Home / Young Adult / Anak yang Kubenci / Dimarahin Embah

Share

Dimarahin Embah

last update Last Updated: 2022-11-20 20:32:36

ANAK YANG KUBENCI 7

Dimarahin Embah

"Ibu pergi dulu, Rita,"

Memakai seragam ngaji, Ibu berpamitan padaku. Hari ini Kamis pasaran Pahing jatahnya Ibu mengaji kampung.

"Iya, hati-hati, Bu,"

Masih jam setengah dua siang. Aku yang tidak terbiasa tidur siang merasa bosan bermain HP melulu.

"Assalamualaikum,"

Kudengar suara Kayla mengucap salam, anak itu baru pulang sekolah rupanya. Kulihat jam lagi di HP, jam dua kurang sepuluh. Aku bergegas keluar kamar. Kayla sedang mengambil minum.

"Heh! Jam segini baru pulang, dari mana?" Tanyaku.

"Dari sekolah," gadis kecil berseragam SD itu menjawab. Satu gelas penuh air putih dia teguk sampai tandas. Wajah Kayla berkeringat seperti habis berolahraga.

"Pasti kamu habis main, anak SD itu pulangnya jam satu. Ini sudah jam dua!" Mataku mendelik. Anak bandel ini pasti habis bermain dan menghabiskan uang saku dari embahnya.

"Beneran pulang sekolah, Mah, kan sekolahnya lumayan jauh, Kayla jalan kaki," jawabnya sembari mengusap keringat di dahinya.

Aku diam saja mendengar jawabannya. Anak ini pandai bersilat lidah sepertinya. Awas kamu, Kayla.

Masih menggendong tas, Kayla berjalan masuk ke kamarnya. Aku ke meja makan untuk melihat menu, soalnya perutku lapar.

Kayla keluar sudah berganti baju. Untuk gadis seusia Kayla, postur anak sialan ini cukup tinggi. Itu faktor keturunan mungkin, sebab aku juga tergolong tinggi untuk ukuran perempuan. Kayla mengambil dua piring dari rak di dapur, kemudian dia ke meja makan. Diberikannya satu piring padaku.

"Ini, piring Mama," katanya.

Kutatap Kayla tajam. "Jangan panggil Mama!" Kataku dengan nada tinggi. Kayla mengangguk.

"Kamu itu ya, Kayla, harusnya tahu diri. Jangan minta sekolah di sekolah favorit, itu bayarnya mahal. Belum tetek bengeknya. Nggak kasihan sama Embah yang udah tua?" Ujarku di sela-sela makan siang dengan Kayla.

"Kayla nggak minta sekolah di sana, Mah ..."

"Diam!"

Uhuk uhuk uhuk

Aku batuk-batuk usai membentak Kayla karena keselek, mulutku penuh makanan. Kayla memberiku segelas air.

"Jangan ngomong kalau lagi makan, Mah," katanya. Aku melihat wajahnya yang menahan senyum. Kurang ajar ni anak, harus diberi pelajaran!

"Berapa uang sakumu sehari?" Tanyaku.

"Lima belas ribu,

"Banyaknya!" Seruku kaget. Dulu aku sekolah SD uang sakunya cuma lima ribu.

"Kayla nggak pernah jajan, semua ditabung di sekolah. Nanti kalau tabungannya dibagi, semuanya untuk Embah,"

Kayla berdiri, membereskan piring dan membawanya ke dapur. Suara air kran gemericik, Kayla mencucinya sekalian.

"Kayla, kenapa kamu biarkan Embah jualan sayur?"

"Embah sendiri yang mau jualan. Kata Embah, tanaman sayurnya berlimpah,"

"Dasar kamu ya, nggak punya rasa empati sedikit pun! Siapa yang menanam semua sayuran itu?" Tanyaku sembari menunjuk arah belakang rumah.

"Embah,"

"Yang ngasih makan lele?"

"Embah,"

"Semuanya Embah? Lhah kamu ngapain?!" Kedua tanganku berkacak pinggang di depan Kayla. Begini nih, anak yang kelahirannya nggak diharapkan, kelakuannya songong. Embahnya disuruh kerja keras, dianya enak-enakan. Bikin emosi aja!

"Kayla ..."

Belum selesai dia bicara, aku menarik kasar lengannya dan kuajak ke kebun sayur di belakang rumah. Kuambil cangkul di belakang rumah dan kuberikan pada Kayla.

"Kau lihat gundukan tanah di sana?" Kutunjuk gundukan tanah di pojok pagar batas tanah milik ibuku. Sebidang tanahnya tidak ditumbuhi sayuran, hanya gundukan saja.

"Cangkul tanah di sana itu sampai gembur, cepat!" Kataku berapi-api. Kayla menatapku heran.

"T_tapi, Mah ..."

"NGGAK ADA TAPI!"

"Itu ..."

Dasar anak bandel, ngeyelan. Kudorong tubuh Kayla hingga terhuyung. Gadis itu lalu membawa cangkul dan mulai mencangkul tanah yang kumaksud. Naik ke posisi lebih tinggi, aku mengawasi Kayla mencangkul.

