudah tidak lagi bisa menemukannya. Jenny duduk bersimpuh di trotoar jalan, menundukkan kepalanya. "Aku hanya ingin membantumu, Gerry". ucapnya lirih.

***

 Di tempat lain, Gerry telah tiba di depan rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Ketika dia turun dari taksi, dia terkejut melihat jalan di luar rumah sakit itu sepi dan kosong. Ketika dia menaiki tangga dan melewati pintu depan, dia bahkan lebih terkejut menemukan bahwa tidak ada seorang pun dari pengawal keluarganya di luar maupun dalam rumah sakit. “Dimana anak buah Beni?” pikirnya gugup sambil naik lift ke lantai empat. Dengan cepat dia berlari menuju ruangan tempat ayahnya berada dengan perasaan khawatir.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Anak Mafia   Bab 68

    DING DING Ponsel Tommy di atas meja berbunyi, layarnya menyala menampilkan sebuah nama yang meneleponnya. “Jenny.” Gumam Tommy menatap layar ponselnya mengenali identitas si penelepon. Tommy mengangkat ponsel dan mendekatkan ke telinganya setelah menerima panggilan telepon itu. Dia mengangkat salah satu tangannya sebagai instruksi agar orang-orang di sekitarnya diam. Suasana menjadi hening dalam sekejap. Meskipun berada di dalam area night club, ruang VIP itu hampir sepenuhnya terisolasi dari kebisingan luar karena diselimuti peredam suara. “Apa kabar, Jen?” sapa Tommy dengan lembut. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Helen, Tom?” tanya Jenny terdengar lirih dari ponsel Tommy. Tommy sejenak terdiam tanpa ekspresi mendengar pertanyaan Jenny yang tanpa basa-basi. “Jawab aku, Tom.” Jenny mendesak Tommy. “Kau sudah mengetahui beritanya, Jen?” Tommy balik bertanya. “Apa maksudmu berbalik menanyaiku?” Jenny mulai terdengar marah. “Semua saluran berita menyiarkan ke

  • Anak Mafia   Bab 67

    Gatot sedang rebahan dia atas sofa panjang sambil menonton televisi di ruang keluarga rumahnya ketika hari menjelang gelap. Tiba-tiba dia terperanjat duduk. Matanya terbelalak menatap tajam ke arah televisi yang menayangkan siaran berita tentang kecelakaan. Tanpa dia sadari tubuhnya mulai bergetar saat matanya fokus memperhatikan dua gambar potret wajah orang yang sepertinya dia kenali. Itu adalah dua foto wajah Jordi dan Helen, keponakan Gatot. “Tidak mungkin.” Bisiknya lirih kepada dirinya sendiri seolah dia belum bisa menerima kebenaran dari kabar siaran berita yang ditontonnya. Beberapa saat Gatot terpaku menyaksikan siaran televisi dengan tidak percaya. “Kakak ipar!” teriak Gatot yang masih duduk tercengang menatap televisinya. “Kakak ipar! Kakak ipar!” Gatot terus berteriak memanggil Luciana dengan panik karena tidak segera mendapatkan respons. Luciana keluar dari dalam kamarnya yang tidak jauh dari tempat Gatot berada. “Ada apa, Gatot? Kau berisik sekali” kata Luciana

  • Anak Mafia   Bab 66

    Jordi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang melaju di tengah padatnya jalanan. Di dalam mobil suasana tampak canggung. Jordi dan Helen tidak berbicara satu sama lain. Sunyi. Hanya terdengar deru suara mesin kendaraan yang melaju di jalanan. Helen diam bersandar pada jok dan menatap keluar melalui kaca jendela mobil. Banyak hal yang sedang dia pikirkan. Jordi fokus menyetir sambil sesekali melirik ke arah Helen. Dia masih menganalisis sikap istrinya itu yang berbeda setelah bertemu dengan Albert. Jordi merasa seolah tidak mengenal dengan sosok cantik yang duduk di sampingnya. Ding Ding Ponsel Jordi berbunyi memecah keheningan. Rangkaian nomor terpampang di layar. Itu sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenanya. Helen seketika melirik layar ponsel suaminya dengan ekspresi penuh selidik. “Kenapa tidak diterima?” tanya Helen saat melihat Jordi yang hanya menatap layar ponselnya. “Oh. Hanya sebuah nomor, aku tidak mengenalnya.” Jawab Jordi ragu-ragu. “Mungkin

