Share

Bab 2

Author: Hikmdr
last update Last Updated: 2021-06-24 12:36:21

Suara deru motor yang berhenti membuat Bintang menggeram kesal. Di sibaknya gorden polkadotnya dan mendapati Angkasa melambai dengan senyum tipisnya.

"Ganggu aja, berangkat setengah tujuh kan bisa. Lagi enak-enaknya mimpi dapet pangeran yang turun dari kayangan." dumel Bintang kesal. Melangkah malas dan mengambil handuknya.

Setelah 5 menit lulur Bintang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ketika membuka pintu ia dikejutkan dengan Angkasa yang berwajah datar, hampir saja ciuman. Kapan-kapan Bintang akan menambah tinggi badannya lagi agar Angkasa tak bisa mengejutkannya walaupun hampir menyuri first kiss-nya.

"Main muncul bae lo." Angkasa menyingkir di ikutinya langkah Bintang ke meja makan. Cewek berisi angin itu mulai sarapan dengan roti dan selai strowberi kesukaannya.

"Kenapa gak jemput Bela? Jangan nempelin gue terus dong sa, dia kan pacar lo." ucap Bintang di sela-sela makannya. Angkasa hanya menggeleng, Bela sudah selalu diantar jemput dengan supir pribadinya.

"Gak, lagian Bela kan diantar jemput sama sopirnya. Kalau bareng lo kan lebih enak, rame karena ngomel terus. Dulu pas ngelahirin lo itu ibu ngidam apa sih?" tanya Angkasa penasaran, kalau dua hari saja Bintang tak masuk karena demam ia jadi sepi, tak ada lagi omelan atau cubitan gemas Bintang bila dirinya tak peka-peka dengan moodnya.

Bintang berpikir dan...

"Oh cuman makan nasi lauk lele dan sambal terasi. Kenapa?"

"Pantesan mulutnya kayak mercon." goda Angkasa. Bintang mengacak rambut Angkasa yabg sudah tertata rapi, jambul berdiri karena gel rambut kini berantakan. "Hahaha, kadar kegantengan lo berkurang 95 persen."

"Gantengnya dikit dong?" Angkasa tak marah, ia merapikan kembali rambutnya dengan modal kaca di manik mata coklat milik Bintang.

"Ayo, lima belas menit lagi gerbang ditutup. Gak mau kan hafalin pasal yang ditebak oleh bu Ghina?" terkadang Angkasa kesal sendiri jika Bintang mengulur waktu seperti membenarkan liptint yang kurang ala ombre-ombre itu, maskara biar lentik, tambah bedak biar putih dan manis, rambut ditata ala-ala model cantik. Dan berakhir dengan pasal yang ditebak bu Ghina, mana hafal pasal-pasal? Yah berujung menyapu halaman sekolah yang luasnya subhanallah.

🌸🌸🌸

Ketika Bela memasuki gerbang ia melihat Angkasa yang kini melepaskan helm Bintang.

"Kenapa yah kamu gak pernah peka sama perasaan aku sa? Walaupun aku dintar jemput, setidaknya kan aku bisa bilangin mama kalau ada penggantinya yaitu kamu, pacar aku." Bela melangkah pelan dengan pandangan menunduk tak ingin melihat kemesraan Angkasa dengan Bintang.

"Bela, ke kelas bareng yuk." Bintang langsung merangkul pundak Bela akrab. Sedangkan Angkasa berjalan sendiri tak mempedulikan dirinya, apalagi menyapa.

Bela tersenyum ramah. "Ayo,"

🌸🌸🌸

"Yah nyawa gue habis." keluh Virgo ketika ia kalah memainkan game candy crush soda saga pada super hard level.

Angkasa panik dan menatap Virgo bingung. "Katanya nyawanya habis? Kok masih hidup?" lebih tepatnya ucapan nyinyir itu menambah kekesalan Virgo, aduh Angkasa! Kalau bicara itu di filter dulu jangan main gas!

"Yang nyawanya habis itu game ini, ya kali gue. Masih mau hidup ya dan pingin ngerasain yang namanya nikah."

"Bu Elok masuk tuh ponsel sembunyiin. Kalau pemeriksaan tas lagi? Habis deh nyawa lo." peringat Angkasa dan Virgo menyembunyikan ponselnya di kaos kaki, iya kalau bu Elok tak mengetahui, tapi kalau benda itu mengecap ya tinggal dapat hadiah poin dan panghilan orang tua sebagai peringatan pertama.

