Share

13. Kejutan Pertama dari Arnon

Fea membereskan mejanya. Dia segera beranjak. Arnon menunggu di tempat parkir. Fea tidak tahu apa yang Arnon mau lakukan. Tapi dia benar-benar membuat Fea terkejut kali ini. 

"Fea! Mau jalan? Diajak ke mana?" Rania masih mengira Fea akan pergi dengan Irvan. 

"Arnon." Fea bicara dengan jelas tapi tanpa suara. 

"Hah? Arnon?" ulang Rania. 

Fea mengangguk dan cepat-cepat keluar. Rania jadi bingung. Arnon yang menelpon? Cowok itu menelpon dan Fea tergesa-gesa pergi. Artinya Arnon meminta Fea melakukan sesuatu. Dan begitu saja Fea manut? 

Rania tidak habis pikir. Sahabatnya itu sudah punya Irvan sekarang. Lalu kenapa masih segitu pusingnya dengan Arnon. Apa dia tidak mau melepas Arnon? Kalau begini, bisa runyam urusannya nanti dengan Irvan. 

"Aku sama sekali ga bisa paham dengan cara berpikir kamu, Fea." Rania menggumam dan menggeleng kesal. Dia pun membereskan meja, sudah waktunya pulang. 

Rania baru berdiri, Irvan muncul. 

"Ran, Fea mana?" Pria itu bertanya pada Rania karena tidak ada Fea di tempatnya. 

"Eehhh ..." Rania bingung. Dia mau jawab apa coba? "Dia sudah balik."

"Balik? Pulang? Kok cepat? Apa dia sakit?" Irvan agak kaget. Fea biasanya akan memberitahu jika dia mau pulang. 

"Nggak, sih. Kayaknya dia ada keperluan. Ga kasih tahu juga sama aku. Cuma harus segera balik." Nada suara Rania tidak meyakinkan. 

Irvan cepat mengeluarkan ponsel dan menelpon Fea. Dia melangkah keluar kantor tanpa bicara apa-apa lagi pada Rania. Rania tahu, Irvan resah. 

Fea tidak mengangkat ponsel. Tapi tepat dari depan pintu, Irvan melihat mobil keren yang pernah datang mengantar Fea pagi-pagi ke kantor ini, tampak berjalan meninggalkan tempat parkir. 

"Arnon." Irvan bicara lirih. Hatinya mulai mendidih. Fea bahkan tidak bilang apa-apa jika dia pergi dengan lelaki playboy itu. 

Irvan harus bergerak cepat. Jika dia biarkan, sangat mungkin Arnon akan mempermainkan Fea. Mungkin selama ini tidak, siapa yang tahu berikutnya. Entah kenapa, Irvan merasa dia adalah ancaman buat Arnon. Sebaliknya Arnon juga ancaman untuk Irvan. 

Irvan mengirim pesan pada Fea. 

- Fea, sudah pulang? Aku ke meja kamu, kamu sudah pergi. 

Terkirim, tapi belum direspon. Irvan menyimpan lagi ponsel di kantong celananya dan kembali ke ruangannya. Tidak dia kira, mengejar Fea dua tahun mulai membuahkan hasil, sekarang harus berhadapan dengan Tuan Muda Hendrawan. Apakah dia mampu mengikat Fea? 

*****

Mobil Arnon berbelok ke sebuah resto mewah di pinggir kota. Resto baru Arnon yang akan segera dibuka. Resto masih dalam tahap finishing. Tapi hari ini, kejutan yang dia siapkan buat Fea, sengaja dia lakukan di resto itu. 

Dia sulap satu ruangan menjadi indah dan elegan. Meski di luar masih belum total beres, begitu masuk dalam ruangan itu Fea terpana. Dinding seluruhnya ditutup kain berwarna beige manis. Dengan meja dan dua kursi di tengah ruangan, siap menyambut Fea dan Arnon menikmati makan malam istimewa. 

"Arnon ..." Fea melihat Arnon yang berdiri di sisi Fea. 

"Bagaimana? Kamu suka?" Arnon bertanya dengan senyum cerah di wajahnya. 

"Kamu siapkan ini buat aku?" Fea menghadapkan tubuhnya pada pria yang tak pernah hilang dari pikirannya itu. 

"Kejutan pertama." Arnon meraih lengan Fea, menggandeng gadis itu dan mengajak Fea duduk. 

Di meja tersedia makanan lezat yang siap disantap. Ini menu yang memang sangat mewakili Fea. Dengan plating cantik, membuat selera makan meningkat. 

Mata Fea berbinar. Sangat senang, tentu saja. Kejutan Arnon untuknya. Janji Arnon akan memberi perhatian padanya, dia mulai lakukan. Menyenangkan sekali. 

"Kamu sudah lelah bekerja, menikmati makan malam yang manis dan romantis sangat pantas. Betul, tidak?" Arnon mulai mengambilkan makanan di piring Fea. 

"Hei, aku ambil sendiri. Kalau kamu yang ambil, porsinya nanti ..."

"Tenang, Cantik, Arnon tahu Fea dengan sangat baik." Cepat Arnon menyela. 

Fea tidak meneruskan kata-katanya. Dia perhatikan Arnon melayani. Sekarang menu pertama ada di depan Fea. Juga Arnon. 

"Kita bisa mulai makan sekarang." Arnon tersenyum. 

