Arnon menunggu Fea mengucapkan apa yang dia minta. Arnon pasti akan menuruti semua yang Fea mau.
"Ar, aku mau ke makam nenek. Sebenarnya jika mungkin, aku ingin mengunjungi makam papa dan mama juga." Suara Fea lembut di telinga Arnon. Jelas gadis itu hati-hati bicara. Dia takut membuat Arnon marah.
"Tentu saja. Kita akan ke makam nenek. Kita atur waktu ke sana. Ke makam papa dan mama kamu juga." Arnon merasa ada rasa pilu di hati Fea.
"Sungguh?" Fea terdengar lega dengan jawaban Arnon.
"Ya, tentu. Aku akan menemui kamu secepatnya, oke?" Arnon tidak bisa menunggu. Dia akan ke tempat kos Fea. Dia harus menemui gadis itu.
Tiba di tempat kos, Fea sudah menunggu. Arnon dan Fea duduk di gazebo kecil di taman samping tempat kos itu. Langit cerah dengan bulan hampir penuh dan bintang-bintang bertebaran di sekitarnya meski tidak begitu banyak.
"Kita ke makam nenek hari minggu saja. Bagaimana?" usul Arnon.&nbs
Rania tidak habis pikir dengan sikap Fea. Arnon akan segera menikah, tapi dia justru setenang ini. Yang Rania tahu, Fea dan Arnon telah sepakat akan secepatnya melangsungkan pernikahan, sekalipun tanpa persetujuan orang tua Arnon. Ini sangat aneh, tiba-tiba kabar tersebar, Arnon Brilliant Hendrawan akan menikahi Stefi Amalia putri seorang dokter senior di kota ini. Bahkan, kisah kawan lama akhirnya bisa bersatu, muncul juga menjadi bumbu dalam berita itu. Fea juga kawan lama buat Arnon, tetapi mengapa jadi nama Stefi yang sekarang disorot media dan publik? "Fea, kamu baik-baik saja?" Rania mengganti panggilan dengan video. Dia cermati wajah Fea. Tidak ada sedih di sana. Tidak ada marah dan kecewa. Fea begitu tenang. "Mungkin, aku terlalu banyak mengalami kecewa, jadi sudah tidak ada efek apa-apa buat aku sekarang, Rani." Fea mengelak mengatakan yang sebenarnya. Dia mencari kata-kata yang Rania bisa terima. "Stefi itu kawan lama Arnon? Apa kamu mengena
Irvan melepaskan tangannya dari Arnon, melihat ada tamu di depan pintu kantor itu. Dia berdiri dan memandang pada wanita cantik yang berjalan masuk mendekati dia dan Arnon. "Arnon, siapa dia? Kenapa dia kasar sekali?" tanya wanita dengan rambut ombak sebahu itu. "Ini Irvan. Dia tidak terima karena aku menikah dengan kamu." Arnon menegakkan badannya, merapikan kerah bajunya. "Apa? Memangnya kita pernah kenal? Kenapa kamu tidak terima aku menikah dengan Arnon?!" Tatapan mata Stefi tajam pada Irvan. "Hei, jangan salah kaprah, Nona!" Irvan ingin tertawa dengan perkataan Stefi. Bagaimana bisa gadis itu mengira kalau dia kecewa karena Arnon menikah dengannya. Irvan juga baru kali ini melihat Stefi. "Maksud kamu?" Stefi tersentak. Dia baru sadar, ada salah paham di sini. Stefi yang salah paham. Arnon nyengir dan menatap Stefi yang mulai memerah. "Ini mantan Fea. Dia mendukung aku menikah dengan mantannya. Dan marah karena ternya
Makin mendekati hari pernikahan semakin gencar berita tentang Arnon dan Stefi. Arnon tidak pernah membuka mulutnya ketika pers mengejar dan bertanya tentang itu. Dia hanya tersenyum, melambai, atau menolak dengan halus tidak bisa bicara karena ada urusan mendesak. Stefi pun sama, sekalipun dengan sikap lebih luwes dan ramah, media tidak mendapat kisah apapun dari keduanya tentang pernikahan mengejutkan yang tiba-tiba akan digelar.Arnon justru lega karena pers mengejar Stefi dan bukan Fea. Karena jika Fea ada di posisi Stefi sekarang, sangat mungkin dia kelabakan. Ketegangan yang terjadi pastinya, karena bukan senyum yang ditampilkan Arnella saat mengahadapi media. Dia akan memasang wajah dingin, berusaha mengelak dan entah apa yang akan dia katakan karena putranya akan bersanding dengan wanita renadahan. Arnon bisa membayangkan itu.Siang itu Arnon masih di dapur bersama Riko, mengatur beberapa hal untuk restoran. Telpon dari Arnella masuk. Arnon menerimanya."
