Share

bab 4

Penulis: Azzhura_Nia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-22 18:52:43

Aldo ke rumah Vania dengan membawa temannya yang seorang dokter ahli saraf. Mereka pun kemudian masuk kedalam tanpa memperdulikan ocehan bu Lina.

"Heeeh awas kalian ya," kesal Bu Lina.

Bu Lina juga ikut masuk kedalam sembari memperhatikan mereka.

Sesaat setelah sampai di kamar pak Widodo,

"Tolong periksa ayah saya dok," ucap Vania.

Teman Aldo yang bernama Willy itu pun segera memeriksa keadaan ayah Vania yang hanya bisa terbaring lemah tak berdaya diatas tempat tidur.

"Lebih baik kita segera membawa beliau kesana. Disana alat-alat kesehatannya sudah sangat canggih. Saya yakin ayahmu akan sembuh jika ditangani dengan baik disana," ucap teman Aldo tersebut.

Vania pun menatap Aldo sesaat dan terlihat Aldo langsung mengangguk. Vania pun ikut mengangguk dan menyetujui keputusan dokter. Baginya, kesehatan sang ayah amatlah penting dari apapun.

"Baiklah saya setuju," Vania segera mengambil koper miliknya dan milik sang ayah yang memang sudah ia persiapkan sebelumnya.

"Tunggu, kau tidak bisa seenaknya membawa suamiku kemanapun kau mau!" Lantang bu Lina. Ia mencoba menghentikan tindakan Vania yang seenaknya membawa suaminya pergi tanpa persetujuan darinya.

Vania pun tak memperdulikan ucapan Bu Lina, ia masih terus saja membereskan barang lain untuk keperluan sang ayah yang memang akan ia bawa untuk disana.

Karena geram, Bu Lina pun akhirnya menghampiri Vania dan segera menjauhkan Vania dari barang-barang suaminya.

"Apa-apaan kamu! Sudah ku bilang jangan seenaknya membawa suamiku pergi!" Ultimatum Bu Lina.

"Diam kau!" Sentak Vania dengan nada tinggi.

Ia pun mendekati Bu Lina dan mendekatkan dirinya ke ibu tirinya tersebut.

"Urusi saja urusanmu itu dengan pak Kasno. Bukankah kau ada main dengan dia?" Ucap Vania sembari berbisik.

Bu Lina pun langsung kaget karena Vania mengetahui perselingkuhannya dengan supir keluarga Widodo.

Plaakk!!

Bu Lina mengerang kesakitan akibat tamparan Vania. Ia pun melotot tajam kearah Vania sambil jari telunjuknya menunjuk langsung ke muka Vania.

"Kau," geram Bu Lina.

"Apa? Kau pikir aku takut denganmu hah. Ingat, akan aku rebut kembali apa yang sudah menjadi hakku. Camkan itu," ancam Vania.

"Ayo Do, dok," ucap Vania pada Aldo dan dokter Willy. Mereka pun mengangguk dan memindahkan pak Widodo ke brangkar pasien yang memang sudah disiapkan oleh teman Aldo yang seorang dokter itu.

Dengan cukup susah payah mereka memindahkan pak Widodo, mereka pun langsung keluar rumah dan membawa pak Widodo menuju mobil yang memang biasa dipakai temannya Aldo untuk menjemput pasien gawat darurat.

Mereka pun langsung menuju ke bandara karena jet pribadi yang akan membawa mereka ke Jepang sudah menunggu di bandara.

Rupanya, saat Vania cerita ke Aldo saat itu tentang kondisi sang ayah, Aldo sudah menelpon pihak maskapai yang kebetulan adalah teman dekatnya sekaligus menyewa jet pribadi milik teman Aldo, si pengelola maskapai. Karena memang di bandara tersebut sudah tersedia penyewaan jet pribadi dan helikopter untuk keperluan darurat.

"Kurang ajar, dari mana dia tahu kalau aku dan Kasno memiliki hubungan spesial?" Panik Bu Lina.

"Bisa gawat kalau sampai dia tahu kalau Elisa adalah anak Kasno. Enggak enggak, rahasia ini nggak boleh sampai terbongkar. Cukup aku saja yang tahu rahasia ini. Aku harus melakukan cara agar Vania tak membongkar rahasiaku," ucap Bu Lina sembari berjalan mondar mandir di kamar sang suami.

Sejak pak Widodo dilanda penyakit berkepanjangan, keberadaan Bu Lina semakin intens dan menimbulkan desas-desus dalam lingkaran rumah tangga itu. Awalnya, komunikasi antara Bu Lina dan pak Kasno, sang supir pribadi, hanya sekedar basa-basi kecil. Namun, kini segalanya telah berubah. Mereka terlihat begitu rapat, terlibat dalam perbincangan yang semakin dalam, dan kerap kali tertangkap berbagi keintiman di sudut-sudut tersembunyi rumah besar itu, asal tak seorang pun yang memergoki.

