Share

6. Kecupan Pemutus Rantai Sial

Fara balas menatap Daryn tak kalah tajam. Rahang keduanya mengeras. Dari sorot matanya Fara pikir pria itu tak akan bisa dengan mudahnya melepaskan dirinya. Bila terlalu lama di sana, dia akan kehilangan nyawa anak itu. Otaknya berpikir cepat selagi tatapannya masih terpancang pada iris mata Daryn.

Dari kedua iris kelam pria di hadapannya yang masih mencekal pergelangan tangannya, tatapan Fara turun melewati pangkal hidung Daryn lalu berhenti di bawahnya, tepat pada kedua bibir itu.

Ini gila! Jangan lakukan. Hatinya menjerit memberi tahu. Tapi kalau dia tak bertindak, nyawa seseorang terancam, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia pikirkan saat ini meskipun memang gila.

“Aku sungguh harus pergi sekarang. Hanya satu cara supaya aku bisa pergi, jadi jangan salahkan aku melakukan ini, kau sendiri yang tak mau melepaskanku,” kata Fara.

Kedua alis hitam Daryn yang memayungi kedua matanya itu terangkat mendengar apa yang dikatakan gadis itu.

Hanya dalam satu kedipan mata saja kejadian itu begitu cepat, dan mengejutkan semua orang yang ada di sana, terutama Daryn atas apa yang Fara lakukan padanya, kecupan singkat di bibirnya otomatis membuat cekalan tangan Daryn di pergelangan tangan Fara melonggar saat itulah dia segera melepaskannya dan pergi begitu saja sebelum pria itu kembali meraih tangannya.

Fara berlari secepat mungkin keluar dari restoran itu dan menyebrang jalan di waktu yang begitu tepat seolah para dewa mengizinkannya untuk pergi dan melakukan tugasnya. Sementara itu, Daryn akhirnya menyadari tawanannya melarikan diri. Ira yang masih berada di sana dengan cepat berdiri di hadapan pria itu.

“Tolong biarkan dia pergi,” katanya. Perhatian mereka tertuju pada jendela kaca yang memperlihatkan siluet Fara yang menjauh.

“Minggir!” seru Daryn dingin.

“Aku tidak tau apa hubungan kalian, tapi tolong biarkan dia pergi untuk melaksanakan tugasnya. Setelah itu kau bisa mencarinya di sana,” telunjuk Ira mengarah pada gedung rumah sakit yang berada di seberang restoran itu. Tidak begitu jauh.

Daryn mengikuti arah telunjuknya.

“Kau bisa mencari Dokter Fara Izzumi, dan selesaikan masalahnya. Tolong maklumi dia. Suatu hari kau akan tahu tentangnya,” jelas Ira sebelum pergi dari hadapan Daryn dan dia membungkuk hormat sekilas kemudian bergegas pergi dari sana mengikuti jejak Fara yang telah lebih dulu menghilang.

Terdiam di tempatnya. Daryn mengabaikan perhatian orang-orang yang ada di sana, perhatiannya sendiri terarah pada gedung tinggi itu yang tampak megah.

“Dokter, ya?” gumamnya lantas tersenyum miring, tak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, jejak hangat di bibirnya mendadak terasa mengalihkan perhatiannya. “Aku tak akan melepaskanmu semudah itu, nona. Setelah kau meninggalkan jejak di bibirku?” Senyumnya tercetak begitu jelas membentuk seringai seorang iblis.

Pria itu kemudian ikut meninggalkan restoran tersebut dengan perasaan yang bergejolak di dalam dadanya. Sensai aneh yang membara setelah apa yang dilakukan gadis itu tadi, sungguh berani sekali.

Sementara itu, Fara berkurat dengan alat medis untuk memeriksa seorang pasien anak perempuan.

“Tampaknya ini adalah Sindrom Moyamoya dari hasil CT Angio,” lapor dokter juniornya.

Fara memeriksa pasien anak itu dan melihat hasil CT yang dimaksudkan.

“Hubungi bedah saraf untuk ditinjau lebih lanjut lagi. Ada kemungkinan harus dilakukan opras. Untuk saat ini kondisinya tampak stabil,” jelas Fara pada bawahannya yang segera menuruti apa yang dia perintahkan, menghubungi bedah saraf.

