Home / Romansa / Andai Semua Berbeda / 1. Kamu Masih Mau Bertahan?

Share

Andai Semua Berbeda
Andai Semua Berbeda
Author: Ayunina Sharlyn

1. Kamu Masih Mau Bertahan?

last update Huling Na-update: 2021-04-15 20:01:31

Fea menatap ke arah taman lewat jendela kaca. Dia lihat pria gagah dan tampan di sana, sedang memetik beberapa daun dari tanaman yang terdapat di taman itu.

Terdengar desahan Fea, dia palingkan wajah, sekarang menoleh pada sahabatnya yang duduk di depannya. Rania, memandang kepada Fea dengan tatapan kesal.

"Mau sampai kapan, Fea? Kamu masih mau bertahan dengan alasan kamu sudah janji?" Rania berkata tajam dan ketus pada gadis berambut kecoklatan dan hidung bangir yang bagus itu.

"Ran, kamu juga tahu aku sayang Arnon." Fea bicara lirih, lesu, dan dengan mata mulai memerah.

"Kamu beneran ga sadar, cuma jadi tempat sampah buat Arnon?" Lagi nada ketus itu terdengar dari mulut Rania yang memang tajam kalau bicara.

"Keterlaluan kamu, Ran. Mana mungkin Arnon gitu. Dia memang begitu kan, kalau lagi baik dia pasti sibuk dengan dirinya. Kalau dia suntuk, atau butuh bantuan dia cari aku." Fea kembali melihat keluar jendela.

Arnon, cowok keren itu sudah tak terlihat. Dia kembali ke dapur istimewanya. Pasti sedang memasak lagi. Entah memodifikasi menu yang lama atau dia sedang melakukan eksperimen dengan resep baru.

"Itu penilaian aku setelah bersahabat dengan kamu hampir empat tahun. Bukan waktu pendek aku memperhatikan hubungan persahabatan timpang kamu dan Arnon," tegas Rania.

Itu yang Rania lihat? Persahabatan yang timpang? Mungkin benar. Tapi Fea merasa dia memang harus memenuhi janjinya pada Arnon kalau dia akan selalu ada di sisi cowok itu saat Arnon perlu.

"Mungkin kamu benar. Aku akan pikirkan lagi. Jika masih begini, aku akan lepaskan Arnon." Fea memandang Rania.

"Irvan sudah hampir dua tahun menunggu kamu. Kalau dia ga serius, udah dari kemarin-kemarin cowok itu pacaran. Kamu juga tahu, Isti dan Nadine beredar-edar terus di dekat Irvan." Rania membicarakan teman sekantor mereka yang cinta mati sama Fea.

Fea kembali mendesah. Dia menarik nafas dalam. Irvan sudah berulang kali mengatakan cinta padanya, tapi Fea tidak bergeming. Karena hatinya masih terisi Arnon. Sekalipun dia hanya bersahabat statusnya dengan cowok cool itu, Fea tidak mau memaksa menerima pria lain karena kasihan semata.

"Fea, kamu bertahan untuk apa? Hanya agar Arnon nyaman? Lalu kamu, kamu dapat apa? Kamu juga pantas bahagia, Fea." Rania melanjutkan lagi rasa kesalnya. Tapi dia tidak mau sahabatnya itu jadi bulan-bulanan Arnon.

Menurut Rania, janji yang Fea dan Arnon buat itu hanya janji bocah, janji anak-anak. Fea sudah menepati janji bertahun-tahun, menemani Arnon, menenangkan cowok itu saat galau, membantu apa saja yang dia butuh. Kecuali satu, di atas kasur.

Arnon playboy cap onta, itu barangkali yang bagus sebutannya. Dia sering berganti wanita. Hari ini nge-date dengan Rita, besok dengan Rina. Lusa dia jalan dengan Lusi, hari lain dengan Luna. Tapi dia selalu mempertanyakan cowok yang mendekati Fea. Dia selalu ada alasan agar Fea tidak pacaran dengan cowok manapun.

Tttuuttt ... Ponsel Fea berbunyi. Dia meraih ponsel di sebelahnya. Arnon.

"Hai, Ar. Kenapa?" Fea dengan lesu menyapa Arnon. Dia masih terbawa suasana galau hatinya.

"Kamu sibuk, nggak?" Suara Arnon, terdengar gembira.

"Nggak juga. Ngobrol aja sama Rania." Fea menjawab.

