Home / Romansa / Anak Rahasia Sang CEO / 5. Semoga tak Bertemu lagi

Share

5. Semoga tak Bertemu lagi

last update Last Updated: 2023-09-22 17:55:56

Fara sedang duduk di kursi sebuah restoran untuk makan siang. Dia sedang ingin keluar maka dari itu mengajak temannya untuk ikut dengan alasan tidak mau makan sendirian, nyatanya dia hanya ingin melamun. Ada jeda satu jam untuk makan siang dari kerjaannya dan itu bisa dimanfaatkan Fara untuk melamun, teringat kembali pada kejadian kemarin.

“Kakimu bagaimana?” temannya bertanya sambil meletakan makanan penutup di depan Fara yang sejak tadi diam.

Gadis itu melirik kakinya di bawah meja lalu menggerakannya.

“Sudah tak terasa sakit setelah melakukan pengobatan,” jawab Fara.

Temannya mengangguk sambil menyuapkan makanan penutup ke mulutnya. Fara yang traktir jadi Ira memesan makanan sesuka hatinya, berhubung suasana hati Fara sedang buruk jadi dia memanfaatkan itu untuk memerasnya karena di saat seperti itu Fara tak akan peduli.

Ira memperhatikan ekspresi wajah Fara yang tampak begitu serius dari biasanya. Gadis cantik yang selalu berpenampilan ala kadarnya itu tak pernah terlalu lama terjebak dalam suatu pikiran.

“Jadi, ada apa?” Ira akhirnya bertanya setelah menyadari banyak hal. Fara bahkan hampir tak menyentuh makan siangnya. “Sebaiknya kau cerita atau waktu lima belas menitmu terbuang percuma,” katanya mengingatkan.

Fara mengangkat wajahnya dan menatap Ira. Dia merasa kalau tak cerita pada teman sekaligus rekannya itu pasti akan larut dalam pikiran itu, dan mungkin bisa mengganggu profesionalitas dalam bekerja.

“Hm. Aku bertemu seseorang yang mengingatkanku pada anak kecil waktu itu,” aku Fara kemudian. Ira memperhatikannya, membiarkan Fara melanjutkan ceritanya. “Tapi aku tak yakin apakah itu adalah dia atau bukan,” lanjutnya menjeda. “Hanya saja, dia tampak tak asing.”

Dahi Ira mengerut, sedikit tak bisa memahami apa yang sedang Fara bicarakan. Dia tak mengerti masa lalu yang dimaksudnya dan seorang anak kecil, yang Ira mengerti hanyalah ada seseorang yang mengganggu pikiran Fara.

“Siapa orang itu?” tanyanya, sedikit tak tertarik.

“Entahlah. Dia bersama ayahnya yang payah,” kata Fara sambil berdecak sebal mengingat pertemuannya dengan pria kemarin, bahkan dia terlibat dalam pertengkaran sepasang kekasih yang berujung putus hubungan. “Cih, menyebalkan sekali,” decaknya membuat Ira menatapnya semakin tak mengerti.

“Kau bicara apa, Ra? Kau tau, hari ini kau cukup aneh. Jangan sampai begitu kau kembali ke ruangan, ah tidak, begitu kau melewati pintu masuk RS pikiran dan jiwamu tak dalam tubuhmu itu. Bisa-bisanya kau malah ….” Ira mengatupkan kedua bibirnya dengan rapat ketika Fara mengarahkan tatapan tajam padanya.

“Diamlah atau kau akan aku tagih untuk makan siang ini,” katanya mengarahkan telunjuk pada Ira.

“Yah, sorry. Lagi pula itu hanya mit ….”

“Kau mau kebanjiran pasien, hah?”

“Tidak.”

“Maka tutup mulutmu!”

“Ya, ya, ya. Terserah. Tapi, apa yang kau lakukan kemarin setelah mengisi materi seminar itu? Aku mencarimu, tapi tak kutemukan kau dimanapun. Apa yangterjadi?” Ira menuntut penjelasan untuk ini.

Apa yang dikatakan temannya itu melemparkan ingatan Fara pada kejadian kemarin itu, pertemuannya dengan Delvin Aezar, seorang anak yang nyaris saja tertabrak mobil di pinggir jalan, lalu dia bertemu seorang pria yang menyebut dirinya sebagai ayah dari anak itu dan menuduh Fara membawa anaknya. Tidak hanya itu, Fara juga dituduh menjadi selingkuhan Daryn Affandra, ayah anak itu sekaligus pemilik hotel tersebut.

