Ini bukan cerita badboy atau badgirl. Hanya mengisahkan tentang Angkasa yang bersahabat dengan Bintang. Sampai suatu yari Angkasa putus dengan Bela karena kedekatannya dengan Bintang seperti amplopnya perangko, lengket kemana pun Angkasa pergi pasti ada Bintang. Persahabatan mereka tidaklah semulus jalan raya, ada saja bebatuan yang menjadi penghalang. Dari teror, sampai kasus penculikan Bintang membuat Angkasa berjuang mencari sahabat masa kecilnya itu. Bagaimana kelanjutan Angkasa berjuang? Atau hatinya akan jatuh cinta pada Bintang sahabatnya sendiri?
View More"Jangan cemberut nan manyun. Daripada mie ayamnya tak tersentuh, sini biar gue yang makan," Angkasa meraih mangkok Bintang yang masih utuh entah sedang moodly Bintang terlihat enggan memakan jajanan kantin yang membuat siapa saja ngiler dan nagih.
"Sakittt banget sih," gumam Bintang menghentakkan kedua kakinya kesal walaupun suaranya cempreng seisi kantin dilantai dua itu sudah memakluminya setiap satu bulan sekali.
"Gak beli kiranti?" tanya Angkasa yang sudah faham.
Bintang tambah manyun. "Kalau kebanyakan itu mah gak sehat ini kan nyerinya bisa di hilangkan dengan herbal sendiri."
Angkasa menghela nafas lelah, kedatangan tamu bagi kaum hawa memang seperti ini? Kalau bisa biar sakitnya Bintang di pindahkan ke dirinya. "Emang di kantin ada asem sama garam?"
"Kan ada warung didekat sekolah. Beliin ya terus racikin dalam bentuk minuman. Gue gak bakal rewel lagi deh,"
"Tapi habisin ini dulu ya,kan nanti ada ekstrakulikuler seni musik buat seminggu lagi." Angkasa malah bersantai mengunyah mie ayam milik Bintang hingga habis. Yang punya pun hanga menggeram kesal, ditunda-tunda itu sakit! Andai Bintang bisa menyulap rasa sakitnya menjadi hilang sesuai harapannya.
🌸🌸🌸
"Udah mendingan gak?" tanya Angkasa setelah ia kembali dan membawakan asem garam yang sudah ia racik untuk penghilang alamiah nyeri datang tamu.
Wajah Bintang mulai kalem lagi. Ah, syukurlah herbal alami yang di rekomendasikan Bintang memang manjur. "Udah, makasih Angkasayang." Bintang berkedip manja Angkasa berdiri dan menuju kelas mengabaikan Bintang yang menggerutu di belakangnya.
"Kedipan gue gak mempan, padahal
seantero sekolah ini cowok-cowok pada antri sembako hati buat nunggu kepastian yang di nanti.""Jangan cepet-cepet dong." Bintang menyamakan langkah Angkasa yang tergesa-gesa. 'Kalau pelan mana bisa? Gue belum belajar kimia lagi bisa gak ulangan kimia selasa aja?' batin Angkasa kesal.
Angkasa masuk ke kelas 11 Ipa 2 sedangkan Bintang 11 Ipa 3 padahal Bintang berharap bisa sekelas dengan Angkasa. Lumayan Angkasa mengajarinya pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia atau nyalin tugas dari Angkasa yang sudah di kerjakan agar mendapat nilai bagus tanpa berpikir keras.
"Eh kedetakan dengan Binatang yakin gak bikin Belang cemburu?" tanya Virgo setelah Angkasa duduk manis dan mulai membaca materi Kimia yang akan diujikan.
"Bintang bukan Binatang, Bela bukan Belang. Pikiran lo animal semua." ralat Angkasa tetap dengan wajah datarnya tapi membuat Virgo ngagak geli. Diajak bercanda malah flatface apalagi serius dua kali lipatnya pasti.
"Gak, lagian Bela udah tau kalau kita sahabatan. Wajar kan kalau ada kedekatan? Gak mungkin juha jauhan?"
Virgo mengangguk, benar juga. Tapi setiap Bintang melekat layaknya perangko dengan Angkasa membuat Bela cemburu, walaupun lewat tatapan sendu tapi cewek itu tetap tersenyum memaklumi meskipun dirinya kadang menjadi obat nyamuk diantara keduanya. Bintang yang cerewet dan moodly mampu membuat suasana ramai untuk Angkasa.
🌸🌸🌸
"Ayo pulang," suara berat nan dingin itu membuat Bintang dan Bela menoleh, mendapati Angkasa yang berdiri disebelah Bintang. Entah siapa yang diajak membuat Bela mengangguk antusias. Tapi Angkasa hanya mengatakan Bintang pulang bersamanya.
Bela yang merasa di kesampingkan pun hanya mengangguk memaklumi. 'Wajar mereka memang sahabatan dari kecil. Tapi, Angkasa kenapa gak mengajak aku pulang bareng akhir-akhir ini, notice! Pacarnya!' teriak Bela dalam hati.
