Di masa lampau, Aisyah dan Desti bersembunyi di balik lemari sebari mendengarkan apa yang direncanakan oleh Tono dan para saudaranya di ruangan bawah tanah. Mereka berbicara di depan patung kelelawar. Patung kelelawar memiliki ciri-ciri fisik bertelanjang dada, berkepala pelontos, memiliki telinga kelelawar yang panjang ke atas, tangannya bersayap, memiliki kuku tajam dan gigi bagaikan drakula.
"Mereka mau ngapain yak?" Desti yang terus memerhatikan mereka, tampak penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan.
"Hust! Diem dulu! Nanti juga kita bakalan tau mereka bakalan ngapain." Ujar Aisyah.
Tampak, Tono membacakan mantra-mantra ghaib, lalu pelan-pelan dia masukan sehelai rambut ke dalam jantung patung manusia kelelawar raksasa. Di saat rambut itu sudah dimasukan, tiba-tiba saja mata manusia kelawar itu menjadi merah menyala, perlahan-lahan tubuhnya yang hanya sekedar batu berubah menjadi makhluk hidup sungguhan. Terlihat tubuhnya berwarna hijau, da
"Nanti saya jelaskan semuanya tentang ini, Bu. Sekarang kita harus mencari Sumelika, Tania dan Rindu terlebih dahulu, takutnya mereka bertiga kenapa-kenapa!" tegang Aisyah."Aduh, yasudah-yasudah, ayo!"Mereka berdua pun ikut mencari Sumelika, Tania dan Rindu di dalam hutan. Pertama-tama mereka mendatangi goa serigala, karena siapa tahu mereka masih ada di sana, dan benar saja, mereka bertiga masih ada di goa serigala, mereka sedang melihat-lihat emas di sana."Syukurlah, kalian ada di sini. Rewas Ibu téh tadi nyariin kalian, kirain kalian itu udah pada pulang." Ucap Bu Iis, dengan logat bahasa sunda.Sumelika, Tania dan Rindu kaget. Mengapa Aisyah, Desti, Bu Iis dan Romi datang dengan sangat rusuh?"Ini kenapa ya? Kenapa kok kalian dateng kesini rusuh? Ada apa?" Sumelika, bertanya-tanya."Mel, lo harus tau apa yang gue temuin tadi!" kata Aisyah, yang napasnya masih tersenggal-senggal."Meman
Senja tiba, setelah 6 jam ribuan siluman kelelawar menyerang seluruh warga Desa Tengkorak, menjadikan Desa Tengkorak berbau nanah karena semua warganya sudah terkena penyakit cacar api. Para warga sekarang berada di rumahnya masing-masing, mereka semua kesakitan. Terlihat salah satu keluarga di sana seluruh tubuhnya terkena cacar api kelelawar yang sangat parah. Untung saja Sumelika dan kawan-kawannya aman di gubuk yang berada di tengah hutan milik orang tua Bu Iis yang sudah lama meninggal.Sesudah menunaikan sholat magrib, mereka dihidangkan dengan makanan yang disajikan Bu Iis di meja makan kayu. Tampak ada nasi dengan sajian daun singkong yang dimasak dengan bumbu kuah, dan juga ada buah sawo segar di sana. Sumelika, Aisyah, Tania, Desti, Rindu dan Romi sangat menikmati masakan buatan Bu Iis, masakannya sangat enak, tak kalah dengan masakan di jaman modern."Wah, masakannya enak banget, Bu." Tania memuji masakan Bu Iis setelah menyantap masakannya sampai habi
GOMPRANGG!"Astaghfirullahaladzim! Suara apa itu?" Bu Iis, terkejut."Sebentar Romi periksa dulu, Bu." Ujarnya."Eh, jangan! Biar Ibu yang periksa." Kata Bu Iis."Jangan, Bu, kalo itu maling gimana? Kan bahaya, Bu.""Ah, takut kok sama maling.""Bu, Aisyah temenin ya.""Jangan, Nengg! Jangan repot-repot, Ibu bisa jaga diri kok.""Yaudah, kalian duduk sini aja, nanti sehabis Ibu cek keadaan dapur, Ibu mau cerita lagi, hehe.""Iya deh, Bu. Tapi makasih banyak ya, Bu, Ibu udah mau percaya sama kita, kita enggak nyangka Ibu bisa percaya sama kita dan enggak anggap kami penipu atau pembohong. Aku juga bertermakasih ke Romi sama Rindu yang udah percaya sama perkataan kami, aku enggak nyangka bisa dibantu sama kalian semua." Sumelika, terharu dengan Bu Iis, Romi dan Rindu."Ah, santai aja, Sumelika. Kan itu sudah kewajiban untuk saling membantu, benar kan, Romi, Rindu?""Iya, benar banget,
Pagi harinya, Aisyah dan teman-teman Sumelika yang lain bersyukur karena Sumelika sudah terbangun. Mereka berkata kalau Sumelika tidur seharian, Sumelika heran mengapa dia bisa tidur seharian. Sekarang mereka semua sedang berbincang-bincang di meja makan."Emangnya lo habis ngapain, Mel? Sampe tidur seharian gitu?" tanya Tania."Gue kagak ngapa-ngapain, Tan. Seinget gue habis makan, gue langsung tidur ke kamar karena ngantuk banget, habis itu gue bangun malam besoknya. Bangun-bangun kepala gue pening, terus gue keringet dingin, kagak enak banget itu, apalagi hawa malamnya bikin gue udah kagak tahan lagi."Di sana, Sumelika juga menceritakan mimpinya semalam yang cukup mengerikan. Dia menceritakan bahwa dia bertemu dengan Ratu kuyang, Ratu genderuwo, sampai Ratu ular, mereka bertiga mengincar tulang sumsum dan darah Sumelika yang mereka anggap spesial."Ya ampun, bukannya tulang sumsum sama darah lo udah lo kasih ke kuntilanak hitam yang