Suasana kelas hening, tak ada yang berani berisik apalagi berbisik yang jelas tatapan bu Elok itu tajam. Pemeriksaan tas setiap dua kali seminggu dan tanpa pemberitahuan itu memvuat pelajaran tersendiri bagi kalangan murid, terutama siswi yang membawa parfum, sisir, bedak, lipstik dan kosmetik lainnya akan disita dan dikembalikan lagi setelah lulus dari sekolah ini. Sama halnya dengan ponsel, bukan disita tapi juga diperiksa isinya takut ada video hal-hal negatif, atau menjerumus ke arah transaksi narkoba.

"Letakkan tas kalian diatas bangku!" perintah bu Elok, seisi kelas hanya berdoa dalam hati bahwa barang-barang yang di sembunyikan di kaos kaki, atau terpaksa di injak yang lebih tidak enak ya di sembunyikan didalam baju. Jijik? Gak, memilih tempat sembunyi itu rumit.

🌸🌸🌸

Virgi menghela nafas lega, ia menghabiskan dua botol air mineral dingin untuk menetralkan degup jantungnya. Pemeriksaan tas tadi benar-bebar memacu adrenalin.

"Minum terus lo? Beser tau rasa." ejek Angkasa.

"Buat menghilangkan kegugupan ini, untung ya bu Elok gak melirik kaos kaki gue. Aduh ngapain juga sih ada pemeriksaan tas? Tanpa pemberitabuan lagi! Kan kalang kabut bingung cari tempat sembynyi." Virgo protes, sekolah elite dengan peraturan ketat memang membuat siapa saja mengeluh. Untung CCTV tidak ada, kalau iya yang jelas akan diketahui siapa yang membawa barang-barang yang dilarang.

Suara cempreng datang tak diundang pulang tak diantar itu mengusik gendang telinga Virgo.

"Bintang kecil di langit Angkasa.. Kerlap-kerlip indah selalu... Keman emm." Virgo membungkam mulut Bintang, tak terlalu menekan. Seisi kantin lantai dua ini pun tersenyum menatap Virgo yang menderita dengan suara  cempreng Bintang yang merusak gendang telinga.

"Diem lo, habis jedag-jedug malah ada bedug." ucap Virgo terusik, ia melepaskan tangannya. Bintang megap-megap, sok akting seakan kehabisan stok nafas.

"Sewot banget, gue kan nyanyi buat Angkasa. Liat dia, gak keberatan atau merasa kesal kok dengan suara gue." Bintang melirik Angkasa yang tampak tenang.

"Lo bandingin gue dengan Angkasa? Bisa-bisa gue tuli muda tang!" Virgo melahap kembali nasi goreng yang kini sudah dingin.

"Emang gue binatang apa? Pilih penggalan nama yang bagus dong." protes Bintang. Kan masih bisa memanggil Kejora atau Cahaya dan Indah.

"Males."

"Virgo nyebelin."

"Biarin"

"Diem!" Angkasa mulai jengah, telinga berdengung melihat pertengkaran kecil Bintang dan Virgo yang tak pernah akur.

🌸🌸🌸

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Angkasa   Bab 32

    Kejadian kemarin pun membuat Pandu tertawa geli, namun ia juga merasa bersalah karena sudah membuat perut Virgo yang diaduk-aduk, pedasnya keripik balado tersebut membuat Virgo bolak-balik ke toilet. Bahkan Mala sudah menyodorkan obat penghenti diare, wajah Virgo kemarin benar-benar pucat."Sableng lo, bukannya diucapin semoga cepet sembuh ya go, malah ketawa gak jelas." dumel Virgo saat masih mengunyah nasi gorengnya."Kalau mau bicara itu selesaikan dulu makanannya, jadi ngomongnya kurang jelas kayak lebah mau memangsa sasarannya." ucap Pandu menambah kesan ramai walaupun kelas masih sepi karena ia dan Virgo berangkatnya terlalu pagi, kursi Angkasa pun masih kosong, ah ia jadi memikirkan cowok itu lagi."Tante Mala itu baik banget yah sampai beliin kita oleh-oleh yang harganya mahal itu." Virgo kagum sekaligus bersyukur, rejeki datang itu diterima secara lapang dada.Pandu mencium bau ke-modusan. "Halah, palingan lo juga ngarep gitu kan semenjak tante M

