Share

bab 6

Penulis: Azzhura_Nia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 10:57:28

"Xander," panggil nenek Bernett.

"Iya nek," sahut Xander dengan penuh semangat, mulutnya penuh sesak dengan lahap menikmati setiap gigitan masakan lezat di hadapannya.

"Benar-benar kangen masakan rumah!" Ucap Xander sembari tersenyum.

Nenek Bernett tersenyum lembut ke arahnya, mengelus kepala Xander dengan sayang.

"Puas ya, Nak? Rasanya seperti pelukan ibumu, kan?" Tanya nenek Bernett.

Xander mengangguk, matanya berkaca-kaca,

"Iya Nek, tiap suapan dari tangan Nenek seperti mendapat pelukan hangat dari ibu. Meski tak ada yang bisa menggantikan Ibu, tapi Nenek... Nenek buat hati ini begitu hangat." Ucapnya.

Nenek Bernett memeluk cucunya itu, merapatkan dekapannya.

"Nenek selalu di sini buat kamu, Nak. Cinta Nenek juga nggak akan berkurang sedikit pun Untukmu." Ucap nenek Bernett.

"Terimakasih banyak Nek. Hiduplah lebih lama lagi Nek. Aku masih ingin merasakan ini lebih lama di hidupku," ujar Xander.

"Tentu Xander. Nenek akan berusaha yang terbaik untuk kesehatan nenek agar nenek bisa melihatmu lebih lama," sahut nenek Bernett dengan senyum indahnya.

Hari ini Xander ingin membuat neneknya bahagia dengan kedatangannya. Tentang wanita yang semalam bersamanya, ia akan telusuri besok pagi bersama anak buahnya.

Hari ini, Xander benar-benar menghabiskan waktunya dengan sang nenek. Ia ingin sekali melihat senyum yang menyejukkan hatinya itu lebih lama lagi, namun apa daya, esok pagi ia harus kembali ke kota X dan kembali menjalankan bisnisnya. Ia juga masih harus mencari wanita yang bersama dengannya semalam.

Keesokan harinya, Xander beserta anak buahnya pun pergi ke kota X setelah sebelumnya Xander pamit pada nenek Bernett. Walau berat hati, nenek Bernett pun akhirnya melepas sang cucu yang sangat ia sayangi.

"Nek, Xander pergi dulu ya. Jaga diri nenek baik-baik," pamit Xander.

"Kamu hati-hati disana ya Xander. Berjanjilah pada nenek, kamu akan sering kesini untuk mengunjungi nenek," ucap nenek Bernett sendu.

"Iya Nek, jika ada waktu aku pasti akan selalu mengunjungi nenek," ujar Xander sembari tersenyum.

Dengan langkah yang ragu, Nenek Bernett mendekati Xander. Tangannya yang keriput menggenggam erat tangan cucunya, matanya berkaca-kaca, hatinya dilanda berbagai emosi.

"Hati-hati di perjalanan, Nak," bisiknya dengan suara yang bergetar, seolah setiap kata yang terucap adalah pahit untuk dilepaskan.

Xander pun mengangguk, senyumnya terukir indah di wajahnya.

Perjalanan panjang kembali ke kota X seakan menjadi perpisahan yang melankolis yang terasa mencekam di dada. Menempuh waktu sekitar tiga setengah jam, perjalanan itu bukan hanya melelahkan tubuh, namun juga merobek-robek rindu Xander pada sosok neneknya yang selalu terbayang.

Setibanya di kota X, jarum jam menunjukkan pukul setengah satu siang, sebuah peringatan bahwa waktu tidak pernah berhenti dan terus berlalu. Sebelum menenggelamkan diri kembali dalam rutinitas pekerjaan, Xander mengambil jeda. Ia mampir ke restoran kesukaan, tempat yang penuh kenangan, untuk menikmati makan siang. Ia dikelilingi oleh anak buahnya, tetapi pikirannya melayang ke pelukan hangat Nenek Bernett, yang sekarang terasa semakin jauh.

"Kalian pesan apapun yang kalian mau," ucap Xander dengan tegas.

"Terimakasih banyak tuan," ujar mereka senang.

Di tengah rasa kenikmatan yang menyeruak dari setiap suapan siang itu, pikiran Xander tak henti-hentinya diganggu oleh bayangan gadis yang telah membuat malamnya menjadi sulit dilupakan. Inilah pertama kalinya ia dihadapkan dengan situasi yang sedemikian rumit. Meskipun anak buahnya telah memiliki informasi mengenai identitas gadis tersebut, kesan yang ditinggalkannya tidak bisa hilang begitu saja.

Xander menyadari penuh bahwa gadis yang bersamanya telah dipengaruhi obat malam itu. Sisi kemanusiaannya mendorongnya untuk menolak, namun pesona gadis itu terlalu kuat, memancarkan keindahan yang memabukkan di depan mata yang tidak bisa ia tolak. Kejadian yang seharusnya tidak ia inginkan itu, telah melukai prinsipnya, tetapi di saat yang sama, memberikan kenangan yang tak terhapuskan.