Vania, anak sambung Bu Lina, suatu malam berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman dan secara tidak sengaja menyaksikan tindakan yang tak terpikirkan tersebut. Hatinya remuk, kepercayaan pada sosok ibu tiri yang harusnya menjaga keharmonisan keluarga, kini terkoyak.

Vania tak bisa lagi mengalihkan pandangan dari gerak-gerik ibu tirinya. Ketika rumah dipenuhi keheningan, ia menyusuri lorong-lorong, melihat lebih dari yang seharusnya ia lihat. Dan, dari titik itulah Vania menyadari bahwa ada benih-benih skandal terlarang yang bersemi di antara Bu Lina dan pak Kasno.

Mobil pun melaju menuju bandara yang dituju. Sekitar satu jam dari rumah, akhirnya mereka pun sampai di bandara dan para rekan dokter Willy sudah menunggu kedatangan mereka sejak tadi.

Dengan penuh kehati-hatian, mereka menurunkan pak Widodo dari mobil dan membawanya menuju lorong khusus untuk keadaan darurat. Tak menunggu waktu yang lama, mereka pun akhirnya naik ke jet dengan membawa pak Widodo di dalamnya.

Mereka menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 7 jam 30 menit dan mereka tiba di bandara internasional Tokyo atau bandara Haneda.

Setelah turun dari pesawat, pak Widodo pun langsung dilarikan ke rumah sakit yang memang jaraknya tak jauh dari bandara Haneda. Di rumah sakit itu juga dokter Willy dinas disana. Itulah sebabnya Aldo merekomendasikan rumah sakit di Jepang itu agar dokter Willy bisa memantau keadaan pak Widodo dengan baik.

"Terimakasih banyak Do, kalau bukan karena kamu, entah bagaimana jadinya ayahku sekarang," ucap Vania sendu.

"Sama-sama Van, kamu kan sahabat aku. Apalagi pak Widodo juga begitu baik padaku." Ujar Aldo dengan senyum manisnya.

Vania pun mengangguk. Kini ia harus fokus dengan kesembuhan sang ayah. Ia sudah tak peduli lagi dengan perusahaan sang ibu walaupun dengan susah payah ia membangunnya hingga sebesar sekarang.

Jika ayahnya sudah sembuh nanti, barulah ia memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa kembali merebut apa yang sudah menjadi haknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anak Rahasia Sang CEO   Bab 20

    Kata-kata Xander menggema di ruang itu, membawa gelombang ketegangan yang mencekam. Reno terpaku, hatinya berdebar. Jika bosnya sudah menyebut Vania ‘wanitanya’, maka nasib Elisa tak akan mudah. Sebuah pertaruhan berbahaya baru saja dimulai."Suruh beberapa anak buahmu segera kembali mencari Vania! Aku harus tahu apa yang sedang terjadi padanya, tanpa tunda!" perintah Xander menggelegar, suaranya bergetar oleh kecemasan yang terpendam di balik tatapan dingin penuh ambisi."Siap, Tuan," jawab Reno dengan langkah mantap, menghilang dalam bayang-bayang malam.Keesokan harinya, Reno kembali bukan hanya membawa kalung pesanan Xander, tapi juga mengemban misi rahasia yang jauh lebih berat. Dia harus merangkai kata dan janji manis yang bisa menghipnotis Elisa, memutar tali kekuasaan lewat tawaran kerja sama dan saham yang menggiurkan."Ingat," bisik Xander sambil memutar-mutar pulpen di tangannya, "bujuk dia dengan trik halus. Adik Vania itu haus akan ua

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 19

    "Maaf jika kedatangan saya mengejutkan anda nona," ucap pak Nagato tak enak hati. Vania pun menggeleng dan tersenyum."Desain yang anda berikan dua Minggu yang lalu, ternyata meledak dan laku keras di pasaran nona. Banyak kaum hawa yang menyukai desain dari perhiasan ini. Rata-rata mereka bilang kalau desain anda sangat modis dan tak ketinggalan jaman, jadi mereka berbondong-bondong untuk membelinya. Pengrajin kami juga kewalahan mengatasi hal ini." Pak Nagato tersenyum sumringah."Syukurlah kalau begitu. Berarti kerja sama kita masih berlanjut kan pak?" Tanya Vania memastikan."Tentu nona, tentu. Saya yang seharusnya berterima kasih pada anda. Anda bagai malaikat tak bersayap yang dikirim oleh Tuhan untuk menyelamatkan rumah usaha saya." Kembali pak Nagato tersenyum.Vania pun tersenyum dan mengangguk pelan. Ia sangat lega jika karyanya bisa diterima di masyarakat Jepang."Sesuai dengan janji saya, saya akan memberikan bonus pada nona Va

