Parang bola kung pagpasa-pasahan ang buhay ni Stacey sa piling ng kanyang magkahiwalay na mga magulang. Ang nais lang sana niya ay umamot ng kahit konting pagmamahal sa dalawa ngunit balewala siya ng mga ito. All they think was enjoy themselves. Ni hindi naisip ng mga ito na nasasaktan na siya. So she seek attention to others. Hindi niya akalain na paglalaruan ng pinakamamahal niyang lalaki ang damdamin niya. Not until, she saw it with her own eyes and heard it with her own ears. Gustuhin man niyang sumbatan ito pero hindi niya nagawa. Wala nang mas sasakit pa sa kanya kundi ang palayasin at pagbintangan ng sarili mong ama. Scared and scarred she flew from Davao to Ormoc City and start a new life there. After ten long years, hindi niya akalaing muling tatapak sa lugar na isinumpa niya. Ano kaya ang naghihintay sa kanya?
Lihat lebih banyakAku merasa bahwa aku lah perempuan yang beruntung di dunia. Aku memiliki Mas Bayu. Kami menikah dengan sangat meriah. Kami berdua mengumpulkan uang demi resepsi pernikahan impian. Semenjak kuliah, aku berpacaran dengan mas Bayu. Kami sama-sama menempuh pendidikan di kota Bandung.
Sudah dua minggu ini, Mas Bayu bertugas di Surabaya. Aku sangat merindukannya. Hari-hariku menjadi suram saat Mas Bayu tidak berada di sampingku. Pernikahan kami sudah berjalan lima tahun. Meskipun sampai sekarang, kami masih berdua. Mas Bayu tidak pernah memaksaku atau bertanya mengenai anak. Dia sangat menjaga perasaanku. Jika aku menangis saat memikirkan omongan tidak sedap mengenaiku, Mas Bayu akan segera memelukku dan mencium pipiku sungguh sangat manis perlakuannya.
Sudah dua minggu ini, Mas Bayu selalu membicarakan mengenai anak. Aku sudah memeriksa kandunganku ke dokter obygn. Semuanya baik-baik saja. Aku dan Mas Bayu sama-sama sehat. Hanya saja, Allah belum menakdirkan zuriat itu tumbuh di rahimku.
Dring!
Ponselku bergetar. Aku sedang berada di dalam kamar. Menatap lingerie seksi yang akan aku gunakan. Aku benar-benar merindukannya. Aku sudah memesan banyak baju seksi untuk memanjakan matanya saat Mas Bayu pulang ke rumah.
Aku ingat bagaimana pergulatan panas itu membawah kami dalam kehangatan cinta sebelum Mas Bayu berangkat. Dan sekarang, aku benar-benar mengiginkannya lagi.
‘Mau dibawahkan apa?’
Aku membaca pesannya di layar ponsel. Mas Bayu sangat tahu makanan kesukaanku.
‘Cake cokelat di dekat bandara,’ balasku.
Aku membalas pesan dari Mas Bayu sambil tersenyum. Rasa rindu ini benar-benar tidak bisa tertahankan.
‘Oke sayang,’ balas Mas Bayu.
Aku semakin bersemangat. Semenjak menikah dengan Mas Bayu, aku meninggalkan mimpiku sebagai konsultan di salah satu perusahaan bergengsi di Jakarta. Aku mengabdikan diri sebagai istri dan menemaninya di rumah.
Ingin rasanya Mas Bayu segera datang. Selama dua minggu ini, aku sangat merindukannya. Aku menatap beberapa pakaian seksi yang sudah aku gantung di dalam lemari dengan rapi. Malam ini, aku akan memakainya. Mas Bayu selalu memujiku dengan pakaian itu.
“Non,” panggil Bibi Sri. Perempuan paruh baya itu sedang mengetuk pintu. Aku segera menutup lemari lalu berjalan menuju pintu.
“Mas Bayu sudah datang, mobilnya sudah ada di garasi,” ucapnya.
Aku tersenyum bahagia. Langsung saja aku bergegas menuju garasi mobil. Inilah rasa rindu seorang istri jika ditinggal lama.
“Mas!” panggilku.
Aku langsung memeluknya. Aroma maskulin begitu menyeruak dan aku selalu suka jika berada di dalam pelukannya. Mas Bayu mengelus kepalaku.
“Rindu dengan Mas?” tanyanya.
Aku menganggukan kepala sambil melingkarkan tanganku di lehernya.
“Mas juga rindu,” bisiknya. Dia selalu manis dan romantis.