"Sini, dong. Cobain resep baru, nih. Minggu depan rencana mau aku launching di resto." Arnon tampak bersemangat.

"Oke. Bentar aku ke sana." Fea melirik Rania. Rania langsung mencibir, dia sudah bisa menduga apa yang akan terjadi.

Fea menutup panggilan Arnon. Dia berdiri.

"Ada apa lagi, tuh playboy?" ujar Rania sebel.

"Aku diminta coba resep baru. Kamu mau ikut?" Fea mengajak Rania yang jelas masih kesal itu.

"Hm ..." Rania berpikir. Sebenarnya enggan dia melihat tampang Arnon meski ganteng dan asyik dipandang. Tapi dia juga penasaran mau diapain lagi Fea yang baik hati dan lembut ini.

"Oke, deh. Aku temani." Rania setuju.

Berdua mereka meninggalkan ruang tengah keluarga Hendrawan. Lewat pintu samping, menyeberangi taman, masuk ke pintu ruangan khusus Arnon. Itu semacam lab buat dia melakukan berbagai eksperimen masakannya.

Rania baru kali ini ikut masuk ke tempat itu. Menakjubkan buatnya. Sangat cantik, rapi, modern, dan lengkap. Segala macam peralatan memasak ada. Bau harum seketika menembus penciuman Fea dan Rania. Sepertinya Arnon sedang memasak ikan.

"Hai, sini!" Senyum Arnon melebar melihat Fea masuk, diikuti Rania.

"Aku ga apa, kan, ikutan masuk?" Rania bertanya pada Arnon.

"Masuk saja, Ran. Ini bukan markas rahasia." Arnon menarik ujung bibirnya, lagi senyumnya mengembang.

Fea dan Rania mendekat ke arah Arnon. Pria itu menghadap piring saji dengan ikan yang sudah diolah di sana. Tampilan ikan itu begitu manis dan menggoda selera untuk dimakan.

"Gimana?" Arnon bertanya pada dua gadis cantik di depannya ini.

"Woww ... Nice, great ..." Rania yang mengomentari. Fea hanya mengangguk saja.

"Ayo, silakan kalian coba, lalu kasih pendapat kalian. Kurang apa. Pedas, asin, manis, atau apa?" Arnon mengambil dua sendok, dia berikan pada Fea dan Rania.

"Aku ambil sebelah sini. Ini bagian perut, kan?" Fea mulai memotong salmon yang menggiurkan itu. Dia masukkan ke dalam mulutnya.

Arnon memandangi Fea yang menikmati menu baru yang dia buat.

"So yummy. Don't know what to say, Ar." Fea tersenyum.

"Ran?" Sambil tersenyum Arnon menoleh pada Rania.

"Hmm ... Aku mau lagi." Rania menelan ikan di mulutnya lalu dia ambil sepotong dan memakannya.

"Well, berarti sudah sesuai bayanganku. Minggu depan aku launching, buat promo awal selama dua minggu pengenalan menu baru." Arnon bertepuk tahan sekali, lega dan senang.

"Aku bawa teman kantor, ya? Aku promosi sama mereka. Aku bisa dapat gratis, ga? Secara resto kamu berkelas, kocekku bisa dol kalau harga normal," ujar Rania.

"Hee ... hee ..." Arnon terkekeh. "Kamu bawa lima teman, aku kasih gratis dua hari. Mau?"

"Ashiaappp!!" sahut Rania senang.

Fea ikut tersenyum lebar. "Sukses ya, buat menu baru."

"Thank you. Dan, sekarang, bisa ga bantu aku, siapain meja?" Arnon mengangkat alis memandang Fea.

"Oh? Untuk?" Fea bertanya. Hatinya mulai degdegan. Sayangnya debaran yang tidak nyaman.

"Aku akan nikmati menu ini pertama kali dengan Widya. Dia paling suka ikan. Dia harus jadi pelanggan pertama." Arnon kembali tersenyum lebar.

Rania seketika melirik Fea. Seperti ini, selalu.

"Fe, aku pulang ya? Udah sore banget, nih. Hampir lupa janji mau ngajak nonton ponakan." Rania memilih pulang.

"Nonton?" tanya Fea.

"Di YouTube aja, bukan ke bioskop," sahut Rania.

"Oke, deh. Thanks udah berkunjung." Fea tersenyum.