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 18

    "Pak, Anda sudah tahu alasan saya di sini, ayah saya sedang sakit dan di rawat disini." Vania menatap tajam, suaranya berat penuh harap."Kalau memang Bapak setuju, saya siap bekerja sama dengan anda, tapi saya tak bisa meninggalkan ayah saya dan ikut ke rumah usaha Bapak." Lanjut Vania.Dahi Pak Nagato mengerut, pandangannya penuh tanda tanya."Maksudmu...?"Vania menghela napas dalam, mencoba menjelaskan dengan hati-hati."Saya akan bekerja di sini, sambil menjaga ayah saya. Di negara ini, kami hanya berdua, jadi saya tak mungkin meninggalkam ayah saya sendirian disini." Jawab Vania.Setelah sejenak terdiam, Pak Nagato mengangguk pelan, menandakan ia mulai mengerti. Namun, dari balik ketegaran wajahnya, tersirat kerumitan yang menghantui pikirannya. Keputusan ini bukan tanpa konsekuensi. Ia tahu, harus bolak-balik ke rumah usaha untuk memberikan sketsa dan gambar yang dikirim Vania ke para pengrajin, semua demi menjaga pekerjaan tetap berjalan."Baiklah. Apakah ada hal lain yang ing

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 17

    "Bukan. Lihat ini, ada goresan kecil bertuliskan 'VL'. Ini bukan karya adik Vania, tapi karya asli Vania yang mungkin belum pernah dipublikasikan. Aku juga melihat beberapa hasil karya Vania yang diunggah di sosial media miliknya, dan itu pasti ada goresan kecil bertuliskan VL ini," ucap Xander dengan suara dingin, menusuk sampai ke tulang.Reno membara, dadanya sesak oleh amarah yang membuncah, tangannya mengepal sampai urat-uratnya menonjol."Gila! Berani sekali dia mencuri karya nona Vania dan mengaku sebagai miliknya! Perintahkan aku, tuan, agar aku bisa balas dendam atas penghinaan ini!" Ucap Reno geram.Senyum licik meluncur di bibir Xander, sebuah rahasia gelap terpatri di matanya yang tajam. Reno menatap bosnya dengan bingung, tak mengerti kenapa ekspresi itu muncul di saat kemarahan membara."Diamlah, aku tahu cara membuatnya berhenti mencuri karya Vania. Cara yang tak pernah dia duga sebelumnya," gumam Xander, penuh keyakinan yang membua

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 16

    Ia mundur dengan hati yang berdebar, melepas perjuangan itu pada dokter dan suster-suster yang sigap. Suster pertama membuka kancing baju Pak Widodo dengan hati-hati, lalu memasang elektrokardiogram, alat kecil yang kini menjadi harapan mereka untuk mengawasi setiap denyut jantung ayahnya.Sementara itu, suster satunya lagi menusukkan jarum suntik berisi obat perangsang saraf, dosis tepat yang mereka harapkan mampu memicu perubahan. Dokter Willy mengawasi semuanya dengan mata yang tak pernah lepas, penuh harap namun juga ketegangan, menyadari bahwa hidup dan harapan berayun di ujung jarum kecil itu."Sebelum pak Widodo sadar, saya akan memberikan obat perangsang saraf ini dalam bentuk cairan dan disuntikkan ke infusan ayahmu. Nanti jika beliau sudah sadar, barulah kita bisa memberikan obat berupa pil atau semacamnya. Saya masih memberikan obat ini dalam dosis yang kecil terlebih dahulu, untuk mengetahui keefektifannya. Jika masih belum ada perubahan, maka akan saya

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 15

    Elisa menatap layar laptop yang tak kunjung memberinya secercah inspirasi. Dua jam berlalu tanpa hasil, membuat dadanya sesak dan kesabarannya terkikis perlahan."Aarrggh!" Suaranya pecah, tenggorokannya tercekat oleh kekecewaan."Kenapa otak ini makin dipaksa malah makin mentok?!" geramnya, jari-jarinya menekan tombol dengan gelisah.Dia sudah menggali referensi dari berbagai sumber, menyusuri jejak-jejak desain orang lain, namun tak satu pun yang menyentuh harapan tuan Bernett. Rasa putus asa menggerayangi pikirannya, seolah setiap detik adalah pengkhianatan bagi kreativitas yang ia butuhkan.Tiba-tiba, sebuah kilatan ide melintas, mendorongnya berdiri mendadak."Ah, bodoh! Kenapa baru sekarang terpikir? Kenapa nggak dari tadi?!" keluh Elisa, suara penuh penyesalan sekaligus semangat membara. Langkahnya cepat mengarah ke kamar Vania yang sengaja tak terkunci, terbuka lebar seperti peluang yang baru saja datang menghampiri. Di balik pint

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status