  • Anak Mafia   Bab 65

    Jordi dan Helen memasuki sebuah rumah mewah yang terletak di pusat kota ketika hari menjelang siang. Itu adalah rumah Albert. Albert yang sudah menunggu kedatangan mereka sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Beberapa pria berdiri di belakang Albert. Albert bangkit dan tersenyum menyambut Jordi dan Helen. Jordi membalas senyuman itu saat menjabat tangan Albert. Mereka terlihat sangat akrab. Sedangkan Helen tampak canggung melihat pemandangan itu. Dia awalnya merasa biasa saja, namun sekarang dia merasa ada yang aneh. Jordi sebelumnya bilang tidak mengenal pria paruh baya itu. Namun, ketika Helen memperhatikan lebih lama Jordi dan Albert, mereka tampak mirip. ‘Siapa pria ini?’ ‘Apa hubungan dia dengan Jordi?’ “Jadi kamu Helen?” pertanyaan Albert membuyarkan pikiran Helen. Helena memaksakan senyumnya. “Betul.” Jawabnya singkat. Mereka berjabat tangan sejenak. Albert menatap lekat mengenali Helen. Secara naluriah dia mengagumi sosok cantik dan tenang yang diperlihatkan oleh

  • Anak Mafia   Bab 64

    Jam di pergelangan tangan Dedi menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima menit dini hari, ketika dia dan Dodi selesai mengemasi barang-barang bawaannya. Dedi dan Dodi sudah menggendong ransel masing-masing dan bersiap untuk pergi dari rumah Jhony. “Kami sudah siap berangkat, paman.” Kata Dedi hendak berpamitan kepada Jack. “Apakah Anda yakin akan tetap di sini?” Tanyanya untuk memastikan kembali keputusan Jack. “Pergilah! Jaga diri kalian baik-baik. Dan kalian tidak perlu mengkhawatirkanku.” Jawab Jack meyakinkan si kembar. “Baiklah, paman. Anda juga harus menjaga diri.” Kata Dodi tersenyum kepada Jack. “Jika terjadi sesuatu, Anda bisa menghubungi nomor saya, paman.” Kata Dedi mengingatkan Jack. “Kami akan segera membicarakannya dengan Gerry sesampainya di sana.” Jack tersenyum kepada si kembar. “Berhati-hatilah!” katanya dengan singkat sesaat sebelum akhirnya Dedi dan Dodi pergi menin

  • Anak Mafia   Bab 63

    Setelah Tommy dan anak buahnya pergi, terlihat jelas sekali Jack menampilkan ekspresi wajah yang tidak senang. Dia merasa tidak puas atas perlakuan Tommy kepadanya. Begitu juga dengan Dedi dan Dodi. Namun, mereka tidak memikirkan tentang terbongkarnya persembunyiannya dari Tommy, melainkan mereka lebih memikirkan semua ucapan Tommy sebelum dia pergi. Untuk beberapa waktu mereka bertiga hanya duduk dalam keheningan di dalam ruangan itu. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. “Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, paman?” tanya Dedi yang memecah keheningan meminta pendapat dari Jack. Pertanyaan dari Dedi seketika menyadarkan Jack dari lamunannya. “Aku juga sedang memikirkannya.” Jawab Jack yang masih terlihat kebingungan. “Aku masih memikirkan perkataan Tommy. Entah kenapa aku merasa dia orang yang bersih.” Kata Dedi menyampaikan asumsinya. “Ya. Aku juga.” Dodi menimpali untuk mene

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status