Mas Bayu lalu mencubit pipiku dengan lembut. Sama seperti pasangan yang lain setiap pulang dinas, Mas Bayu selalu membisikan kata-kata mesrah. Dia terlihat seperti pria yang setia.
Aku terus memeluknya hingga kami masuk ke dalam kamar.
Waktu berpacaran dulu, Mas Bayu adalah lelaki yang sangat perhatian. Dia tidak pernah menyentuhku saat berpacaran. Dia lelaki yang menjaga dirinya.
Aku mengambil tas kerja Mas Bayu lalu meletakkan di ruangan kerja. Ruangan itu adalah ruangan khusus yang dibuat Mas Bayu. Suamiku adalah seorang arsitektur. Mas Bayu bahkan selalu berkeliling Indonesia untuk memeriksa proyeknya.
Dengan centilnya dia mencium pipiku dengan mesrah. Ciuman itu sangat lama dan aku tidak mengerti. Mengapa mas Bayu seperti demikian. Biasanya dia akan lembut dan selalu tersenyum.
“Ada apa Mas?”
“Proyeknya berjalan lancar?” tanyaku.
Kini, kami duduk di bibir ranjang dan saling pandang. Wajah Mas Bayu tampak kelelahan. Mungkin saja seluruh rutinitasnya membuatnya benar-benar lelah.
“Aku sayang kamu, Bulan!”
Dia membisikan kata-kata romantis itu di telingaku. Aku menyentuh pipi Mas Bayu.
“Aku juga menyanyangi Mas,” jawabku. Aku membalas ciuman Mas Bayu. Hanya saja, ada yang berbeda dari suamiku hari ini. Dia tampak berbeda, tatapannya tidak sedalam yang dulu. Dia juga sudah lupa membawahkanku bunga mawar. Mungkin saja Mas Bayu kelelahan sehingga melupakan rutinitasnya, pikirku.
Aku menempuh pendidikan hingga magister dan saat itu, Mas Bayu sedang sibuk membangun bisnisnya. Aku membantu Mas Bayu dan kami sama-sama berjuang dari nol. Itulah sebabnya Mas Bayu sangat menyanyangiku. Setiap malam, dia mengatakan bahwa tidak ada perempuan sepertiku.
“Mas berjanji akan menyayangimu,” bisiknya lagi. Aku semakin terharu dengan kata-kata cintanya. Aku mengecup bibirnya dengan lembut.
“Mas bersihkan tubuhnya dulu, lalu itu kita makan malam,” ucapku. Dia segera bergegas ke kamar mandi. Aku tersenyum saat melihat tangannya tidak ingin melepaskanku.
“Mas!” sahutku.
“Mas merindukanmu,” ucapnya lagi.
“Iya, bersihkan dulu badan Mas dan kita akan …,” seruku sambil mengedipkan mata. Mas Bayu lalu mengalah dan segera menuju kamar mandi.
***
Aku menyediakan makanan yang dibeli oleh suamiku. Selang beberapa menit, aku melihat Mas Bayu keluar dari dalam kamar. Aroma parfum begitu menyeruak di tubuhnya. Dulu, Mas Bayu tidak seperti ini. Entah mengapa Mas Bayu begitu memperhatikan penampilannya sekarang.
Aku ingat waktu kami masih kuliah, Mas Bayu tidak pernah berdekatan dengan perempuan lain. Hanya kepadaku dia selalu menumpahkan keluh kesahnya. Kami juga menyusun proyek jangka panjang bersama. Membangun bisnis dari modal yang aku berikan kepadanya. Aku sangat menyanyangi Mas Bayu dan aku tahu, ini adalah cinta yang amat tulus.
“Bulan,” panggilnya saat dia duduk di depanku. Aku menata makanan dengan sangat cantik. Tidak lupa aku menyediakan susu cokelat hangat di depannya.
“Ada apa Mas?” tanyaku sambil tersenyum.
“Ada yang Mas mau bilang,” ucapnya. Wajahnya tampak ragu menatapku.
“Apa Mas?”
“Makanannya dihabiskan dulu, nanti kita lanjut bicaranya yah,” sahutku.
Kami makan malam dengan romantis, dia sesekali mencuri pandangan ke arahku. Tidak biasanya Mas Bayu seperti ini. Mungkin saja dia memiliki masalah selama perjalanan dinasnya.
“Bulan,” panggilnya lagi.