Anak tidak tahu diri. Udah bagus dirawat, dibesarin. Coba dulu dibuang aja atau di taruh di panti asuhan. Tidak tahu terima kasih malah nyuruh ibuku bekerja.

**

"Kayla!"

Apa sih, Ibu pagi-pagi sudah berteriak memanggil anak sialan, Kayla? Aku menggeliat di kasur. Ini hari sudah Minggu, nanti sore aku akan kembali ke Jakarta.

"Kayla, siapa yang mencangkul tanah di pojok sana?" Tanya Ibu.

Duduk di tepi tempat tidur, aku memasang telinga baik-baik. Ibu pasti mau memuji Kayla, padahal itu yang menyuruh aku.

"Kayla, Mbah,"

Bibirku tersenyum sinis. Ntar aku bilang sama Ibu, kalau aku lah yang menyuruh anak malas itu bekerja.

"Ya, Allah, Kayla! Bukannya kamu tahu, Embah lagi deder bibit ~menyemai benih~ bayam merah di sana?" Suara Ibu kesal.

Apa? Ibu lagi deder? Mati aku! Bola mataku melebar.

"Gimana to, Kayla, malah mbok orat-arit nggak karuan. Rusak semua bibitnya!" Ibu memarahi Kayla. Lebih baik aku di sini saja, nguping.

"Maaf, Mbah, Kayla lupa." suara Kayla pelan. Apa dia mau ngomong sama ibu kalau aku yang menyuruhnya? Deg-degan aku.

"Nanti, biar Kayla deder ulang, Mbah."

"Bibitnya sudah habis, Kayla. Mesti beli lagi, tahu? Macul-macul nggak bilang Embah. Biasanya kamu pinter, to?"

"Biar nanti, aku beliin bibit baru, Bu," kataku sambil berjalan mendekat. Kayla masih tertunduk di depan Ibu. Anak itu menangis dalam diam.

"Heran Ibu sama Kayla, sudah tahu di sana itu tempat deder bibit, eh nggak angin gak ada hujan, di cangkuli." Ibu bercerita padaku. Kayla diam seribu bahasa.

Aku menatap anak yang menundukkan kepalanya itu. Sama sekali Kayla tidak menyebut namaku. Padahal, aku lah yang menyuruhnya mencangkul.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Athaya
Baiknya Kayla ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Anak yang Kubenci    End episode/ Kayla Anakku

    ANAK YANG KUBENCI 40End episodeKayla Anakku "Mas, aku ingin bicara ..." Kataku saat hanya berdua saja di kamar bersama Mas Aria. Suamiku mengenakan kaosnya kemudian berjalan ke depan cermin yang menempel di dinding depan meja rias. Mas Aria menyisir rambutnya yang basah. Kebetulan Suamiku habis mandi. Dia kalau mandi malam soalnya pulang kerja juga malam. Sehabis Isya."Ngomong apa?" Mas Aria duduk bersandar di tempat tidur, di sebelahku. Aku memiringkan tubuh, salah satu tangan menyangga kepalaku sehingga aku bisa melihat wajah Mas Aria lebih dekat. Masih ganteng dan gagah di usianya yang setahun lagi menginjak 40."Tentang ...," Berhenti dulu sebab aku merasa sedikit sungkan. "Apa sih?" Mas Aria mengambilnya ponselnya dan mulai mengusap usap layarnya. Sempat terpikir untuk tidak jadi ngomong tapi, ini penting demi hubunganku dengan Mas Aria ke depannya. "Tentang bayi tabung, Mas," kataku akhirnya. Mas Aria tidak bereaksi, tetap sibuk dengan ponselnya. Aku menunggu. "Kenapa d

  • Anak yang Kubenci    Bayi tabung

    ANAK YANG KUBENCI 39Bab 39Bayi Tabung "Mama tidak melarangmu berteman dekat dengan cowok, Kay," kataku saat hanya berdua dengan Kayla. Kami memasak bersama. Kayla mendengarkan sembari tangannya asyik memisahkan toge dari akarnya. Hari ini, aku dan Kayla sepakat memasak soto daging sapi. "Kayla nggak pacaran, kok."Aku tersenyum melirik Kayla. Gadis itu menunduk mungkin malu. Aku pernah muda pernah mengalami fase seperti yang sekarang sedang melanda Kayla. Anak seusia mereka jarang yang mau mengaku kepada orang tuanya bila memiliki pacar. Mereka cenderung tertutup dan sembunyi sembunyi. Karenanya aku mengajak bicara anakku supaya dia bisa lebih terbuka denganku, Mamanya. Seorang Ibu juga harus bisa menjadi 'teman' untuk anak gadisnya. "Mama juga lebih suka menyebutnya teman dari pada pacar, Kay." Aku mengambil potongan besar daging berukuran besar yang sudah empuk dari panci presto kemudian mengirisnya menjadi bagian kecil-kecil. Bite size. Supaya mudah dikunyah. "Sebab bertem