"Rahasia dan keistimewaaan apa yang dimaksud Ibu, Bu?" Sumelika penasaran dengan rahasia dan keistimewaan yang Bu Iis bicarakan, ia sangat penasaran mengapa keistimewaan sekaligus rahasianya menjadi incaran para makhluk ghaib yang jahat sekarang."Sebenernya Ibu sungkan berbicara tentang semua ini, Ibu takut kalian tidak percaya dengan apa yang Ibu katakan seperti waktu itu kamu takut mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu." Bu Iis menuangkan air dari kendi ke gelasnya yang masih terbuat dari tanah liat, ia meminum air itu supaya diriya tak tegang untuk memberikan penjelasan kepada Sumelika."Saya percaya kok, Bu. Soalnya, saya udah diteror sama makhluk-makhluk ghaib semenjak tangan saya berubah jadi tangan serigala sewaktu di sekolah belakangan ini." Ujar Sumelika, menyakinkan Bu Iis untuk bercerita tentang keistimewaan dan rahasianya."Kalau gitu, Ibu akan ceritakan semuanya ke kamu ya, Neng. Tapi kamu jangan kaget, lagian Ibu juga baru
Romi masih memperhatikan kondisi Desa Tengkorak yang cukup memilukan, Romi menutup hidungnya dengan menggunakan tangannya, bau yang ia cium sangat menyengat. Bau cacar api membuat Romi memuntahkan seisi perutnya karena tak tahan lagi, ia pun pergi dari sana, tetapi dia dikejutkan dengan kedatangan Rindu di sana."Dorrr!" kejut Rindu, pada Romi.Refleks, Romi berteriak karena terkejut melihat Rindu yang mengkagetkannya dari belakang."Ya ampun, Rindu. Lo ngagetin gue!" tutur Romi yang gaya bicaranya berubah menjadi gaul seperti Sumelika dan kawan-kawan, Rindu yang mendengarnya langsung tertawa terpingkal-pingkal."Hahahaha, hahahaha." Kekehnya yang tak henti-henti."Kenapa?""Hahaha, kamu ini ya, sekarang sudah pakai bahasa Sumelika dan kawan-kawannya, hahaha.""Memangnya kenapa? Kan keren.""Hahahaha, bukannya keren malah aneh, Rom. Kita ini kan hidup di jaman baheula, masa iya kamu pake bahasa jam
Di masa depan, Malika beserta Nenek Sumitra dirawat di ruangan isolasi. Kondisi mereka berdua sangat memilukan, Malika hangus sementara punggung Nenek Sumitra juga hangus menggosong karena kejatuhan oleh kayu panas sewaktu kejadian tragedi kebakaran 2 hari yang lalu. Selama 2 hari ini, Malika tak sadarkan diri sementara kondisi Nenek Sumitra kian membaik. Ada baik dan ada buruknya juga jika Malika koma seperti ini. Baiknya adalah Malika tidak akan membabi buta lagi seperti kemarin. Dan buruknya, Malika harus mengalami berada di ambang kematian dan kehidupan di alam bawah sadarnya.Sumedh duduk di luar, ia meratapi kehidupan istrinya. Beberapa lama kemudian datanglah seorang suster, suster itu baru saja keluar dari ruangan isolasi Malika dan nenek Sumitra."Pak Sumedh, kondisi Dokter Malika sangat parah. Sebelumnya saya mohon maaf, ada kabar yang buruk yang akan saya sampaikan kepada Bapak, Pak. Nampaknya Dokter Malika tidak akan bertahan dalam jangka bebera
Di hari itu juga Bu Iis, Sumelika, Aisyah, Desti, Tania, Romi serta Rindu membuat bendungan kecil yang mengelilingi rumah Bu Iis yang tujuannya untuk mencegah para zombie masuk ke dalam rumah, semoga saja malam nanti mereka aman dan tak ada satupun zombie yang masuk ke dalam rumah mereka.Meninggalkan hiruk pikuk Desa Tengkorak, di rumah keluarga Petni, Halimah sedang menangis di jendela rumahnya yang berada di lantai 3, Halimah melihat betapa menderita dan mengerikannya sekarang desa Tengkorak yang sudah menjadi desa zombie yang benar-benar diisi oleh para zombie di sana. Zombie di desa Tengkorak jauh mengerikan dibandingkan zombie yang lain karena seluruh wajah dan tubuh mereka dipenuhi dengan nanah cacar api."Kak Tono, kak Tono ... kenapa kakak membuat desa ini menjadi hancur berantakan seperti ini? Apa kakak tidak tahu ganjaran yang akan kakak terima kelak di akhirat nanti, hanya demi harta dan tahta?" kata Halimah, sebari meratapi kondisi Desa Tengkor