“Jangan ingatkan aku soal kemarin. Memikirkannya membuatku kesal. Pria itu sungguh menyebalkan sekaligus ayah yang begitu payah. Aku tak tahu siapa dia, yang pasti bertemu dengannya adalah kesialan bagiku,” terang Fara dengan nada penuh emosi membuat Ira menatapnya tercengang.

Tanpa Fara ketahui seseorang yang duduk di belakang kursinya mendengarkan apa yang dia katakan barusan. Dahinya bahkan mengerut begitu dalam merasa suara gadis itu tak asing di telinganya.

“Sudah. Waktu kita hanya tersisa lima menit, ayo pergi,” ajak Fara dan mendorong kursinya yang tanpa sengaja membentur kursi yang berada di belakangnya sehingga seseorang yang duduk di sana tak terima.

Pria itu ikut bangun dari duduknya lalu berbalik dan menghadang langkah Fara. Pertemuan tiba-tiba itu membuat Fara berjengit, otomatis saja dia mengambil langkah mundur.

“Heol. Kita bertemu lagi, Nona,” sapa pria itu dengan nada dingin dan tatapan yang datar ketika akhirnya menyadari siapa yang dibicarakan gadis itu.

“Kau ….”

“Kenapa? Ini adalah kejutan. Bagaimana mungkin kau membicarakan seseorang seperti itu? Bertemu denganku adalah kesialan? Lalu bagaimana denganku? Sama saja. Kau, adalah kesaialan bagiku juga,” balas Daryn setajam mungkin.

Kedua mata Fara mengerjap, dia sedikit panik. Pikirannya bertanya apakah pria itu mendengarkannya? Oh tidak, kenapa mereka bertemu di tempat ini sekarang?

Menguasai dirinya, Fara tertawa sinis dan mengarahkan tatapan tajam untuk membalas tatapan pria itu.

“Ya! Kau sama sekali tak memberiku sesuatu yang baik dalam pertemuan kemarin itu. Pertama, kau menuduhku, kedua mengataiku, dan ketiga membuatku menjadi buruk di mata kekasihmu. Cih. Kau memang sempurna tapi kau payah dalam mengasuh dan memperlakukan wanita. Jadi sekarang, minggir, aku punya urusan yang lebih mendesak,” tegas Fara. 

Wajah keduanya begitu dekat, beradu tatapan dengan penuh kebencian, bahkan tak mempedulikan sekitarnya yang menonton perseteruan mereka. Ira bahkan mencoba menarik Farad an memintanya untuk pergi, tapi tatapan Daryn membuatnya tak bisa berpaling, sorot mata itu seolah menahannya untuk pergi dari sana.

“Bagaimana denganmu? Apa yang kau berikan padaku selain kesan buruk? Karena kau, aku putus dengan kekasihku. Karena kau, aku mendapat hukuman dari ibuku. Juga karena kau, Delvin tak mau bicara lagi denganku. Apa menurutmu bertemu denganmu adalah berkah? Oh, sama saja denganmu, kau adalah kesialanku,” balas Daryn tak mau kalah.

Bibir keduanya berkedut, siap untuk saling membalas kata lagi, mereka seolah sedang berperang sekarang, dengan tatapan tajam sebagai pedangnya, tapi syukurlah bunyi ponsel nyaring dari saku celana yang dikenakan Fara menghentikannya. Tanpa memutus tatapannya dari Daryn, dia merogoh sakunya dan mengambol ponsel itu lalu menerimanya.

“Aku tak jauh. Katakan,” katanya dengan nada perintah pada sambungan telepon.

“Bocah perempuan usia lima tahun pingsan saat meniup balon. Kondisinya darurat karena tampak kesulitan bernapas,” jelas suara dari sambungan.

“Lakukan CT Angio, aku akan datang dalam empat menit,” jawab Fara lalu menutup sambungan.

Tatapannya masih tertuju pada Daryn.

“Aku ada urusan, jadi aku pergi, semoga kita tak bertemu lagi demi memutus rantai kesialan,” katanya pada pria itu kemudian melengos melewati Daryn.

Namun Daryn merasa kalau urusan mereka belum selesai, maka dari itu dia dengan sigap menangkap pergelangan tangan Fara dan mencengkramnya sedikit erat seolah tak mengizinkan gadis itu pergi sekarang.

“Kau mau ke mana? Urusan kita belum selesai,” kata Daryn.