  • Angkasa   Bab 31

    "Iya gue tau, nanti sepulang sekolah ayo kita ke rumah Bintang, jangan lupa ajak Rangga juga.""Hm, Rangga sekarang jarang juga yah kumpul bareng kita." ucap Pandu mengusap dagunya, Rangga memiliki prestasi, ah bisa saja ya lupa ingatan dan pelajaran langsung faham? Rangga di pindahkan ke kelas unggulan, andai cowok itu satu kelas dengannya sudah dipastikan ada dua hotspot untuk transfer contekan, tapi sekarang Angkasa tak pernah memberinya contekan atau mrngajarinya materi pelajaran yang kurang faham."Rangga pastinya mau dong kumpul lagi, andai yah dia satu kelas sama kita. Nilai rapot gue dijamin B semua, kan lumayan supaya gak di omelin sama ibu mulu." keluh Virgo, setengah mengerjakan sendiri dan sisanya menyontek."Makanya belajar dong, kan lo bisa manggil Rangga. Minta ketemuan dimana gitu buat bahas materi yang kurang lo faham." Pandu memberikan pencerahan."Iya-iya. Eh beliin gue gorengan tiga dong. Gue lupa gak bawa uang saku nih," Virgo menyeng

  • Angkasa   Bab 30

    Dua orang preman kini tersenyum senang karena incarannya tak dapat melarikan diri, jalan buntu. Bintang memasang ancang-ancang. "Kalau kalian gak mau pergi, berarti pingin dibelai kan?" Bintang meninju tangannya keras hingga berbunyi dan membuat dua preman itu hanya menertawakannya, meremehkan."Emang bisa ngalahin kita? Perempuan kan gak bisa baku hantam, bisanya cuman nangis dan lemah kan?" ejek pria berjaket navy.'Aduh gak bawa ponsel lagi. Badan juga tak bisa berkompromi, cepet sembuh dong.' batin Bintang cemas, ia mengecek saku celana jeans-nya dan tetap kosong. Ia ingin meminta orang yang sangat berarti baginya selama ini, Angkasa... Semoga kau bisa datang.Sentuhan halus di pipi Bintang membuatnya semakin geram, ia menendang alat vital cowok berjaket navy hingga tersungkur, merasa temannya kalah preman satunya lagi maju mengunci pergerakan Bintang hingga jarak mereka semakin menipis.Bintang memejamkan matanya, kali ini tenaganya tak sekuat saat i

  • Angkasa   Bab 29

    Pandu menatap heran wajah Angkasa yang kini begitu sedih. Ia menepuk bahu cowok itu. "Kenapa? Cerita saja, jangan dipendam sendiri." ucap Pandu menenangkan, tapi Angkasa menatapnya sekilas lalu menunduk lagi. Sangat berat apabila harus menjauhi geng Elang.Virgo yang baru datang pun tak mencampuri Pandu, sudah jelas tak bertegur sapa dan berubah masih saja di kancah¹.Tak digubris, Pandu mulai mengobrol dengan Virgo, jangan dicuekin terlalu lama kalau dia masih cemburu. "Gimana acara sepak bola yang lo tonton kemarin malam?"Virgo mengangguk. "Baik, 42 bro. Lo sih diajak begadang malah sibuk ngerjain tugas, tenang saja Ndu, gue contekin kok." goda Virgo, tak seperti biasanya Pandu mau diajak kumpul dirumahnya, terutama menonton sepak bola. Pandu juga terlalu sibuk dengan toko rotinya, membantu ibunya membuat adonan kue dan mengantarkan pesanannya."Kapan-kapan saja, gak asik kalau nontonnya cuma kita berdua." sindir Pandu dan menoleh pada Angkasa. Vi

  • Angkasa   Bab 28

    Nyong meggebrak meja, kedatangannya yang berlari-lari membuat Rayhan, Bayu dan Angkasa kaget. Sampai bakso yang dikunyah Bayu keluar dari mulutnya dan mengenai pipi Rayhan."Lo kalau kaget biasa aja toh bakso lo mendarat di pipi mulus ganteng gue!" semprot Rayhan kesal. Bayu hanya menyengir dan kembali fokus dengan Nyong."Anak Rajawali nantangin kita!.." jeda sejenak, Nyong mengatur nafasnya. "Balapan! Kali ini taruhan nyawanya Angkasa!" ucap Nyong menggebu.Angkasa bersikap santai, pasti balas dendam Farhan melalui anggota geng barunya. Padahal sekarang Farhan sudah tak terlihat lagi kehadirannya."Di jalan kenanga jam 9 malam. Kalau gak ikut balapan, Rajawali bakalan menyuruh pasukan Batalyon buat menyerang sekolah kita." ucap Nyong lagi. Angkasa berdecih, beraninya main keroyokan."Terima saja, lagipula Farhan kan di Madrid." ucap Angkasa santai. Nyong terbelalak, ia tak pernah tau tentang Farhan. "Lo tau darimana?" tanya Nyong penasaran.