"Arnon, sukses dinner-nya." Rania melambai lalu meninggalkan Fea dan Arnon berdua.

"Kita lanjut?" Arnon melihat Fea.

"Yup, oke." Fea mengangguk. Hatinya perih. Akan tetap begini. Dia hanya melihat Arnon bergembira dengan para wanitanya. Sementara penantiannya, tak satu kali Arnon menghargai kesetiaannya, semua hanya akan sia-sia.

Fea membulatkan tekad, dia akan melepas Arnon. Begitu selesai dia membantu Arnon menyiapkan dinner di taman samping yang memang cantik dan romatis, Fea pun mengutarakan maksudnya.

"Arnon ..." panggil Fea.

"Ya?" Arnon memandang Fea. Fea hanya balas melihat tapi tak bicara. "Kenapa?"

"Aku mau pergi. Aku rasa kamu sudah bisa menata hidup kamu ... Jadi, aku ... juga ingin menikmati hidupku ..." Berat, ternyata berat mengatakan ini.

Arnon menatap Fea tajam mendengar apa yang dikatakan gadis itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wangkas Kedas
bagus skli
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Andai Semua Berbeda   Extra Part - The Double Twins

    Tawa lepas terdengar di tepi pantai. Dibarengi suara deburan ombak yang tak mau menunda hentakannya menerjang bibir pantai luas dan indah. Angin semakin kencang bertiup, seolah-olah memaksa awan-awan bergerak cepat dan segera berganti bentuk menghias biru langit.Pohon-pohon di tepi pantai berkejaran menggoyangkan dahan dan daun-daun yang memenuhi batangnya. Seakan-akan menari menikmati hari yang cerah. Sesekali terdengar desauan suara gesekan dedaunan itu."Sayang ... lihat apa?" Arnon memencet hidung Fea.Fea gelagapan. Dia pegang tangan Arnon, menoleh padanya."Memperhatikan anak-anak. Rasanya belum lama aku berjuang membawa mereka lahir, ternyata mereka sudah mulai gede." Senyum Fea mengembang manis. Dia lepaskan tangan Arnon dan merapikan helaian rambutnya yang menutupi wajah karena tiupan angin."Kamu benar. Arnon dan Fernan suaranya mulai berubah. Tingginya sudah melampaui kamu. Dan sudah mulai ngerti cewek cantik." Arnon ikut tersenyum leba

  • Andai Semua Berbeda   235. Andai Semua Berbeda

    Arnon memegang lengan Fea, meminta dia menurunkan tangan. Fea menggeleng. Dia kesal karena perjalanan itu terganggu gara-gara dia sakit. "Sayang, kenapa?" ulang Arnon. "Kenapa aku sakit? Harusnya kita happy, menikmati semuanya." Fea sedikit merajuk. Arnon menggeser kursinya, merapat pada Fea dan memeluknya. "Jangan sedih. Sakit itu ga bisa ditolak. Sudah, ga apa-apa." "Hhmm, uuhhkkk ..." Fea kembali merasa mual. Sedang pusing yang mendera kembali datang. "Kita ke dokter saja. Ga bisa kayak gini. Ini sudah campur-campur sakitnya. Ayo!" Arnon tidak bisa menunggu. Lebih baik mencari obat yang benar, agar Fea segera pulih. Sebab masih dua hari lagi perjalanan mereka. Dengan tubuh sedikit oleng, Fea menurut. Arnon menuntunnya masuk ke dalam mobil. Arnon segera browsing mencari klinik terdekat. "Good, hanya sepuluh menit dari sini. Kita pergi." Arnon dengan cepat melaju di jalanan. Pulau itu tidak sepadat kota asa

  • Andai Semua Berbeda   234. Senyum Berubah Menjadi Rasa Cemas

    Arnon memandang Fea. Dia tahu, Fea benar-benar lupa ada apa dengan salah satu kembar mereka."Pulang, bisakah ada adik di perut Mama?" Fea mengulang yang Fernan katakan.Fea memeluk Arnon seketika. Senyumnya melebar. "Iya, ingat. Tapi aku mau jalan-jalan. Rugi kalau jauh-jauh hanya untuk rebahan di kamar.""Hee ... hee ..." Arnon tersenyum lebar. "Oke, kita tidur. Besok kita berpetualang di luar pagi hingga siang. Malam, petualangan di atas kasur. Jangan menolak, Sayang ..."Fea tidak menyahut, tidak juga menolak. Yang terjadi terjadilah. Dia juga berharap jika Tuhan kehendaki, maka dia akan segera mengandung. Namun, jika tidak, dia pasrah. Tuhan yang lebih tahu, apakah baik buta dia dan Arnon, juga anak-anak, jika ada anggota keluarga baru.Malam dengan cepat berlalu, pagi pun menyapa lagi.Arnon dan Fea mulai berkelana di pulau cantik itu. Awal, mereka datang ke resto Hervina. Hervina sendiri yang menjemput dari hotel. Fea dan Arnon dijamu