Xander bukanlah lelaki yang mudah tergoda. Ia telah melihat berbagai wanita yang mengenakan pakaian yang berani, bahkan ada yang berusaha terang-terangan menggodanya. Namun, semuanya terasa hambar, bahkan menjijikkan. Wanita-wanita itu tampak murahan di matanya, tidak meninggalkan kesan apa pun.

Namun gadis itu, ah, gadis itu adalah pengecualian yang telah merobek kain kebiasaan Xander, mengoyak rasa kejijikan pada diri yang biasanya gampang membangkitkan benteng pertahanannya. Siapakah dia, dan mengapa hanya ia yang berhasil menarik hati dan menggugah jiwa Xander yang selama ini tertutup rapat?

Setelah selesai menyantap makan siang, Xander beserta anak buahnya yang lain pun menuju salah satu perusahan milik Xander yang memang sudah berdiri dari 10 tahun lalu. Perusahaan itu memang didirikan sendiri oleh Xander sebagai bukti kerja kerasnya di dunia bisnis.

Dengan gagahnya, ia pun masuk ke dalam kantor di kawal oleh beberapa bodyguard dan juga anak buahnya yang lain.

"Jelaskan padaku, siapa wanita yang bersamaku semalam?" Tanya Xander pada salah satu anak buahnya yang ditugaskan untuk menyelidiki siapa gadis tersebut.

"Namanya Vania Larasati tuan, pemilik sekaligus CEO dari VL grup, perusahaan yang bergerak di bidang desain perhiasan dan diamond. Namun kabarnya ia sekarang sedang berada di luar negeri untuk mengobati ayahnya yang vegetatif. Perusahaannya sekarang diambil alih oleh ibu tirinya. Menurut informasi yang saya dapat, ibu tirinya itu tak pernah suka dengan kehadiran nona Vania dan hanya mengincar hartanya saja mengingat dulunya ibu tiri dari Nona Vania adalah pembantu di rumah itu dan sekarang naik tahta menjadi nyonya setelah ibunda dari nona Vania meninggal dunia sejak kecil." Terang salah satu anak buahnya.

Di dalam ruangannya, Xander sengaja hanya mengobrol empat mata dengan anak buahnya tersebut agar informasi ini hanya dia yang tahu dan menyuruh sang anak buah untuk tutup mulut.

Xander pun mengangguk, ia kini sudah tahu siapa wanita semalam yang bersamanya.

"Dimana tepatnya dia sekarang?" Tanya Xander lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 9

    Tanpa menunggu lama, ia memanggil salah satu anak buahnya, menyusun rencana licik dengan senyum tipis penuh rencana di bibirnya."Pergilah ke kantor VL, pesan sebuah kalung berlian, katakan itu untuk nenekmu. Katakan dia mencintai keindahan, tapi kamu belum punya desain yang pas," ucap Xander dengan suara dingin yang tak meninggalkan ruang untuk protes.Dalam hati, hatinya bergemuruh, "Aku harus tahu, bagaimana sebenarnya kerja ibu tiri Vania."Sebelum rencana ini lahir, Xander sudah menyusuri jejak digital perusahaan itu, menelusuri setiap desain dan penghargaan yang dipajang. Rancangan-rancangan Vania, penuh estetika dan keindahan, bukan sekadar perhiasan biasa. Mereka adalah mahakarya yang memikat pelanggan-pelanggan elite hingga rela merogoh kocek dalam-dalam.Selain itu, ia juga ingin menghadiahkan kalung tersebut pada sang nenek, meski ia tahu bukan Vania yang mendesign kalung tersebut, jadi sudah pasti hasilnya akan berbeda dari ekspektasi

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 8

    "Ayo kita masuk ke dalam," ucap dokter Willy sebelum ia menjawab pertanyaan dari Vania.Setelah mereka masuk ke dalam ruangan pak Widodo, bukannya menjawab pertanyaan Vania, justru dokter Willy balik bertanya."Vania, apakah kamu tahu obat yang di konsumsi pak Widodo selama ini?" Tanya dokter Willy."Tidak dok. Tapi yang ku tahu, dokter yang biasa menangani ayah saya itu memberikan beberapa obat yang dia klaim bisa menyembuhkan penyakit vegetatif ayah saya, walaupun dalam jangka waktu yang cukup lama karena katanya sarafnya rusak." Jawab Vania dengan jujur. Ia masih ingat betul apa perkataan dokter yang menangani kesembuhan sang ayah selama ini, jadi dia percaya saja."Sepertinya kamu telah dibodohi oleh dokter tersebut. Lihatlah hasilnya," ucap dokter Willy sembari menyerahkan kertas selembar berisi data hasil lab pak Widodo yang baru saja keluar."Apa maksudnya ini dok?" Tanya Vania yang tak faham dengan bahasa kedokteran."Dis

