Beranda / Romansa / Anak Rahasia Sang CEO / 4. Sebenarnya Kau Siapa?

Share

4. Sebenarnya Kau Siapa?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-06 02:06:37

“Ayah!” Panggilan dari Delvin untuk Daryn mengalihkan perhatian kedua orang itu.

Delvin menatap Daryn yang mencoba tersenyum padanya setelah menenangkan dirinya.

Melihat Delvin yang tampak lemah di matanya, Daryn menghampiri lantas memeluknya erat. Hatinya terluka dengan apa yang dikatakan Sandra. Tidak ada yang tahu kebenaran tentang mereka.

“Maafkan Ayah, Delvin,” ucap Daryn pelan. Delvin membalas pelukannya, mengusap punggung lebar Daryn dengan tangannya yang kecil.

Entah mengapa, ada yang mengusupi hati Fara melihat pemandangan itu, rasanya hangat sekaligus membingungkan karena sekali lagi melihat wajah Delvin mengingatkannya pada masa lalu, tentang seorang anak di bawah guyuran hujan dan simbahan darah serta tangisan yang begitu menyayat hati. Namun, suara dering ponselnya menyita perhatian.

Fara sedikit menjauh untuk menerima panggilan.

“Baik. Aku akan kembali sekarang,” katanya pada sambungan dan menutupnya kemudian.

Ayah dan anak itu sudah melepaskan pelukan mereka. Daryn mengusap lembut wajah Delvin, dan anak itu mendongak melihat Fara yang mendekat.

“Aku harus pergi,” katanya pada Daryn lalu mengalihkan perhatiannya pada Delvin. “Adik kecil, senang bertemu dengamu. Kakak harus pergi sekarang karena ada panggilan, semoga bisa bertemu lagi denganmu, ya?”

Delvin menganggukkan kepalanya. “Ya,” balasnya dengan suara yang terdengar lucu.

Fara tersenyum. “Jaga dirimu ya, sampai jumpa.”

Bocah itu mengiyakannya lalu mengangkat tangannya untuk membalas lambaian tangan Fara yang bergegas pergi dari sana meskipun kakinya terlihat pincang, sikunya terasa pedih serta pipinya yang terasa panas karena ulah perempuan tadi.

Sekali lagi, melihat punggung Fara yang menjauh mengingatkan Daryn pada sosok gadis misterius itu, dalam keremangan cahaya, di bawah guyuran hujan lebat, dan dengung suara sirine mobil ambulance juga polisi.

“Apakah itu kau?” Dadanya bergemuruh, bayangan itu sudah hampir hilang di benaknya tapi sekarang kembali lagi setelah tiga tahun lalu sejak kejadian tragis yang menimpa sang kakak dan keponakan tersayangnya.

Selepas kepergian Fara, tak lama kemudian seorang wanita memasuki ruangan itu mengejutkan Daryn.

“Apa yang kau lakukan pada Sandra?” tanya wanita itu.

Kedua mata Daryn justru mengerjap bodoh.

“Ibu melihatnya di depan dan dia menangis, bahkan tak menyapaku, lalu aku melihat seorang gadis lain keluar dari ruangan ini. Apa maksudnya itu?” tuntutnya tajam.

“Ibu bertemu dengannya?” Daryn kaget mendengar pengakuan ibunya yang melihat Fara keluar dari ruangannya.

“Ya! Kau ….”

“Aku akan menjelaskannya nanti. Delvin lelah, dia ….”

“Ada apa dengannya? Kau, apa yang kau lakukan kali ini padanya, hah? Bagaimana kau menjadi ayah untuknya kalau tak bisa menjaga anak itu dengan baik?” cerca sang ibu.

Tak mempedulikan lagi putranya, wanita itu menghampiri Delvin yang masih duduk di tempatnya dan dengan lembut penuh kasih sayang bertanya padanya membuat Daryn tak habis pikir. Yang ada di pikiran ibunya pasti hanya Delvin.

             

“Ibu akan membawanya pulang. Kalau kau tak bisa menjaganya dengan baik, jangan pernah mendekatinya lagi atau membuat janji dengannya!”

Daryn terngaga mendengar apa yang dikatakan sang ibu, bahkan tanpa mendengar protesannya, ibunya sudah membawa Delvin pergi dari sana. Dia menghela napas kasar, mengacak rambutnya lalu mendesah.

“Semua gara-gara gadis itu. Lihat saja, aku tak akan membiarkannya begitu saja,” katanya berjanji dengan tatapan mata tajam mengarah ke depan, bertekad untuk membalas Fara.