Fara menatapnya tak percaya. Bagaimana mungkin pria itu menahannya hanya karena urusannya belum selesai? Bagi Fara apa yang terjadi kemarin adalah hal sepele. Putusnya hubungan pria itu dengan kekasihnya bukanlah salahnya. Namun Ira menghentikan Fara yang hendak membalas Daryn.

“Hentikan. Atau kau akan kehilangan nyawanya, Fara!” tegasnya menghentikan gadis itu. Ira juga menatap Daryn. “Urusanmu bisa diselesaikan nanti. Sekarang dia ada urusan yang darurat, jadi mohon permisi,” katanya sembari melepaskan cekalan Daryn di tangan Fara, sayangnya pria itu justru semakin mengeratkan cekalannya menolak melepaskan gadis itu.

Mereka kembali saling bertatapan tajam. Di sisi lain seorang anak sedang bertaruh nyawa di ranjang UGD. Bila terjadi sesuatu pada anak itu, hidup Fara akan berakhir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Rahasia Sang CEO   54. Diam-Diam ada Rasa

    Terlalu lama Fara diam, akhirnya Daryn gemas juga.“Apa? Ada apa, sih, Far? Kau membuat aku jadi penasaran,” kata Daryn akhirnya.Mata Fara mengerjap, terkejut juga karena malah melamun.“Oh, tidak. Tidak jadi,” kata gadis itu.“Ish. Kau membuat aku jadi semakin penasaran saja, Fara. Ada apa? Katakan padaku,” timpal Daryn bahkan memaksa gadis itu untuk mengatakan apa yang ingin Fara katakan sebelumnya.“Tidak jadi. Bukan apa-apa,” kilah Fara. Sepertinya masih ragu untuk membicarakan hal itu dengan Daryn.“Ayolah.” Daryn mendesah kesal sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Ada apa? Ayo katakan padaku, atau aku akan terus memintamu untuk mengatakannya,” kata Daryn tak ingin menyerah.Fara menatap Daryn tajam, dan membuang napas kasar.“Aku bilang tidak jadi. Kenapa kau ngotot sekali?” balas Fara. Tapi entah bagaimana tubuhnya tak juga beranjak dari sana.Atau mungkin Fara juga penasaran sama seperti Daryn.Kira-kira siapakah foto dalam bingkai di kamar Delvin itu?Melihat Fara dia

  • Anak Rahasia Sang CEO   53. Sesuatu yang Mengusik

    Setelah makan malam itu Fara menemani Delvin hingga tidur sedangkan Daryn kembali sibuk dengan tabletnya di lantai dua, duduk di sofa dengan nyaman. Pria itu sudah mengganti bajunya dengan piaya tidur.“Delvin sudah tidur?” tanya Daryn tanpa mengalihkan perhatian dari tabletnya.“Ya, sudah,” sahut Fara berjalan pelan ke kamarnya. Gadis itu tampak mengantuk.Tidak ada yang bicara sampai Fara berdiri di depan pintu kamarnya dan hendak membuka pintu itu tapi pikirannya tertuju pada Daryn.“Kenapa?”Rupanya Daryn menyadari Fara yang berhenti di depan itu.“Tidak ada. Aku hanya teringat sesuatu. Selamat malam,” ucap gadis itu lantas masuk ke kamarnya.Tapi Fara bersandar di balik pintu kamarnya, pikirannya tertuju ke suatu tempat di kamar Delvin ketika meninabobokan anak itu.Ada beberapa pigura di kamar anak itu. Yang besar tergantung di dinding, hanya Delvin, Daryn dan sang nenek yaitu Dennda. Sedangkan di pigura kecil di atas meja, terdapat sebuah foto yang terdiri dengan beberapa orang

  • Anak Rahasia Sang CEO   52. Harapan Delvin

    “Delvin, apa maksudnya dengan Mama?” tanya Daryn.Anak itu menoleh pada sang ayah lantas tersenyum dan melirik Fara.“Aku ingin punya Mama, dan aku suka Dokter Fara,” kata anak itu dengan nada bicaranya yang khas.Baik Daryn maupun Fara, sama-sama terkejut mendengar apa yang anak itu katakan. Fara bahkan menelan ludahnya ketika pikirannya mencerna sedikit lambat.“Jadi aku menggambar ini,” lanjut Delvin sambil memandangi gambar yang dia buat sendiri itu. Senyum lebar mengiasi wajahnya yang bahagia.Apa yang mesti Fara lakukan? Tidak mungkin bukan Fara menghancurkan harapan anak itu yang tampaknya merindukan kehadiran sosok ibu di hidupnya, di usia yang masih belia itu. Fara melirik Daryn sekali lagi memastikan bagaimana respon pria itu.Sama. Daryn pun terdiam, tak berkata, bungkam seribu bahasa. Sebagai ayah, tentu saja hati Daryn sakit mendengarnya. Bukan karena tak mau menghadirkan sosok ibu yang sangat Delvin inginkan, tapi Daryn tidak bisa asal memilih istri untuk menjadi ibu bag