“Mas ke kamar dulu, nanti kita bicara di sana yah,” ucapnya. Mas Bayu lalu mengeser kursinya. Dia bergegas pergi meninggalkanku di meja makan. Aku memanggil Bibi Sri untuk merapikan meja makan dan mengikuti Mas Bayu dari belakang.
Aku berjalan dan menatap Mas Bayu yang sudah duduk di bibir ranjang sambil mengusap wajahnya. Tiba-tiba saja hatiku menjadi kalud. Aku takut sesuatu terjadi kepada suamiku.
“Ada apa Mas?” tanyaku. Aku duduk di samping Mas Bayu. Aku mengengam tangannya dengan erat. Mas Bayu menatapku. Matanya berkaca-kaca dan membuatku panik seketika.
“Ada apa?” tanyaku lirih. Aku menyentuh pipinya. .
“Mas, ada apa?” tanyaku.
Demi Tuhan, aku benar-benar panik melihat mas Bayu menangis. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Apa yang terjadi sehingga suamiku sampai menangis. Apa yang terjadi dengan dirinya?
“Kalo mas menikah lagi bagaimana?” tanyanya pelan. Bola mataku terbelalak. Kini, giliran aku yang menangis. Dadaku bergemurung. Seakan ada belati yang berusaha tertusuk di jantungku tiba-tiba. Aku sulit bernapas, rasanya sangat sakit mendengarkannya.
“Ada apa Mas? Mengapa Mas bertanya seperti ini?”
Satu bulir air mata menetes di pipiku. Ya Tuhan, apakah selama ini aku menjadi perempuan yang tidak bisa bersamanya? Apakah aku istri yang tidak membahagiakannya? Apa? Apa yang terjadi dengan suamiku.
“Maafkan mas, Bulan!”
Kata-katanya semakin tidak aku mengerti. Aku kalud, semuanya mendadak abu-abu. Ini kali pertama mas Bayu mengatakan hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Mimpi buruk, ya ini adalah mimpi buruk. Seorang suami yang meminta menikah lagi.
Bersambung …
Who is he, kuya? " Tanong ng sampung taong gulang na batang babae. Nakasuot ito ng pink baby dress and she's chubby. Bagay na bagay ang nakapigtail na mga buhok. She's cute and pretty even at a young age. Tinuro nito ang binatang nakatayo sa main door ng bahay nila. Nilingon iyon ng nakakatandang kapatid na si JR. Umilaw ang nga mata nito. Nagmamadaling sinalubong iyon ng binatang kapatid. " Hey man! Kailan ka pa dumating?" Nakatawang nagyakapan ang dalawa. " I just arrived, idiot! " Pabirong binatukan nito si JR at nakita iyon ng bata. Binato nito ang di nakikilalang lalaki. " Ouch! " Napaigik ang bisita dahil ibinato rito ni Shiloh ang hawak na barbie. " You're bad. Why did you hit my kuya? " Nakapamewang nitong sita sa bisita. Natawa naman ang kapatid sa tinuran ng bata. Agad nitong nilapitan ang nakababatang kapatid. Umuklo ito para maabot ang kapatid. " Hey, princess. You shouldn't threw your toys to our visitor, that's bad." A
Paano niya ngayon susuyuin ang dalaga matapos marinig nito ang mga sinabi ni Vioet? Nahihirapan siya. Kanina pa rin nakaalis sina Blake at Sophie. Umakyat siya ng hagdan at agad tinungo ang silid ng dalaga. Hindi iyon nakalock kaya naman madali siyang nakapasok. Nakita niya itong nakaupo sa kama nito. " I've been waiting for the past hour, mister. Now, explain everything to me." Seryoso ang tonong wika nito. Napahinga ng malalim si Hunter dahil sa narinig mulla rito. Buong akala niya ay magtatalak agad ang dalaga sa kanya." O-okay. Wala kaming relasyon ni Violet, sweetheart. Hindi rin ako ang ama ng ipinagbubuntis niya. Believe me, ikaw lang ang babaeng hindi ko sinuotan ng kapute kapag nagtatalik." Pinamulahan ng pisngi ang dalaga dahil sa kapranghan ng lalaki. Lumapit ito at ginagap ang kamay niya. "I purposely got you pregnant, sweetheart dahil ikaw lang ang babaeng gusto kung buntisin and not Violet." Alanganing ngumiti ang binata dahil nagulat ang