Namun, dia bahkan tak tahu siapa nama gadis itu dan di mana dia bisa menemukannya.

“Sialan!” umpatnya.

  ***

Usai pertemuannya dengan Daryn dan anaknya, pikiran Fara terus teringat pada kejadian lampau yang dia alami. Sesuatu yang sempat dia lupakan karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun, karena kejadian itulah bisa mengubah hidupnya, dan menentukan pilihan untuk mencapai posisinya sekarang.

Namun, apa yang telah terjadi waktu itu cukup membekas, bayangan seorang wanita muda yang bersimbah darah meminta tolong padanya dengan suara yang amat lemah, memohon agar menyelamatkan putranya yang masih kecil waktu itu. Hujan dan petir serta kegelapan malam menjadi latar yang mengerikan.

Fara menghela napasnya dalam, dia menengadahkan wajahnya ke langit malam tanpa bintang. Apa maksud dari semua itu? Pertemuannya dengan Delvin, anak yang sempat dia selamatkan siang itu membuatnya mengingat kembali kejadian tiga tahun lalu.

“Aku jadi ingin tau, bagaimana kabarnya sekarang?” lirihnya pada langit malam.

Tidak ada yang bisa Fara lakukan ketika itu selain membawa anak kecil yang terluka. Sebuah kecelakaan hebat merenggut tiga orang dewasa di jalanan yang gelap disertai hujan lebat dan petir. Di ambang kematiannya sang ibu sempat berpesan padanya, itu sebabnya dia hanya bisa membawa anak itu pergi dari lokasi kecelakaan.

“Aku titipkan dia padamu, tolong jaga anakku, selamatkan dia kumohon,” ucapnya dengan terbata.

Tubuh Fara bergetar ketakutan ketika itu tapi dia harus menyelamatkan anak kecil yang menangis dalam gendongannya. Sang ibu terjepit di jok belakang mobil yang terbalik, anaknya yang berhasil dilindungi tapi kondisinya tak baik kala itu. Sempat dia melihat sang ayah yang tak sadarkan diri begitu juga sopirnya, hanya sang ibu yang lemah memohon padanya. Begitu menelepon ambulance dan melaporkan kalau ada kecelakaan di jalan raya yang sepi itu, dia menenangkan si anak yang terus menangis sambil menunggu paramedis datang untuk menolong. Namun sayangnya, sang ibu dan ayah anak itu tak selamat, hanya si kecil yang kemudian dia bawa ke rumah sakit untuk pertolongan lebih lanjut.

Malam pekat menyelimuti dunia yang tampak tenang, di balik gulita itu ada sebuah garis takdir yang telah ditentukan. Akankah pertemuan itu terjadi kembali?

Fara memutuskan untuk tidur, tubuhnya lelah dan kakinya sakit, besok dia masuk harus masuk kerja.

“Aku ingin tahu bagaimana keadaanmu sekarang,” katanya sebelum tenggelam dalam mimpi indah.

Siapakah yang sebenarnya telah Fara selamatkan ketika itu? Meskipun hanya seorang anak kecil, tapi karena itu dia bisa menentukan pilihannya untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi dalam pengabdiannya sebagai seorang dokter. Kala itu Fara harus memutuskan untuk mengambil spesialisasi apa.

Di sisi lain, Daryn yang belum tidur menatap laci meja kerjanya yang terbuka, di dalamnya terdapat sebuah kotak perhiasan, dia mengambil dan membukanya, ada seuntai kalung. Dia menyentuh bandulnya berbentuk huruf. Ingatannya kembali mundur ke waktu ketika dia tiba di suatu tempat yang ramai oleh suara sirine mobil polisi dan ambulance serta orang-orang. Hujan turun lebat menyebabkan pandangannya mengabur, tapi dia masih bisa melihat punggung seseorang yang membawa keponakannya pergi dari lokasi kecelakaan tragis. Dia hendak mengejarnya tapi mereka sudah lebih dulu pergi, dan hanya mendapati sebuah kalung di atas aspal yang basah.

“Di mana kau sebenarnya? Mengapa kau menghilang?” gumam Daryn menatap kalung itu.

Menghela napasnya dalam, dia kembali menutup kotak perhiasan tersebut dan mengembalikannya ke dalam laci lalu menutupnya dan dia pergi ke kasur untuk tidur, tapi sebelum itu dia memperhatikan wajah damai anaknya yang tertidur di kasurnya.