Bintang yang melihat tatapan sendu Bela yang sendu merasa bersalah, seharusnya Angkasa juga perhatian dengan Bela. Jangan hanya durinya yang di prioritaskan. "Maaf ya Bel, mungkin besok Angkasa bisa anterin kamu pulang kok," ucap Bintang berusaha menghibur.
"Aku duluan, udah dijemput nih," Bela pergi dengan langkah kecewa, dalam hati ia berharap Angkasa mencegahnya dan berubah pikiran. Atau setidaknya menyuruh Bintang pulang dengan Virgo, ah mana mungkin cowok bergengsi tinggi itu mau mengantarkan siapapun kalau keadaannya tidak mendesak? Tapi Bela yakin kalau suatu saat Angkasa juga akan perhatian dengannya. Mengajak dinner, jalan-jalan, dan nonton bioskop seperti halnya dua remaja yang jatuh cinta di masa SMA-nya. Tapi terhalang Bintang juga prioritasnya Angkasa.
🌸🌸🌸
Bintang melambai dengan Bela ketika motor Angkasa melewati sahabatnya. Bela membalas dengan senyuman tipis, andai dia di posisi itu. "Hati-hati ya Bin,"
"Dikira pak Bin apa?" Bintang terkekeh, ah guru dengan pemberian tugas praktek itu. Ia menoleh ke belakang sebelum motor Angkasa melaju cepat.
"Ya gak apa-apalah, pak Bin lagian juga masih muda dan ganteng, usianya 22 tahun," ucap Bela sendiri walaupun Bintang sudah menjauh.
"Cantik-cantik kok ngomong sendiri? Ketawa juga, masih waras kan?" tanya Virgo dengan nada mengejeknya.
"Lo bilang gue gila? Mau dikasih mainan buaya lagi?!" ancam Bela walaupun tak membawa yang bisa menggigit jari siapapun. Virgo hanya menggunakan lambang peace.
"Maaf, kalau itu gak. Makasih, makin cantik kok tiap detiknya. Jangan lupa gosok gigi ya," peringat Virgo kemudian cowok itu melaju takut berurusan dengan mainan ganas itu.
"Dikira makan coklat gulali? Kalau penyebab sakit gigi ngapain juga dimakan," Bela masih menggerutu hingga sang sopir datang melihat nyonya kecilnya itu berbicara sendiri.
"Non gak apa-apa?" tanya pak Mus ketika Bela sudah masuk ke dalam mobil. "Jalan aja pak," jawabnya datar.
🌸🌸🌸
Kejadian kemarin pun membuat Pandu tertawa geli, namun ia juga merasa bersalah karena sudah membuat perut Virgo yang diaduk-aduk, pedasnya keripik balado tersebut membuat Virgo bolak-balik ke toilet. Bahkan Mala sudah menyodorkan obat penghenti diare, wajah Virgo kemarin benar-benar pucat."Sableng lo, bukannya diucapin semoga cepet sembuh ya go, malah ketawa gak jelas." dumel Virgo saat masih mengunyah nasi gorengnya."Kalau mau bicara itu selesaikan dulu makanannya, jadi ngomongnya kurang jelas kayak lebah mau memangsa sasarannya." ucap Pandu menambah kesan ramai walaupun kelas masih sepi karena ia dan Virgo berangkatnya terlalu pagi, kursi Angkasa pun masih kosong, ah ia jadi memikirkan cowok itu lagi."Tante Mala itu baik banget yah sampai beliin kita oleh-oleh yang harganya mahal itu." Virgo kagum sekaligus bersyukur, rejeki datang itu diterima secara lapang dada.Pandu mencium bau ke-modusan. "Halah, palingan lo juga ngarep gitu kan semenjak tante M
"Iya gue tau, nanti sepulang sekolah ayo kita ke rumah Bintang, jangan lupa ajak Rangga juga.""Hm, Rangga sekarang jarang juga yah kumpul bareng kita." ucap Pandu mengusap dagunya, Rangga memiliki prestasi, ah bisa saja ya lupa ingatan dan pelajaran langsung faham? Rangga di pindahkan ke kelas unggulan, andai cowok itu satu kelas dengannya sudah dipastikan ada dua hotspot untuk transfer contekan, tapi sekarang Angkasa tak pernah memberinya contekan atau mrngajarinya materi pelajaran yang kurang faham."Rangga pastinya mau dong kumpul lagi, andai yah dia satu kelas sama kita. Nilai rapot gue dijamin B semua, kan lumayan supaya gak di omelin sama ibu mulu." keluh Virgo, setengah mengerjakan sendiri dan sisanya menyontek."Makanya belajar dong, kan lo bisa manggil Rangga. Minta ketemuan dimana gitu buat bahas materi yang kurang lo faham." Pandu memberikan pencerahan."Iya-iya. Eh beliin gue gorengan tiga dong. Gue lupa gak bawa uang saku nih," Virgo menyeng