Hindi maalala ng dalaga kung ilang beses nilang pinagsaluhan ni Hunter ang pag-iibigan sa pisikal na bagay. Nagising siyang nananakit ang buong katawan. Humikab siya at inilibot ang paningin sa buong silid. Napakunot-noo siya at nagtaka nang bumungad sa kanya ang sariling silid. Paano siya napunta rito? Ang naalala niya ay sa guestroom siya nakahiga kanina. Hinanap sa paligid ang binata pero wala ito roon. Sinipat niya ang orasan sa bedside table. Oh! Ala-sais na pala ng gabi. Hindi man lang siya nakakain ng tanghalian. Nasaan na ang lalaking iyon? Nagpasyang bumangon ang dalaga para maligo dahil nanlalagkit ang pakiramdam niya. Matapos makapaligo at makapagbihis ay nagpasyang lumabas ang dalaga. Ingay ng nagkakasayahang mga tao ang narinig niya sa sandaling nakababa na siya. At ganoon na lamang ang panlalaki ng mga mata niya nang makita ang matagal ding hindi nakikitang kaibigan dahil sa ginawang pagtikis niya rito.Naluluhang lumapit siya kay Soph
Nakikiliti si Stacey sa paraan ng paghalik ni Hunter sa kanya. His lips and tounge travels to her eyes, nose, cheeks and lips. He sexily bit her earlobes na nagdulot sa dalaga ng init sa katawan. Napapikit si Stacey nang magsimulang maglakbay ang mga kamay ng binata sa maseselang bahagi ng katawan niya. Mahigpit siyang napakapit sa bedsheet ng kama. Ilang buwan din ang tiniis niya mula ng huli siyang angkinin ng lalaki. Kaya naman ngayon ay para siyang mababaliw sa mga ipinaranas nito sa kanya. She wanted him so bad that it aches her to the core.Bumaba pa ang mga halik ng binata sa leeg niya leaving traces sa bawat maraanan ng mga labi nito. And Stacey couldn't helped but moan sexily. Hindi na nga niya napansin ang ginawang mga tunog dahil sa kagagawan nito sa katawan niya.She pulled his hair when his mouth lowered down to her babybump. He gently kiss and carress it. While mumbling words of encouragement to his still unborn child. " Kapit ka ng mahigpit
Maaga pa lang ay nakaabang na ang binata sa labas ng bahay ng dalaga. Inaabangan niya ang paglabas nito sa garden ng bahay para magpaaraw. Madalas iyong gawin ng dalaga siguro ay dahil buntis ito. Pinagmamasdan niya ang bahay sa harapan niya. Maya-maya lang ay lalabas na ang dalaga. Sinabi sa kanya ni manang Mina kahapon bago paman sila nagkausap ng dalaga at ng ama nito. Nakaramdam ng pagkasabik si Hunter sa naisip. Miss na miss na niya ang dalaga. Sabik na siyang muli itong mayakap at mahalikan. Ngunit kailangan niyang magtiis. Hindi niya na gusto pang daanin sa dahas ang dalaga at baka makasama pa sa anak nila. Sigurado naman siyang anak niya ang sanggol sa sinapupunan nito dahil dama niya kahit pa hindi nito sinasabi sa kanya iyon. Napangiti siya nang dahan-dahan nang sumikat ang araw. Ngunit napakunot-noo nang makitang nagtatawan ang lalaki kahapon at ang dalaga habang magkapanabay na itinulak-tulak ang wheelchair ni Roger. Agad ang pagsalakay ng inis sa nakita. Nagseselos siya s
" Akala niya siguro madadala ako sa pabulaklak niya, hmp!" inis na turan ng dalaga sa kanyang sarili. Ewan niya pero hanggang ngayon ay inis pa rin siya sa binata. Sinusuyo siya nito pero wala paring epekto iyon sa kanya. Hindi na niya napansin si Mina na masasalubong niya. " Ang bilis naman yata umalis ng bisita mo, hija? " Bungad sa kanya nito. Nakatawa pa ang matanda sa busangot niyang mukha. " Baka pumangit si baby dahil sa hilatsa ng mukha mo. " Patuloy pa nito." Pinaalis ko na, nay." Napasimangot niyang sagot rito. Napakunot-noo naman ito sa sinabi niya. " Aba'y gusto pa namang dalawin ni Hunter ang daddy mo." Napakamot ito sa ulo. Tinaasan lamang iyon ng kilay ng dalaga. " Ayoko po siyang makausap, nay." Napahalukipkip siya. Napabuntung-hininga ang matanda. " Hija, hindi naman sa lahat ng panahon ay maiiwasan mo ang ama niyang dinadala mo. Maano ba'y bigyan mo ng pagkakataon na makapagpaliwanag sa'yo. Magkalinawan kayo. Siguro
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Komen