Pasien itu tampak tenang setelah diberi infus. Fara berbalik usai memeriksanya dan Ira menghadang langkahnya ke meja informasi yang terdapat di IGD.

“Kita perlu bicara,” kata Ira.

Fara tak peduli, dia tahu apa yang ingin rekannya itu katakan, pasti soal tindakan gilanya yang dia lakukan tadi. Oh, bila di ingat sekarang itu memang gila. Untuk beberapa saat, Fara menyesalinya tapi dia tak punya cara lain lagi untuk bisa lepas dari pria itu.

Ira tetap mengikuti langkah Fara, bahkan tatapannya menginterogasi dalam diam membuat Fara menjadi risih karenanya. Dia sadar tak akan bisa lepas dari Ira. Fara mengangkat wajahnya untuk balas menatap gadis itu yang mengukir senyum menyebalkan di bibirnya.

“Aku akan mengatakannya nanti. Tolong kerjasamanya, Dokter Ira,” tegas Fara yang diangguki Ira.

Seorang dokter spesialis bedah saraf datang setelah dihubungi. Fara menjelaskannya pada dokter itu supaya ditangani lebih jauh lagi.

IGD atau Instalasi Gawat Darurat memang banyak pasien kritis. Fara sendiri dokter anak yang khusus menangani pasien anak-anak. Jadwalnya padat, kebetulan saja hari ini senggang sehingga bisa makan siang enak di restoran depan rumah sakit tempatnya bekerja.

Fara adalah tipe gadis tenang dan berkepala dingin, namun entah mengapa pertemuannya dengan pria itu membuatnya kesal. Biasanya Fara bisa mengatasi dengan tenang, tapi Daryn mungkin pengecualian. Entahlah, Fara pun tak mengerti.

“Jadi, apa yang kau lakukan tadi, hm? Tidak biasanya kau begitu, apalagi terhadap seorang pria. Fara, itu mungkin bisa jadi ci –“

“Tidak!” sela Fara cepat menghentikan kalimat Ira yang kembali merecokinya di ruang dokter saat berganti pakaian.

Rekannya itu menatapnya heran, menyelidik dengan tatapan. Fara berbalik, gugup, pura-pura mengancingkan bajunya.

“Lantas tadi itu apa? Kalau kau tak ada hubungan. Tadi itu namanya apa?” tuntut gadis itu. Benar-benar tak membiaran Fara.

Terdiam. Fara menghela napasnya dalam. Setidaknya dia harus bisa menjawab Ira supaya dia bisa berhenti merecokinya, apa saja asalkan itu bisa membungkamnya.

“Tadi itu,” Fara berhenti, otaknya mencari kalimat yang pas untuk dikatakan. Namun, benaknya justru mengulang kembali adegan saat Fara memberikan kecupan singkat pada Daryn. “Kecupan pemutus rantai sial,” gumamnya entah dari mana kata itu dia dapatkan, menyambarnya begitu saja.

Entahlah, tapi memang hanya itu yang bisa dikatakan. Kecupan pemutus rantai sial? Bukankah bagi Fara juga Daryn, pertemuan mereka itu adalah kesialan? Namun, itu justru menjadi awal dari segalanya, bukan menjadi pemutus yang mengakhiri segalanya.

   Fara membiarkan rekannya itu larut dalam pikiran. Entah apa yang Ira pikirkan mengenai itu, tapi ada yang aneh. Sejak kapan Fara dekat dengan seorang pria, apalagi pria asing yang baru ditemuinya kemarin? Tidakkah itu aneh?

“Aku akan melihat bagaimana alur hidupmu, Fara. Akankah ada seseorang yang memikat hatimu?” kata Ira tapi Fara tak mendengarnya, jelas saja gadis itu berdecak kesal karena Fara selalu begitu, pergi begitu saja.

Takdir mulai berjalan di antara hidup Fara, mempertemukan kembali dengan seseorang di masa lalunya, yang menjadi alasan dan motivasi kenapa dia berada di sana dan posisi yang didapatkannya sekarang ini adalah hasil dari keputusan yang dia buat lima tahun lalu. Bagaimana alur hidup Fara kedepannya usai pertemuannya dengan Daryn Affandra, sang CEO muda yang memiliki seorang anak rahasia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status