“Selamat malam, aku menyayangimu,” ucapnya mendaratkan kecupan lembut di puncak kepala Delvin yang malam ini ingin tidur dengannya.

Takdirkah di balik kejadian itu? Apakah mungkin ada sebuah kebetulan yang tanpa alasan? Konon, setiap kejadian pasti ada alasannya, dan tidak ada kebetulan yang tak berdasar. Tuhan telah menuliskan scenario untuk kehidupan manusia.

Mata itu belum terpejam, hanya memandang langit-langit kamarnya. Alih-alih memikirkan kejadian siang tadi saat hubungannya dengan sang kekasih berakhir, Daryn justru mengulang kembali kenangan tragis yang dialami kakaknya. Pikirannya dipenuhi oleh sosok gadis yang hanya dia lihat punggungnya serta nyanyian gadis itu yang terdengar.

Lihatlah aku di sini tak akan sendiri wahai bintang.”  Bait lagu itu membekas dalam benaknya.

“Siapa kau sebenarnya?” tanyanya pada hening, benaknya menampilkan bayangan Fara yang memicu kembalinya bayangan gadis misterius yang membawa keponakannya pergi waktu itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anak Rahasia Sang CEO   54. Diam-Diam ada Rasa

    Terlalu lama Fara diam, akhirnya Daryn gemas juga.“Apa? Ada apa, sih, Far? Kau membuat aku jadi penasaran,” kata Daryn akhirnya.Mata Fara mengerjap, terkejut juga karena malah melamun.“Oh, tidak. Tidak jadi,” kata gadis itu.“Ish. Kau membuat aku jadi semakin penasaran saja, Fara. Ada apa? Katakan padaku,” timpal Daryn bahkan memaksa gadis itu untuk mengatakan apa yang ingin Fara katakan sebelumnya.“Tidak jadi. Bukan apa-apa,” kilah Fara. Sepertinya masih ragu untuk membicarakan hal itu dengan Daryn.“Ayolah.” Daryn mendesah kesal sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ada apa? Ayo katakan padaku, atau aku akan terus memintamu untuk mengatakannya,” kata Daryn tak ingin menyerah.Fara menatap Daryn tajam, dan membuang napas kasar.“Aku bilang tidak jadi. Kenapa kau ngotot sekali?” balas Fara. Tapi entah bagaimana tubuhnya tak juga beranjak dari sana.Atau mungkin Fara juga penasaran sama seperti Daryn.Kira-kira siapakah foto dalam bingkai di kamar Delvin itu?Melihat Fara dia

  • Anak Rahasia Sang CEO   53. Sesuatu yang Mengusik

    Setelah makan malam itu Fara menemani Delvin hingga tidur sedangkan Daryn kembali sibuk dengan tabletnya di lantai dua, duduk di sofa dengan nyaman. Pria itu sudah mengganti bajunya dengan piaya tidur.“Delvin sudah tidur?” tanya Daryn tanpa mengalihkan perhatian dari tabletnya.“Ya, sudah,” sahut Fara berjalan pelan ke kamarnya. Gadis itu tampak mengantuk.Tidak ada yang bicara sampai Fara berdiri di depan pintu kamarnya dan hendak membuka pintu itu tapi pikirannya tertuju pada Daryn.“Kenapa?”Rupanya Daryn menyadari Fara yang berhenti di depan itu.“Tidak ada. Aku hanya teringat sesuatu. Selamat malam,” ucap gadis itu lantas masuk ke kamarnya.Tapi Fara bersandar di balik pintu kamarnya, pikirannya tertuju ke suatu tempat di kamar Delvin ketika meninabobokan anak itu.Ada beberapa pigura di kamar anak itu. Yang besar tergantung di dinding, hanya Delvin, Daryn dan sang nenek yaitu Dennda. Sedangkan di pigura kecil di atas meja, terdapat sebuah foto yang terdiri dengan beberapa orang

  • Anak Rahasia Sang CEO   52. Harapan Delvin

    “Delvin, apa maksudnya dengan Mama?” tanya Daryn.Anak itu menoleh pada sang ayah lantas tersenyum dan melirik Fara.“Aku ingin punya Mama, dan aku suka Dokter Fara,” kata anak itu dengan nada bicaranya yang khas.Baik Daryn maupun Fara, sama-sama terkejut mendengar apa yang anak itu katakan. Fara bahkan menelan ludahnya ketika pikirannya mencerna sedikit lambat.“Jadi aku menggambar ini,” lanjut Delvin sambil memandangi gambar yang dia buat sendiri itu. Senyum lebar mengiasi wajahnya yang bahagia.Apa yang mesti Fara lakukan? Tidak mungkin bukan Fara menghancurkan harapan anak itu yang tampaknya merindukan kehadiran sosok ibu di hidupnya, di usia yang masih belia itu. Fara melirik Daryn sekali lagi memastikan bagaimana respon pria itu.Sama. Daryn pun terdiam, tak berkata, bungkam seribu bahasa. Sebagai ayah, tentu saja hati Daryn sakit mendengarnya. Bukan karena tak mau menghadirkan sosok ibu yang sangat Delvin inginkan, tapi Daryn tidak bisa asal memilih istri untuk menjadi ibu bag