"Aku berdoa dulu." Segera Fea menundukkan kepala dan mengucapkan doa dalam hati. Memang makanan yang ada di depannya, tapi doa Fea adalah Tuhan berikan kebahagiaan buat Arnon. Buat pria istimewa ini menyadari hal-hal penting yang selama ini dia abaikan. 

"Amin," ucap Arnon begitu Fea mengangkat kepalanya. Fea tersenyum. 

Arnon memang pintar membuat kejutan buat wanita. Sudah jadi keahliannya sama seperti dia chef handal, mahir mengolah apa saja menjadi makanan lezat. Kali ini adalah langkah awal dia membuat Fea akan mendengarkan dia. Dia akan buat Fea gembira bersamanya, lalu dia akan minta Fea tetap mendampinginya. Tidak malam ini, Arnon harus sabar. Dia akan cari saat yang paling tepat. 

"Fea, beberapa waktu lalu, aku bicara banyak dengan Riko. Kamu tahu Riko, kan?" Arnon melirik Fea lalu kembali melihat piringnya, meneruskan memotong daging dengan pisau dan garpu. 

"Tentu. Bicara apa?" Fea menusuk daging dengan garpu dan menyuap ke mulutnya. 

"Aku bertanya padanya, mengapa dia bisa bertahan dengan seorang wanita saja selama hidupnya, dalam sebuah pernikahan." Tenang Arnon berkata. Tapi dia yakin ini akan membuat Fea menyikapi dengan serius. 

Benar. Fea meletakkan garpu dan pisau yang dia pegang. Dia menatap lurus pada Arnon. 

"Kamu tanyakan itu?" Fea mau meyakinkan dirinya jika Arnon ingin tahu soal pernikahan. 

"Ya." Arnon mengangguk. 

"Apa yang Pak Riko katakan?" Fea ganti bertanya, penasaran. 

Arnon pun mengungkapkan apa yang Riko katakan. Makna sebuah pernikahan. Mengapa itu penting dan sakral. Bagaimana sebuah kesetiaan sangat berarti dalam hubungan wanita dan pria. 

Fea tersenyum mendengar Arnon mengatakan semua itu. Rasanya seperti bukan Arnon saja yang bicara. Tapi Fea senang, artinya Arnon mulai membuka pikirannya tentang nilai sebuah hubungan. Bukan melulu soal luapan hasrat di atas kasur, tapi jauh lebih dalam dari itu. Tentang bagaimana kasih dan setia saling bertaut dalam sebuah hubungan cinta yang diikat dalam sebuah pernikahan. 

"Jadi, apa yang kamu pikirkan sekarang?" tanya Fea lagi. Dia melanjutkan menikmati makanannya. 

"Agak aneh. Tapi aku coba memahaminya. Nampaknya agak mirip dengan kita." Arnon juga melanjutkan makan. 

"Mirip apanya?" Fea heran dengan perkataan Arnon. 

"Kita seperti pasangan saja, ga bisa dipisah. Saling setia. Bagaimana menurut kamu?" Senyum Arnon mengembang manis. 

Oh, tidak! Apa arti kalimat ini? Kenapa Arnon bicara begini? Meskipun jika direnungkan ada benarnya. Arnon dan Fea tak terpisahkan. Bersahabat, berjanji akan tetap bersama sampai dewasa. Dan itu yang mereka lakukan. 

"Awalnya aku susah menerima itu. Tetapi saat aku ingat kamu dan aku, juga hubungan kita, itu make sense buat aku." Senyum Arnon masih tersisa di bibirnya yang tipis dan bagus itu. 

"Ya ... Sedikit mirip la ..." Fea merasa detak jantungnya begitu kencang sekarang. 

Perbincangan berlanjut. Arnon tidak melangkah lebih jauh. Dia hanya memancing Fea hingga di titik itu. Dia akan buat kejutan yang kedua, di sana dia akan selangkah lebih maju, membuat Fea makin bertanya-tanya. 

Hingga jam setengah sembilan malam, baru mereka tiba kembali di rumah. Begitu turun dari mobil, HP Arnon bergetar. Arnon mengangkat telpon. Dari Widya. Wanita itu bilang rindu dan ingin menikmati malam dengan Arnon. 

Fea yang mendengar Arnon menyebut nama Widya, seketika menjadi ciut. Ya, para wanita itu akan terus beredar di sekitar Arnon. Mana bisa Arnon berubah. Hampir mustahil. 

Fea melangkahkan kaki, ingin mendahului Arnon menuju ke kamarnya. Tiga langkah, Arnon menarik lengan Fea. 

"Sorry, aku tidak bisa kali ini. Kamu cari teman lain saja. Oke?" Dan Arnon menutup telpon. 

Fea menoleh dan menatap Arnon. Dia menolak Widya? Biasanya Arnon akan semangat, lalu segera pergi jika Widya menghubungi. 

"Yuk," ujar Arnon. 

Masih dengan tangan menggandeng Fea, Arnon mengantarkan gadis itu hingga di depan kamarnya. 

"Terima kasih buat malam ini. Selamat istirahat. Tunggu kejutanku selanjutnya." Lembut Arnon berkata. 

Fea merasa jantungnya kembali bergelora. 

"Sleep tight." Dan Arnon mendekatkan wajahnya, dia kecup pipi Fea, lalu melangkah meninggalkan Fea yang berdiri mematung. 

Fea menyentuh pipinya, pelan dia berucap, "Arnon ..."

Apa arti semua ini? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status