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 7

    "Untuk informasi itu, saya belum menemukannya tuan. Para tetangga pun tak melihat kemana nona Vania pergi. Yang saya tahu, nona Vania pergi ke luar negeri untuk mengobati penyakit ayahnya yang tak kunjung sembuh sejak kecelakaan itu terjadi," ucap anak buah Xander lagi."Baiklah, informasi ini saya terima. Ingat, jangan bocorkan pada siapapun tentang informasi ini. Jika sampai kamu melakukannya, maka kamu tahu sendiri akibatnya," ucap Xander penuh dengan penegasan."Baik tuan. Ucapan anda adalah perintah bagi saya," ucap anak buahnya itu."Kamu keluarlah!" Titah Xander dan anak buahnya itu langsung menunduk patuh dan berjalan keluar pintu.Xander tenggelam dalam lamunan berat di ruangannya, pergulatan batin yang tak terbendung menghantui setiap detik waktu luangnya. Ketidakmampuannya untuk hanya diam dan terus-menerus dihantui oleh kenyataan bahwa ia telah merenggut kesucian Vania, membebani hatinya dengan rasa bersalah yang mendalam. Bagi Xander, momen itu mungkin juga baru bagi diri

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 6

    "Xander," panggil nenek Bernett. "Iya nek," sahut Xander dengan penuh semangat, mulutnya penuh sesak dengan lahap menikmati setiap gigitan masakan lezat di hadapannya. "Benar-benar kangen masakan rumah!" Ucap Xander sembari tersenyum. Nenek Bernett tersenyum lembut ke arahnya, mengelus kepala Xander dengan sayang. "Puas ya, Nak? Rasanya seperti pelukan ibumu, kan?" Tanya nenek Bernett. Xander mengangguk, matanya berkaca-kaca, "Iya Nek, tiap suapan dari tangan Nenek seperti mendapat pelukan hangat dari ibu. Meski tak ada yang bisa menggantikan Ibu, tapi Nenek... Nenek buat hati ini begitu hangat." Ucapnya. Nenek Bernett memeluk cucunya itu, merapatkan dekapannya. "Nenek selalu di sini buat kamu, Nak. Cinta Nenek juga nggak akan berkurang sedikit pun Untukmu." Ucap nenek Bernett. "Terimakasih banyak Nek. Hiduplah lebih lama lagi Nek. Aku masih ingin merasakan ini lebih lama di hidupku," ujar Xander. "Tentu Xander. Nenek akan berusaha yang terbaik untuk kesehatan nene

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 5

    Sementara itu, setelah mendapat telepon dari sang nenek, pria misterius itu pergi meninggalkan Vania sendirian di kamar tersebut. Sekitar 1 jam kemudian, pria tersebut sampai di rumah neneknya dengan membawa beberapa hadiah yang sempat ia beli sewaktu perjalanan menuju rumah sang nenek. "Nek," panggil pria tersebut. "Ah Xander, rupanya cucuku sudah pulang," ucap sang nenek sembari berjalan menuju kearah cucunya dan langsung memeluknya. Malam itu, Vania ditemani oleh seorang lelaki yang tidak lain adalah Xander Abraham Bernett, pengusaha muda yang namanya tersohor seantero jagat. Xander, yang masuk dalam daftar lima besar pengusaha terkaya di dunia, memiliki kekayaan yang belum pernah tertandingi di negeri ini. Dengan sikap yang elegan, Xander mencium punggung tangan neneknya, sebuah gestur yang menggambarkan hormat mendalam kepada sosok yang lebih tua. "Kamu kemana saja Xander? Kenapa tak ingat rumah? Apa kamu sudah lupa dengan nenekmu ini?" Ucap nenek Sania Bernett sendu, t

  • Anak Rahasia Sang CEO   bab 4

    Aldo ke rumah Vania dengan membawa temannya yang seorang dokter ahli saraf. Mereka pun kemudian masuk kedalam tanpa memperdulikan ocehan bu Lina. "Heeeh awas kalian ya," kesal Bu Lina. Bu Lina juga ikut masuk kedalam sembari memperhatikan mereka. Sesaat setelah sampai di kamar pak Widodo, "Tolong periksa ayah saya dok," ucap Vania. Teman Aldo yang bernama Willy itu pun segera memeriksa keadaan ayah Vania yang hanya bisa terbaring lemah tak berdaya diatas tempat tidur. "Lebih baik kita segera membawa beliau kesana. Disana alat-alat kesehatannya sudah sangat canggih. Saya yakin ayahmu akan sembuh jika ditangani dengan baik disana," ucap teman Aldo tersebut. Vania pun menatap Aldo sesaat dan terlihat Aldo langsung mengangguk. Vania pun ikut mengangguk dan menyetujui keputusan dokter. Baginya, kesehatan sang ayah amatlah penting dari apapun. "Baiklah saya setuju," Vania segera mengambil koper miliknya dan milik sang ayah yang memang sudah ia persiapkan sebelumnya. "Tungg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status