  • Anak yang Kubenci    Kebahagiaan Kayla

    ANAK YANG KUBENCI 38Bab 38Kebahagiaan Kayla Membuka lagi foto dan video yang dikirim Kayla dari Manado aku tersenyum sendiri. Raut wajah bahagia terpancar dari setiap tawa Kayla yang terekam kamera. Ada foto saat dia memakai alat snorkel untuk bersiap menjelajah dangkal di perairan Bunaken bersama kedua adiknya. Dari lengan Kayla yang terlihat merangkul kedua anak lelaki yang berdiri di samping kiri dan kanannya, aku tahu Kayla menyayangi mereka. Scroll lagi pada foto-foto yang lain. Saat sebelum makan malam bersama keluarga, Kayla menyempatkan berfoto selfie. Bisa kulihat kekompakan keluarga Richard bersama Kayla meski baru beberapa hari bertemu. Senyum Kayla dan Richard sangat mirip. Ada lagi foto yang membuatku merasa entah lah ... Foto Kayla dengan istrinya Richard. Perempuan cantik berkulit putih itu merangkul Kayla. Senyumnya ceria dan tulus. Kayla juga bercerita kalau Mama Audrey --begitu Kayla menyebutnya-- sangat baik padanya. Selalu menggandeng tangannya kalau berjala

  • Anak yang Kubenci    Bersama Papa

    ANAK YANG KUBENCI 37Bab 37PoV KaylaBersama Papa Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengan keluarga Papa biologis-ku yaitu Papa Richard. Semua atas seizin Mama, kalau tidak aku tidak akan berani. Bagiku Mama adalah segalanya, terutama setelah aku kehilangan Embah Putri, orang yang sangat menyayangiku. Kalau bukan karena wejangan Embah yang kudengar setiap hari, sudah pasti saat ini aku sudah menjadi musuh buat Mama. Embah selalu bertutur baik. Meyakinkan aku bahwa semua yang terjadi padaku, kelahiranku, orang tuaku, adalah takdir yang kuasa. Seorang anak tidak bisa memilih Ibu siapa yang akan melahirkan dia. Pun dengan aku. Bila ditanya sebelum dilahirkan apakah aku mau menjadi anak haram? Pastinya aku menggeleng. Inginku seperti anak yang lain. Punya ayah, Ibu dan mereka menikah sebelum punya anak. Tapi sudah lah itu masa lalu. Bukan untuk dilupakan, dihapus atau dikenang. Ambil pelajaran yang berarti dari sebuah masa lalu yang buruk agar kita lebih waspada dan tidak mengula

  • Anak yang Kubenci    Dia tetap Papa Kayla

    ANAK YANG KUBENCI 36Bab 36Richard tetap lah PapanyaKening Alina mengerut, kedua alisnya sampai hampir bertaut. Mata perempuan cantik dan elegan ini menatapku dengan bibir yang tersenyum tapi, hanya separuh yang terangkat. Meski kelihatan aneh tapi, tidak mengurangi kecantikannya. "Apa kamu tidak bertanya pada Aria sebelum kalian menikah, maksudku apa kamu tidak mencari tahu dahulu latar belakang calon suamimu?" Tanyanya. Aku menggeleng. Entah aku ini yang lugu atau bodoh. Jujur aku sangat terpesona dengan Mas Aria. Kebaikannya, penampilannya yang low profile, santun, dewasa dan mau menerimaku apa adanya. Semua itu sudah cukup bagiku menilai dan menerimanya sebagai suami. Sejauh ini, Mas Aria memang lelaki yang baik dan tidak mengecewakan. "Aria baik, dari keluarga yang bibit, bebet, bobotnya bagus tapi, menikah tidak cukup hanya itu. Kalau aku menikah untuk mendapatkan keturunan." Alina bercerita tanpa aku memintanya. "A_aku mencintai Mas Aria, kukira itu sudah cukup ...." Jawa

  • Anak yang Kubenci    Alasan Richard

    ANAK YANG KUBENCI 35Bab 35Alasan Richard mencari Kayla "Aku memang belum pernah punya anak, Rit, tapi aku sudah menganggap Kayla adalah anakku sendiri," ucap Mas Aria dengan menatapku. Rasanya malu, karena membabi-buta aku jadi tak sengaja menyinggung perasaan Mas Aria. Menarik nafas panjang dari hidung hingga terdengar isakan, aku terdiam lama. Kenapa masalah Richard tidak pernah selesai merundung hidupku. Kupikir, setelah belasan tahun berlalu, Richard sudah musnah dan tidak akan pernah kembali. "Sudah malam ayo kita ngobrol di kamar," ajak Suamiku. Merangkul pundak, Mas Aria membimbingku masuk ke kamar. Mas Aria mengambil sendiri baju ganti kemudian masuk ke kamar mandi. Aku hanya duduk diam membisu dengan perasaan yang entah lah, rasanya campur aduk. Benci, marah, sakit, geram, kesal, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sesak menggumpal di dada. Hingga Mas Aria keluar dari kamar mandi, aku masih dalam posisi yang sama, duduk diam dan menangis di bibir tempat tidur. "

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status