  • Anak Rahasia Sang CEO   51. Mama Dokter

    “Ibu ke mana?” tanya Fara ketika menjelajahi rumah besar itu tapi tak menemukan sang nyonya rumah.Daryn yang tengah duduk di sofa sambil menunggu makan malam siap menoleh pada gadis itu.“Ada urusan, nanti juga kembali,” jawab Daryn lalu fokus pada tablet di tangannya.“Oh, begitu. Apakah biasanya lama?” tanya Fara lagi sambil mengambil posisi duduk di sofa tak jauh dari pria itu.Sesaat Daryn terdiam seperti tengah berpikir apakah ibunya pergi lama atau tidak.“Paling lama tiga hari, paling sebentar sampai malam nanti,” kata Daryn menjawab Fara dengan santai.Fara menganggukkan kepalanya berusaha untuk tidak ikut campur urusan Dennda atau Daryn. Setiap orang punya urusannya sendiri yang tak harus selalu dibagikan.Delvin tengah di kamarnya entah sedang apa. Jam menunjukan pukul enam petang. Daryn mengatakan Delvin biasa mengurung diri di kamar pada jam seperti itu, nanti anak itu akan keluar dengan sendirinya entah akan membawa apa.Meski Daryn menyuruhnya untuk tak khawatir karena

  • Anak Rahasia Sang CEO   50. Adakah Momen Lain atau Di situ saja?

    Masih menatap Daryn dengan penuh kemarahan, Sandra berteriak agar melepaskan penjagaan supaya bisa menghampiri pria itu dengan leluasa. Namun sepertinya percuma, Daryn tak akan mengizinkannya.“Kenapa kau bersikap begitu? Apa yang kau pikirkan sehingga hidup orang lain kau hancurkan,” kata Brian tak mempedulikan protes Sandra.Mendengar apa yang pria itu katakan, Sandra mulai berhenti tapi tetap menatap Daryn dengan tajam.“Kau ingin tahu alasannya, hah?” Sandra membalas.Daryn menatap Sandra dengan sorot yang serius.“Bukankah sudah aku bilang, itu karena kau. Seandainya kau tidak datang padanya, aku tak akan melakukan hal itu,” kata Sandra.“Jadi kau memang sengaja melakukan itu?”“Memangnya kenapa? Kau tak senang, bukan? kalau begitu, kenapa kau tak bicara denganku?”“Apa gunanya? Kau tak akan berhenti menganggunya, bukan? Sampai kau puas. Jadi aku tak akan membiarkannya.”“Itu sebabnya kau begitu melindunginya? Jangan bilang kau mencintai gadis itu, hah?” Sandra tersenyum miring,

  • Anak Rahasia Sang CEO   49. Itu Karena Kau

    Daryn masih asyik bermain game di ponselnya sementara Fara serta anaknya masih tidur siang. Hujan masih turun tapi tak begitu lebat, hanya saja udara kian dingin menjelang sore.Setelah bosan bermain game, tidur pun tidak bisa meski sudah berusaha untuk tidur lagi karena Daryn sempat tertidur tadi sebelum makan siang. Pria itu akhirnya memilih membuka ponselnya lagi dan membaca artikel yang muncul.Sesekali Daryn menghela napas saat membaca artikel yang membuat kabar tentang Fara dan dirinya yang dituduh berselingkuh sementar Daryn memiliki kekasih yaitu Sandra.“Siapakah sebenarnya gadis yang dikatakan perebut itu? Kabarnya dia seorang dokter anak kompeten, tetapi tidak diketahui apa niatnya.” Daryn membaca beberapa kalimat di artikel tersebut dan berdecih pelan.“Itu tidak benar. Ini sampah!” umpatnya marah tapi tidak bisa membanting ponselnya karena masih butuh.Daryn mencari sesuatu yang setidaknya memberikan komentar positif atau sebagainya. Hampir semua artikel memojokkan Fara.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status