Dua orang preman kini tersenyum senang karena incarannya tak dapat melarikan diri, jalan buntu. Bintang memasang ancang-ancang. "Kalau kalian gak mau pergi, berarti pingin dibelai kan?" Bintang meninju tangannya keras hingga berbunyi dan membuat dua preman itu hanya menertawakannya, meremehkan."Emang bisa ngalahin kita? Perempuan kan gak bisa baku hantam, bisanya cuman nangis dan lemah kan?" ejek pria berjaket navy.'Aduh gak bawa ponsel lagi. Badan juga tak bisa berkompromi, cepet sembuh dong.' batin Bintang cemas, ia mengecek saku celana jeans-nya dan tetap kosong. Ia ingin meminta orang yang sangat berarti baginya selama ini, Angkasa... Semoga kau bisa datang.Sentuhan halus di pipi Bintang membuatnya semakin geram, ia menendang alat vital cowok berjaket navy hingga tersungkur, merasa temannya kalah preman satunya lagi maju mengunci pergerakan Bintang hingga jarak mereka semakin menipis.Bintang memejamkan matanya, kali ini tenaganya tak sekuat saat i
Pandu menatap heran wajah Angkasa yang kini begitu sedih. Ia menepuk bahu cowok itu. "Kenapa? Cerita saja, jangan dipendam sendiri." ucap Pandu menenangkan, tapi Angkasa menatapnya sekilas lalu menunduk lagi. Sangat berat apabila harus menjauhi geng Elang.Virgo yang baru datang pun tak mencampuri Pandu, sudah jelas tak bertegur sapa dan berubah masih saja di kancah¹.Tak digubris, Pandu mulai mengobrol dengan Virgo, jangan dicuekin terlalu lama kalau dia masih cemburu. "Gimana acara sepak bola yang lo tonton kemarin malam?"Virgo mengangguk. "Baik, 42 bro. Lo sih diajak begadang malah sibuk ngerjain tugas, tenang saja Ndu, gue contekin kok." goda Virgo, tak seperti biasanya Pandu mau diajak kumpul dirumahnya, terutama menonton sepak bola. Pandu juga terlalu sibuk dengan toko rotinya, membantu ibunya membuat adonan kue dan mengantarkan pesanannya."Kapan-kapan saja, gak asik kalau nontonnya cuma kita berdua." sindir Pandu dan menoleh pada Angkasa. Vi
Nyong meggebrak meja, kedatangannya yang berlari-lari membuat Rayhan, Bayu dan Angkasa kaget. Sampai bakso yang dikunyah Bayu keluar dari mulutnya dan mengenai pipi Rayhan."Lo kalau kaget biasa aja toh bakso lo mendarat di pipi mulus ganteng gue!" semprot Rayhan kesal. Bayu hanya menyengir dan kembali fokus dengan Nyong."Anak Rajawali nantangin kita!.." jeda sejenak, Nyong mengatur nafasnya. "Balapan! Kali ini taruhan nyawanya Angkasa!" ucap Nyong menggebu.Angkasa bersikap santai, pasti balas dendam Farhan melalui anggota geng barunya. Padahal sekarang Farhan sudah tak terlihat lagi kehadirannya."Di jalan kenanga jam 9 malam. Kalau gak ikut balapan, Rajawali bakalan menyuruh pasukan Batalyon buat menyerang sekolah kita." ucap Nyong lagi. Angkasa berdecih, beraninya main keroyokan."Terima saja, lagipula Farhan kan di Madrid." ucap Angkasa santai. Nyong terbelalak, ia tak pernah tau tentang Farhan. "Lo tau darimana?" tanya Nyong penasaran.
"Kok Angkasa gak masuk yah?" tanya Virgo heran pada Tika sebagai seketaris yang mencatat daftar hadir. Tika menggeleng, bahkan ia tak melihat Angkasa sejak tadi."Iya, biasanya dia duluan sampai disekolah." Pandu ikut menimpali, kursinya pun masih kosong. Selama dua jam hanya suara berisik musik dangdut menggema. Jamkos memang kebebasan bagi semuanya, asalkan tidak keluar kelas jika tak penting."Gue disini," suara Angkasa membuat seisi kelas bungkam, musik dangdutnya pun dimatikan.Virgo dan Pandu terperangah melihat penampilan Angkasa."Wah, sekarang lo berubah yah. Jadi siapa nih yang bakalan ganti siswa teladannya?" sindir Virgo tak suka. Bahkan ia mencium aroma rokok ketika Angkasa duduk didepannya, Fino yang sebangku dengan Angkasa pun tak masalah asalkan tak mengusik aktifitas baca bukunya."Sa, kalau lo berubah gini kita merasa kehilangan Angkasa yang dulu. Apa sih yang membuat lo jadi begini sa?" Pandu tak akan membenci perubahan Angkasa y
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments