Daryn bereaksi sopan saat seseorang datang dari arah belakang Fara. Seorang gadis berambut hitam panjang sepunggung, dia cukup cantik dan sepertinya pemalu.
Melihat reaksi Daryn, Fara menoleh ke belakangnya dan melihat temannya datang menghampiri. Gadis itu adalah pemilik tas yang ada di kursi samping Daryn.
“Kau sudah selesai?” Fara bertanya, gadis itu mengangguk kecil. “Bagus, ayo pergi,” ajaknya seraya bangun dari duduknya, jelas sekali Fara ingin menghindari Daryn.
Gadis itu tampak bingung. Mereka memang sudah selesai makan.
“Kau menghindariku?” Suara berat Daryn menghentikan gerakan Fara.
“Tidak,” jawabnya singkat, dia berbalik menghadap Daryn dan memberikan senyum paksanya.
“Kau yakin? Tapi, wajahmu memerah, kenapa?” Nada suaranya menggoda kali ini.
Apakah Daryn tahu kalau
Masih terbayang dengan apa yang Daryn lakukan padanya, dari perubahan sikap dan bagaimana dia bisa memeluknya tanpa dia ketahui, semua tindakan yang Daryn lakukan padanya itu di luar kendalinya, tiba- tiba saja, dan cukup membuatnya nyaris kena serangan jantung. Tapi anehnya, dia seperti tak bisa menolak.“Kau membuatku terganggu,” gumamnya, menatap kosong langit kamarnya yang gelap, hanya cahaya bulan yang masuk menerangi kamarnya. Dia memeluk sebuh boneka penguin, terbaring telentang di atas kasurnya.Dia menghela napas keras-keras dan berusaha untuk tak memikirkan pria asing yang melewati batasnya, kemudian memejamkan matanya untuk tidur. Besok masih ada jadwal pemeriksaan, dan lusa adalah jadwal liburnya.Fara bangun pagi, belakangan ini jadwal kesehariannya agak berantakan. Meskipun dia terkenal tepat waktu, sesekali dia mengalami kekacauan. Tinggal di rumah sewa sendirian itu membuatnya bebas melakukan
Fara sampai tak habis pikir ketika atasannya memberinya tugas baru sebagai dokter spesialis anak. Dia di panggil ke ruang atasannya, Kepala Departemen untuk menyampaikan pesan kalau dia di tugaskan untuk menjadi penanggung jawab Delvin Aezar, yang tak lain adalah anaknya Daryn, pria yang ingin sekali Fara hindari.“Namun, mengapa aku, Dokter Kepala?” tanya Fara untuk kesekian kalinya seolah ingin membersihkan kotoran di telinganya yang menjadi penyebab dia harus mendengar apa yang atasannya itu sampaikan.“Aku akan memberikan tugas baru untuk, Fara Izzumi. Mulai hari ini, kamu di tugaskan menjadi penanggung jawab Delvin Aezarr, pasien VVIP. Dan, sebagai dokter pribadinya,” jelas Dokter Kepala, dengan menekankan setiap katanya, tak ingin di bantah lagi.Kelihatannya itu adalah batas akhir dari pertanyaan Fara untuk memastikan kembali apa yang dia dengar itu tidak salah.&
Seperti yang telah diberi tahukan pada Fara tadi kalau dia akan bertamu ke ruang VVIP itu bersama dokter pribadi, atau dokter keluarga Daryn, Dokter Harris Edinta, juga Dokter Kepala.Menjadi dokter pribadi, artinya dia harus siap dipanggil ke kediaman apa pun yang terjadi. Fara sudah membuat kesepakatan dengan Dokter Kepala dan Dokter Harris kalau dia akan tetap bekerja di rumah sakit ini sekaligus menjalani tugas itu. Dia akan mengatur ulang jadwalnya bila perlu. Namun, Dokter Harri mengatakan kalau beliau sudah lebih dulu membuat jadwal baru untuk Fara tanpa mengganggu jadwal konsultasi pasien rawat jalannya.“Kamu hanya perlu mengikuti arahan,” kata Dokter Harri tena
Lorong bangsal naratama memang tak begitu ramai, tapi ada tempat yang sepi. Daryn membawa Fara ke sana, jauh dari ruangan Delvin. Ada pintu darurat di belakang mereka. Karena Daryn mengatakan ingin menyampaikan sesuatu pada Fara, gadis itu menurutinya saja meskipun perasaannya sungguh tidak enak sekali. Dia ingin segera pergi dari sana, dari hadapan pria itu atau mungkin dari sekitarnya.“Sekarang sudah sepi, hanya ada kita berdua. Jadi, katakan apa yang ingin kau sampaikan itu,” kata Fara dengan nada ketus, bahkan tak menatap Daryn yang berdiri di hadapannya hanya berjarak dua langkah.Tidak ada kata yang keluar dari mulut pria itu, terkuncu rapat, memusatkan tatapan sepenuhnya pada gadis itu yang jelas sekali menghindari tatapannya. Namun, itu bukan masalah bagi Daryn karena keberadaan gadis itulah yang dia inginkan meskipun dia tahun hanya untuk sesaat.“Bukannya kau ingin bicara denganku? Ada apa?&r
Apa yang Fara katakan pada Daryn di lorong itu masih terngiang di kepalanya. Apa yang tersebar? Dia jadi ingin tahu apa maksudnya. Daryn pikir mungkin telah terjadi sesuatu yang tak dia ketahui?Membaringkan tubuhnya di kasur tak jauh dari Delvin. Anak itu sudah tertidur lelap setelah meminum obatnya. Kali ini Daryn yang menungguinya karena ibunya pulang untuk membawa beberapa keperluan lagi. Berbantalkan lengannya, Daryn menatap langit- langit ruangan yang remang, pikirannya berkelana lagi pada setiap pertemuan dengan Fara dan menyadari bagaimana sikapnya yang berubah.“Apakah aku terlalu menganggunya? Itu membuatnya tak nyaman?” Pikir Daryn.Menghela napasnya dalam, Daryn mengubah posisi berbaringnya menjadi miring kemudian bersiap untuk tidur, tapi tetap saja dia tak bisa berhenti memikirkan setiap perkataan Fara tadi sore, dan bagaimana gadis itu menegaskannya dengan dingin.“Namun, kenapa aku tak bisa berhenti?” Matanya mengerjap pelan, hatinya sedikit perih teringat lagi ekspres
Langkahnya di percepat tak peduli kedua tangannya tengah repot menenteng belanjaan untuk stok di rumah. Pertemuan itu membuat Fara sangat ingin menghilang saja.“Sialan. Kenapa aku harus bertemu dengan si brengseng itu di hari liburku yang indah?” katanya mendumel sepanjang jalan menuju pulang.Jaraknya tak begitu jauh dengan apartemennya, tapi tetap saja kedua tangannya kerepotan serta suasana hatinya yang buruk membuat perjalan terasa begitu panjang. Dia cemberut, terburu ingin segera sampai. Sesekali dia menolek ke belakang untuk memastikan pria itu tak mengejarnya. Bisa repot kalau sampai Daryn mengetahui rumahnya.“Kenapa pria itu bisa ada di sekitar sini? Astaga.” Fara mendesah jengkel.Memasuki halaman gedung apartemennya, Fara mempercepat langkahnya tanpa tahu kalau sebenarnya Daryn mengawasi lagi tak jauh darinya dengan mobil yang dia kemudikan. Dia tak perlu repot jalan kaki atau mencari alamat Fara seperti rencananya.“Kebetulan lebih dari tiga kali itu artinya takdir, buka
Fara dan Ira saling pandang mendengar bel di tekan. Siapa yang bertamu?Ira melangkah ke dinding yang terdapat layar untuk melihat siapa yang datang.“Siapa?” tanyanya begitu menekan tombol. Layar memperlihatkan luar pintu yang tampak kosong.“Aku,” sahur si tamu tapi tak menampakan dirinya.Kembali Ira bertatapan dengan Fara, menerka siapakah yang bertamu.“Aku mengantarkan barang Nona Fara yang tertinggal,” kata si tamu seraya mengangkat tangannya memperlihatkan kantong kresek putih ke layar.“Itu punyaku,” kata Fara. Dia menggelengkan kepalanya pada Ira yang bertanya lewat tatapan, haruskah dia membukanya atau tidak?Tanpa menunggu lagi Ira segera menekan tombol buka pintu lalu melesat secepat mungkin sebelum Fara menahannya. Ira tak peduli siapa yang datang mengantarkan barang, dalam pikirannya hanya ada daging.Begitu pintu terbuka, tampaklah siapa yang mengantarkan daging yang Fara beli tadi. Daryn berdiri dengan gagah, senyumnya merekah melihat Fara berdiri di belakang temannya
Fara masih berontak dari lingkaran tangan Ira yang berusaha untuk menahannya agar tak menyerang Daryn. Pria itu malah tampak santai saja, memperhatikan bagaimana sikap Fara.“Lepaskan aku, Ira!” seru Fara tak sabar.“Tidak akan. Tuan, aku mohon pergilah. Kecuali kau mau dia menyerangmu. Aku sudah tak tahan lagi,” kata Ira putus asa melihat Daryn tetap diam.Daryn tetap diam tapi otaknya jalan, memberikan sebuah ide padanya. Bila Ira melepaskan lingkaran tangannya pada Fara, entah apa yang akan di perbuat gadis itu padanya. Ira mengatakan kecuali dia rela di serang Fara.“Baik. Lepaskan saja. Dia terlihat seperti zombie yang kehausan,” katanya.Mendengar kata itu keluar dari mulut Daryn yang selalu bisa membuatnya marah, Fara semakin berontak, nyaris menyakiri Ira andai saja tak segera melepaskan tangannya dan menenangkan dirinya, membiarkan Fara lepas.Dia sungguh mirip zombie seperti yang di katakan Daryn. Begitu lepas, segera saja menghambur ke depan pria itu. Tangannya terulur seba