  • Andai Semua Berbeda   233. Jangan Lepaskan

    Arnon pun tidak kalah terkejut saat mengenali wanita yang memanggilnya. Apa dia harus menemuinya? Tetapi langkah mereka memang terarah ke tempat di mana wanita cantik dengan postur tinggi dan langsing itu berada."Kamu akan menemuinya?" tanya Fea."Kenapa tidak? Aku bersama kamu. Kita temui sama-sama." Arnon memegang erat tangan Fea.Mereka melangkah mendekat pada wanita itu."Selamat datang di pulau cantik ini. Selamat berpetualang." Senyum manisnya, masih sama seperti dulu, itu yang Arnon lihat."Maaf, Kak Hervi ga bisa jemput. Hari ini restonya ada acara wedding, jadi dia pastikan semua berjalan lancar." Suaranya ceria dan terdengar ramah."Kamu dan Hervina?" Arnon menatap wanita itu."Namaku Widya Sukma Adijaya. Kamu teman kuliah Kak Hervi, pasti ingat namanya." Widya berkata sambil tersenyum lebar.Arnon mengerutkan kening. "Aku tidak ingat lengkapnya, tapi ya ... Hervina ... belakangnya Adijaya. Jadi dia kakakmu?"

  • Andai Semua Berbeda   232. Tumpeng Buat Tinah

    Fea menatap Arnon lekat-lekat. Seketika suasana riuh dan meriha itu tidak manis lagi. Kenapa Arnon mengatakan itu? Wajahnya tegas, membalas tatapan Fea. Apakah Arnon sebenarnya terpaksa datang ke panti? "Kamu kenapa?" tanya Fea. "Tidak bisa menikmati acara ini." Arnon mengatakan lebih tegas. "Kamu tidak ingin datang? Aku sudah bertanya lebih dulu, Ar, kamu bisa atau tidak. Kamu iyakan, kamu bilang Sabtu ini kosong, ga ada urusan mendesak. Makanya aku siapkan semua, bukan, kamu bahkan membantu menyiapkan ..." "Bagaimana bisa menikmati acara, kalau di sisiku ada bidadari cantik membuat aku tak bisa berkedip?" Arnon berkata dengan mata menghujam dua bola mata Fea, tanpa berkedip. "Ahh ..." Fea seketika menghela nafas panjang. "Arnon ..." Arnon tersenyum. Dia raih tangan Fea dan menggenggamnya. "Thank you." Fea ikut tersenyum. "Thank you buat apa?" "Aku mungkin akan bilang berulang-ulang, tapi akan tetap mengatakannya lagi.

  • Andai Semua Berbeda   231. Tak Mudah Menyelami Hati

    "Itulah, memang tidak mudah menyelami hati seseorang. Boleh dibilang, aku setuju dengan pepatah yang mengatakan, dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu," ujar Fea."Jawab saja, pakai melantunkan peribahasa segala. Hee ... hee ..." Sherlita merasa lucu dengan jawaban Fea."Pak Rido, dia terjebak banyak hutang. Karena diam-diam dia suka berjudi. Awalnya dia dapat uang dari pinjaman online. Kamu bisa bayangkan seperti apa jeratan pinjaman online apalagi yang asal begitu." Fea memulai penjelasannya."Waduh, kok ngeri aku," ujar Sherlita. Tak dia bayangkan itu yang terjadi. "Karena judi Rido nekad memperjualbelikan anak-anak?""Awalnya dia ga bermaksud begitu. Hanya dia melihat ada peluang dapat uang gede. Tanpa pikir panjang, dia iya saja. Dan sudah terlanjur ada perjanjian untuk menyerahkan anak itu." Fea menambahkan."Lalu, setelah tahu kenyataannya?" Sherlita makin penasaran."Menurut yang aku dengar, dia menyesal, t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status