Arnon tertawa lepas di dalam mobilnya. Dengan cepat dia melaju di jalanan meninggalkan rumah besar yang sibuk dengan cara istimewa buat dia. Sebenarnya dia kasihan juga pada Stefi yang harus membereskan situasi karena Arnon memilih kabur. Tapi dia tidak mau berhadapan dengan media dan berpura-pura manis berdampingan dengan Stefi. Tujuannya sekarang tempat kos Fea. Dia sempat menelpon dan meminta Fea bersiap karena akan mengajaknya pergi malam ini. Arnon ingin menunjukkan sesuatu pada Fea. Sampai di tempat kos Fea, gadis itu sudah menunggu Arnon. Begitu mobil Arnon berhenti di depan pagar, Fea bergegas masuk. "Cantik, kesayangan Arnon, sudah siap?" Arnon tersenyum lebar pada Fea. "Yup. Kita akan ke mana?" tanya Fea. Dia berdebar-debar juga ingin tahu kejutan apa yang Arnon siapkan buat dia malam ini. "Tunggu hanya lima belas menit atau paling lama setengah jam lagi. Kita berangkat!" Dengan ceria Arnon kembali menyetir dan meluncur menyusuri jalanan yang cukup ramai. Fea sulit mengg
Sejak pagi Arnella sibuk dengan ponselnya, memastikan semua siap untuk hari pernikahan putra kesayangannya. Hari ini Arnon akan menikah. Semalam, saat pertemuan Arnon pergi diam-diam karena sakit perut. Pagi sekali, dia mengirim pesan menanyakan bagaimana keadaan Arnon. Arnon hanya menjawab singkat, aman. Arnella lega. Itu artinya Arnon baik-baik saja. Pernikahan akan dilangsungkan pukul empat sore dan langsung dilanjutkan resepsi hingga malam hari. Arnella terlihat penuh semangat dan gembira. Dia ingin semua orang tahu, kejayaan Hendrawan makin berkibar. Arnon, chef sukses dengan beberapa restoran mewahnya akan mempersunting putri salah seorang dokter terbaik di kota ini. Arnella bisa menunjukkan pada istri pertama dan kedua Ardiansyah, yang tak pernah mau mengakui Arnella, kalau Arnella sama berkelasnya seperti mereka. Dia tidak bisa diremehkan lagi. "Baiklah, hari ini akan kita buktikan, kalian tidak bisa menganggap aku rendah lagi. Aku tetap Nyonya Hendrawan. Dan putraku, pant
Begitu Fea turun dari mobil para awak media berusaha mendekat. Tapi sekuriti dengan sikap menghalangi, memaksa mereka berdiri hanya pada batas yang diberikan. Di depan pintu utama gedung, Riko berdiri menunggu Fea. Pria itu terlihat gagah dan tampan dengan setelan lengkap. Hatinya pun sedikit bergejolak, menantikan apa yang terjadi saat keluarga kedua mempelai dan seluruh yang hadir tahu jika mempelai wanita ternyata berbeda orang. "Selamat datang." Senyum Riko merekah, dia memandang Fea yang tepat ada di depannya. Tidak terlihat begitu jelas, tapi pasti wanita cantik yang tengah melihat pada Riko. "Aku gugup sekali, Pak." Fea bicara di dekat telinga Riko. Riko makin lebar tersenyum. Dari suaranya sekarang dia yakin, Fea memang yang ada di sisinya dan bersiap menuju altar, menemui Arnon yang ada di sana. "Kamu siap?" tanya Riko. "Uuffhh ... ya, aku siap." Fea memegang lengan Riko. Pemimpin acara yang melihat pengantin wanita ada di depan pintu memberi arahan agar semua hadirin b
"Papa, aku sudah katakan, aku cinta Fea, tidak mungkin aku menikahi Stefi. Jika Papa di posisiku, apa yang Papa lakukan? Memilih wanita yang Papa cintai atau melepasnya demi harta yang sebenarnya ga perlu dikejar?" Dengan tegas Arnon berkata pada Ardiansyah. Ardiansyah menegakkan badannya. Dia melihat Fea yang memandang padanya dengan sedikit takut. Wajah gadis itu begitu lembut. Ardiansyah tahu, Fea pasti tulus cinta putranya. Ardiansyah kembali melihat pada pendeta dan mengangguk, meminta acara dilanjutkan. Dia mengatakan siapa mempelai wanita yang bersanding dengan Arnon. Pendeta itu sangat terkejut. Ini tidak pernah terjadi selama dia melayani pernikahan, bahwa mempelai wanita yang datang berbeda dengan yang didaftarkan sebelumnya. Pendeta maju dan mendekat pada Arnon dan Fea. Dia memastikan bahwa kedua mempelai siap meneruskan acara. Arnon dan Fea memberikan jawaban mereka. Kemudian pendeta itu kembali ke tempatnya semula. Lalu Ardiansyah kembali duduk di kursinya, di sisi
Upacara pernikahan selesai. Suasana tidak menyenangkan dan penuh kemeriahan sebagaimana pesta pernikahan umumnya. Deasy dan keluarganya tidak menyalami Arnon dan Fea. Tidak juga menghampiri Arnella dan Ardiansyah. Mereka langsung meninggalkan tempat itu, tanpa mengatakan apa-apa. Antara marah dan malu, itu yang Deasy rasakan. Deasy harus bertemu Stefi dan meminta penjelasan pada putrinya tentang yang terjadi hari ini. Dari pesan yang dia terima, Deasy sangat yakin, Stefi sudah mengatur semuanya. Tapi kenapa harus begini? Apa Stefi tidak berpikir, orang akan mencemoohkan dia. Berita simpang siur bisa saja terjadi. Apalagi keluarga Hendrawan yang merasa dipermalukan. Mereka bisa menyerang Stefi dan menghancurkan hidupnya. Tentu saja, awak media terus merubung dan mencari tahu apa yang terjadi. Beberapa tamu yang hadir juga jadi sasaran pertanyaan mereka. Para tamu itu menjawab apa yang mereka tahu, lalu mulai dibumbui ini itu sesuai pemahaman mereka yang muncul di pikiran mereka. "Sel