  • Anak Rahasia Sang CEO   51. Mama Dokter

    “Ibu ke mana?” tanya Fara ketika menjelajahi rumah besar itu tapi tak menemukan sang nyonya rumah.Daryn yang tengah duduk di sofa sambil menunggu makan malam siap menoleh pada gadis itu.“Ada urusan, nanti juga kembali,” jawab Daryn lalu fokus pada tablet di tangannya.“Oh, begitu. Apakah biasanya lama?” tanya Fara lagi sambil mengambil posisi duduk di sofa tak jauh dari pria itu.Sesaat Daryn terdiam seperti tengah berpikir apakah ibunya pergi lama atau tidak.“Paling lama tiga hari, paling sebentar sampai malam nanti,” kata Daryn menjawab Fara dengan santai.Fara menganggukkan kepalanya berusaha untuk tidak ikut campur urusan Dennda atau Daryn. Setiap orang punya urusannya sendiri yang tak harus selalu dibagikan.Delvin tengah di kamarnya entah sedang apa. Jam menunjukan pukul enam petang. Daryn mengatakan Delvin biasa mengurung diri di kamar pada jam seperti itu, nanti anak itu akan keluar dengan sendirinya entah akan membawa apa.Meski Daryn menyuruhnya untuk tak khawatir karena

  • Anak Rahasia Sang CEO   50. Adakah Momen Lain atau Di situ saja?

    Masih menatap Daryn dengan penuh kemarahan, Sandra berteriak agar melepaskan penjagaan supaya bisa menghampiri pria itu dengan leluasa. Namun sepertinya percuma, Daryn tak akan mengizinkannya.“Kenapa kau bersikap begitu? Apa yang kau pikirkan sehingga hidup orang lain kau hancurkan,” kata Brian tak mempedulikan protes Sandra.Mendengar apa yang pria itu katakan, Sandra mulai berhenti tapi tetap menatap Daryn dengan tajam.“Kau ingin tahu alasannya, hah?” Sandra membalas.Daryn menatap Sandra dengan sorot yang serius.“Bukankah sudah aku bilang, itu karena kau. Seandainya kau tidak datang padanya, aku tak akan melakukan hal itu,” kata Sandra.“Jadi kau memang sengaja melakukan itu?”“Memangnya kenapa? Kau tak senang, bukan? kalau begitu, kenapa kau tak bicara denganku?”“Apa gunanya? Kau tak akan berhenti menganggunya, bukan? Sampai kau puas. Jadi aku tak akan membiarkannya.”“Itu sebabnya kau begitu melindunginya? Jangan bilang kau mencintai gadis itu, hah?” Sandra tersenyum miring,

  • Anak Rahasia Sang CEO   49. Itu Karena Kau

    Daryn masih asyik bermain game di ponselnya sementara Fara serta anaknya masih tidur siang. Hujan masih turun tapi tak begitu lebat, hanya saja udara kian dingin menjelang sore.Setelah bosan bermain game, tidur pun tidak bisa meski sudah berusaha untuk tidur lagi karena Daryn sempat tertidur tadi sebelum makan siang. Pria itu akhirnya memilih membuka ponselnya lagi dan membaca artikel yang muncul.Sesekali Daryn menghela napas saat membaca artikel yang membuat kabar tentang Fara dan dirinya yang dituduh berselingkuh sementar Daryn memiliki kekasih yaitu Sandra.“Siapakah sebenarnya gadis yang dikatakan perebut itu? Kabarnya dia seorang dokter anak kompeten, tetapi tidak diketahui apa niatnya.” Daryn membaca beberapa kalimat di artikel tersebut dan berdecih pelan.“Itu tidak benar. Ini sampah!” umpatnya marah tapi tidak bisa membanting ponselnya karena masih butuh.Daryn mencari sesuatu yang setidaknya memberikan komentar positif atau sebagainya. Hampir semua artikel memojokkan Fara.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status