  • Angkasa   Bab 27

    "Kok Angkasa gak masuk yah?" tanya Virgo heran pada Tika sebagai seketaris yang mencatat daftar hadir. Tika menggeleng, bahkan ia tak melihat Angkasa sejak tadi."Iya, biasanya dia duluan sampai disekolah." Pandu ikut menimpali, kursinya pun masih kosong. Selama dua jam hanya suara berisik musik dangdut menggema. Jamkos memang kebebasan bagi semuanya, asalkan tidak keluar kelas jika tak penting."Gue disini," suara Angkasa membuat seisi kelas bungkam, musik dangdutnya pun dimatikan.Virgo dan Pandu terperangah melihat penampilan Angkasa."Wah, sekarang lo berubah yah. Jadi siapa nih yang bakalan ganti siswa teladannya?" sindir Virgo tak suka. Bahkan ia mencium aroma rokok ketika Angkasa duduk didepannya, Fino yang sebangku dengan Angkasa pun tak masalah asalkan tak mengusik aktifitas baca bukunya."Sa, kalau lo berubah gini kita merasa kehilangan Angkasa yang dulu. Apa sih yang membuat lo jadi begini sa?" Pandu tak akan membenci perubahan Angkasa y

  • Angkasa   Bab 26

    Setelah ujian kelas 12 selesai.Tinggal menunggu nilai dan pengumuman lulus. Hari ini Niko tampak sedih karena tak ada kehadiran Farhan, padahal ia sudah mengirkmkan foto kebahagiaan geng Elang dari waktu ke waktu. Tapi cowok itu tak kunjung ada kabar, terakhir kali Farhan berpesan padanya 5 bulan yang lalu. Kalau anda lelah menjadi jahat maka berhentilah sebelum menyesal dan diluputi rasa bersalah. Setelahnya Farhan tak lagi menjawab teleponnya, nomornya pun tak aktif. Niko menatap mading yang kini sudah ada nilai mata pelajaran uji coba ujian, Niko menatapnya miris. Nilai itu tak sesuai harapannya, terlalu ikut campur dengan geng Rajawali membuatnya jarang belajar apalagi menguasai materi yang di ujikan.🌸🌸🌸"Ah kamu tambah ganteng tau kalau pakai jas formal ini," goda Imelda pada Farhan, cowok itu terpaksa datang ke pesta Imelda sahabatnya dulu sebelum ia melanjutkan ke SMP. Lampu kerlap-kerlip dan alunan lagu dansa membuaf pesta ulang tahun Imelda semakin mewah.

  • Angkasa   Bab 25

    "Jangan pulang sendirian didaerah sini." peringat dua pria yang pernah merampas uang Bintang dulu."Kenapa? Ada begal?" tanya Bintang polos. Ah, rupanya dua pria ini sudah berubah. Tampilannya pun tak seperti preman lagi."Bukan sih, tapi bisa saja kan ada penjahat ditempat sepi dan gelap ini. Apa mau diantar?" tawarnya ramah.Bintang menggeleng, ia sungkan jika pulang dengan pria ala om-om ini ke rumah, kalau ibunya tau bisa remuk tulangnya. "Tidak terima kasih, saya pulang sendiri saja." Bintang pergi, tapi dua pria itu mengikuti langkah Bintang memastikan wanita yang punya tenaga kuat berkelahi selamat.🌸🌸🌸"Eh, kok kemarin malam gue liat Bintang diantar sama dua om-om ya?" Pandu membuka topik ketika Angkasa dan Virgo baru saja duduk dikursi pojok kantin.Virgo tercengang, Angkasa terkejut."Wah-wah? Habis ngapain malem-malem?" Virgo ngelantur, Angkasa masih tak percaya. Kemarin malam ia masih bekerja di kafe, bahkan Sergio meng

  • Angkasa   Bab 24

    Manda meringis sakit ketika kuah bakso yang panas tumpah mengenai seragamnya. "Aw, lo bisa gak sih jalan yang bener?!" teriak Manda marah dan mendongak melihat Adisti sengaja melakukan ini, ia memiliki rasa iri dengan Manda, ia tak diterima di anggota cheerlader padahal kemampuannya bagus sedangkan Manda hanya biasa saja. Manda masuk tanpa seleksi, dirinya sudah bersusah payah latihan."Ups! Gak sengaja sayang. Lagian ini bakso panas banget sih, jadi gue gak bisa bawanya." Adisti berkilah, padahal ia ingin Manda ditonton seisi kantin tapi kini tak ada yang berani menatapnya.Igo yang melihat itu langsung menghampiri Manda, seragam cewek itu basah dan menerawang bentuk tubuhnya. Igo melepas seragamnya hingga mengisakan kaos putih polos. Manda terkejut merasakan perlakuan spesial dari cowok yang tak dikenalnya. "Makasih." ucapnya datar. Selera makan Manda untuk melahap mi ayam sirna, satu hari saja Adisti tak bisa mengusik ketenangannya. Erna pun sama, ia beranjak pergi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status